Inter Milan dan Penguasaan Bola yang Sia-Sia

Analisis

by Redaksi 16

Redaksi 16

Pandit Football Indonesia mengkhususkan pada analisis pertandingan sepakbola, statistik dan liga, juga sejarah perkembangan sepakbola dan evolusi taktiknya

Inter Milan dan Penguasaan Bola yang Sia-Sia

Performa yang cukup baik ditunjukkan Inter Milan di Serie A musim lalu. Bercokol di posisi empat membuat Inter berhak ikut serta di Liga Champions musim ini. Keberhasilan tersebut menjadi angin segar bagi mereka.

Namun La Beneamata kembali diuji di awal musim ini. Bermain sebanyak empat kali, Inter hanya sanggup meraih satu kemenangan. Tiga sisanya berakhir dengan satu hasil imbang dan dua kekalahan. Terakhir, Inter ditumbangkan di kandang sendiri oleh Parma yang baru promosi. Inter kini berada di posisi 15 klasemen sementara Serie A.

Serangkaian performa buruk tersebut membuat konsistensi Inter dipertanyakan. Meski telah memperkuat skuat dengan mendatangkan pemain-pemain macam Radja Nainggolan, Lautaro Martinez, Sime Vrsaljko, serta Stefan de Vrij, pasukan Luciano Spalletti masih belum mampu tampil ciamik. Apa yang sebenarnya menjadi masalah Inter?

Strategi yang diterapkan Spalletti tak berbeda dengan musim lalu. Inter masih mengandalkan penguasaan bola. Bahkan musim ini penguasaan bola Inter lebih baik.

Sampai saat ini, statistik menunjukkan persentase penguasaan bola Inter mencapai 61,3%—yang tertinggi di Serie A. Juventus yang menduduki peringkat tertinggi memiliki penguasaan bola 56,4%. Penguasaan bola Inter bahkan lebih tinggi dari pemilik penguasaan bola tertinggi musim lalu, Napoli, yang menorehkan catatan 60,3%.

Selain penguasaan bola, kualitas umpan Inter pun cukup baik. Inter, dengan 87,5% umpan tepat sasaran, menjadi kesebelasan ketiga paling akurat di Serie A musim ini. Mayoritas umpan Inter berjarak pendek. Dengan 2.273 umpan pendek, Inter menjadi pelepas umpan pendek terbanyak di Serie A.

Namun sepakbola bukan hanya soal penguasaan bola. Menguasai jalannya pertandingan bukan jaminan meraih kemenangan. Efektivitas yang menjadi kunci dari strategi yang diterapkan.

Inilah yang terjadi pada Inter. Meski memiliki penguasaan bola yang tinggi, mereka tidak bermain efektif. Hal ini terlihat dari para pemain Inter yang sering melepaskan tembakan tidak tepat sasaran. Dari total 68 tembakan, 33 di antaranya melenceng dari gawang dan 16 tembakan berhasil dihalau lawan; hanya 19 yang tepat sasaran.

Jika dilihat dari area tembakan yang dilakukan, 45% berasal dari luar kotak penalti dan 52% berasal dari kotak penalti. Bahkan hanya 3% tembakan yang berasal dari kotak area kiper—terendah ketiga di liga.

Melawan Parma, Inter mencatatkan 28 tembakan ke gawang dengan penguasaan bola 73,4%. Inter Kalah dengan skor 1-0 (via: Whoscored.com)
Melawan Sassuolo, Inter mencatatkan 14 tembakan ke gawang dengan penguasaan bola 62,1%. Inter kalah dengan skor 1-0 (via: Whoscored.com)

Meski menguasai bola, ketergesa-gesaan para pemain yang akhirnya membuat serangan yang dibangun para pemain Inter menjadi sia-sia. Mereka akhirnya banyak melepas tendangan yang berasal dari luar kotak penalti ketika tidak mampu menembus pertahanan lawan.

“Ketika kami mencapai area akhir [pertahanan] mereka [Parma], kami tidak bersabar. Malah permainan kami menjadi tidak menentu dan menjadi takut. Ketakutan tersebut yang bisa membuat anda menjadi gugup, dan permainan kami tidak tersusun dengan baik dan memainkan bola dengan buruk,” ucap Spalletti, mengomentari kekalahan Inter atas Parma, dikutip dari Sempre Inter.

Selain itu, mereka juga lebih sering kehilangan bola yang diakibatkan oleh tidak baiknya kontrol bola dari para pemain. Sejauh ini, Inter sudah melakukan 62 sentuhan tidak sempurna—terbanyak kelima di liga. Statistik tersebut berbanding jauh dengan Juventus ataupun AC Milan yang masing-masing hanya melakukan 35 dan 30 sentuhan tidak sempurna.

Pemain seperti Ivan Perisic, Keita Balde, ataupun Matteo Politano masih sering kehilangan bola. Tekanan yang dilakukan lawan membuat serangan yang dibangun menjadi terputus. Kelemahan itulah yang menjadi salah satu faktor dari hasil kurang baik yang diterima oleh Inter.

“Kita tidak memiliki reaksi terhadap terhadap tekanan [lawan]. Sangat sulit dijelaskan kenapa kami bisa kemasukan gol, tapi yang jelas kenyataan bahwa tim ini kesulitan dengan tekanan,” ujar Spalletti, ketika Inter ditahan imbang 2-2 oleh Torino, dikutip dari ESPN.

Memang permainan Inter saat ini mengandalkan penguasaan bola dari para pemain. Mereka dituntut oleh Spalletti untuk lebih bermain dari kaki ke kaki.

Akan tetapi, strategi tersebut tampaknya belum berjalan baik. Meski menguasai pertandingan, permainan tidak efektif yang ditunjukkan malah menjerumuskan Inter kepada kekalahan. Spalletti harus ingat bahwa menguasai bola tidak akan berarti apa-apa jika tidak menghasilkan gol dan kemenangan.

Komentar