Rusia Berjaya di Pantai

Backpass

by Evans Simon

Evans Simon

Pandit Football Indonesia mengkhususkan pada analisis pertandingan sepakbola, statistik dan liga, juga sejarah perkembangan sepakbola dan evolusi taktiknya

Rusia Berjaya di Pantai

Kekuatan politik Rusia berantakan setelah kalah dalam Perang Dingin, yang berujung dengan runtuhnya Uni Soviet. Jika ada satu sektor yang bisa digunakan untuk menunjukkan eksistensi diri, maka itu melalui olahraga.

Membicarakan olahraga secara umum, tentu tidak ada ajang kompetisi yang lebih besar dari Olimpiade. Semasa masih bernama Uni Soviet, Rusia adalah rajanya. Mereka menempati peringkat 1 klasemen akhir dalam enam dari total sembilan kesempatan (1952-1988), sedangkan tiga edisi lainnya diakhiri di peringkat kedua (catatan: Uni Soviet tidak berpartisipasi di Olimpiade Los Angeles 1984 karena Perang Dingin vs Amerika Serikat tengah berlangsung).

Prestasi tersebut berlangsung menurun setelah Uni Soviet dinyatakan bubar pada 1991. Mereka tidak pernah lagi menempati peringkat pertama. Bahkan, mereka tidak pernah lagi finis di peringkat kedua per Olimpiade Athena 2004.

Meski sebenarnya finis di peringkat ketiga atau keempat dalam sebuah ajang multi-event tidaklah buruk, penurunan ini menjadi sebuah "aib" bagi masyarakat Rusia yang terbiasa berada di level tertinggi. Belum lagi kritik mengenai kemampuan Rusia di cabang-cabang olahraga kelompok.

Memang, jika kita melihat Olimpiade, prestasi Rusia hampir seluruhnya berasal dari cabang olahraga individu (gulat, atletik, senam, anggar, tinju). Sekalipun lebih dari satu atlet, itu paling hanya disiplin atau nomor cabornya, bukan olahraga yang dasarnya memang dilakukan secara berkelompok (sepakbola, basket, voli, dan lain-lain).

Jangankan dari sebuah ajang multi-event. Tim nasional Rusia bahkan hampir tidak pernah berprestasi dalam kompetisi-kompetisi kontinental.

Melihat Peluang dari Pantai

Kebetulan, hanya setahun setelah Olimpiade Athena 2004, FIFA mengambil alih gelaran Sepakbola Pantai dari tangan Beach Soccer Worlwide. Dengan keberadaan FIFA yang seakan menjadi jaminan kesuksesan, Rusia melihat arena pasir seluas 35x26 meter ini sebagai peluang baru untuk membuktikan kekuatan olahraganya.

Niat mereka seperti dianggap bercanda. Maklum, Rusia adalah negara yang kurang sukses di sepakbola, apalagi ini sepakbola pantai, di mana pantai-pantai di Rusia kebanyakan adalah pantai yang dingin.

Rusia sebenarnya telah mengenal sepakbola pantai sejak 1995. Namun, tidak adanya dukungan dari pemerintah membuat mereka terhapus. Barulah pada 2005, Vitaly Mutko yang kala itu menjabat sebagai Presiden Federasi Sepakbola Rusia, menghidupkan kembali tim sepakbola pantai.

Rusia menjadi tuan rumah dalam Kejuaraan Sepakbola Pantai Eropa di tahun yang sama. Timnas mereka diperkuat oleh pemain-pemain sepakbola rumput dan finis sebagai runner-up.

Keberhasilan tersebut membuat pemerintah Rusia semakin tertarik dengan prospek sepakbola pantai. Mereka langsung membentuk kompetisi sepakbola pantai nasional resmi. Hal ini sangat membantu keberlanjutan timnas. Meski klub masih banyak yang melakukan tambal-sulam dengan pesepakbola rumput dan futsal, perlahan ketertarikan terhadap sepakbola pantai tumbuh di seluruh penjuru negeri.

Hasilnya baru mulai terlihat pada 2009. Mereka sukses menjuarai Liga Sepakbola Pantai Eropa. Setahun kemudian, mereka menjuarai Kejuaraan Sepakbola Pantai Eropa, lalu mendapatkan tiket lolos ke Piala Dunia Sepakbola Pantai dengan menyingkirkan Spanyol yang selalu berpartisipasi dalam 12 Piala Dunia sebelumnya secara berturut-turut.

Kendati lolos sebagai juara Liga Sepakbola Pantai Eropa 2011, tidak banyak yang mengunggulkan Rusia. Namun, mereka justru mampu menampilkan performa apik dengan menyapu bersih laga penyisihan grup.

Ilya Leonov dkk kemudian mengalahkan Meksiko di perempat final dan El Salvador di semifinal. Lalu, tibalah hari bersejarah, mereka menghadapi juara bertahan Brasil dalam final yang digelar di Stadio del Mare, Marina di Ravenna pada 9 September 2011.

Brasil tentu berada di atas angin sebelum laga. Mereka adalah favorit utama menjuarai turnamen. Maklum, mereka merupakan juara bertahan dalam empat turnamen sebelumnya (2006, 2007, 2008, 2009).

Perlu diketahui bahwa sepakbola pantai menyebut Brasil sebagai rumah. Olahraga ini mulai berkembang di sepanjang pesisir Rio De Janeiro pada 1940. Mereka pun total mengoleksi 13 trofi juara dunia dari 15 penampilan.

Untungnya bagi Rusia, olahraga selalu memberikan kesempatan kepada mereka yang mau berjuang. Fakta bahwa Brasil adalah tim sepakbola pantai paling sukses sepanjang sejarah tidak lagi berarti ketika wasit memulai pertandingan. Yang ada adalah masa depan untuk diperebutkan.

Rusia memenangi tiga babak yang tersedia (3-2, 6-2, 3-4). Skor akhir menunjukkan angkat 12-8 bagi kemenangan skuat asuhan pelatih Mikhail Likhachev, mengakhiri dominasi Brasil dalam empat tahun terakhir.

Hingga detik ini, Rusia menjadi satu-satunya tim yang mampu mengalahkan Brasil di laga final Piala Dunia Sepakbola Pantai.

Kemenangan historis tersebut memberikan dorongan besar bagi sepakbola pantai Rusia. Mereka mempertahankan gelar pada 2013, menjadi satu-satunya tim Eropa yang mampu melakukannya, dan menempati peringkat ketiga pada 2015.

Di level kontinental, Rusia mampu menjuarai Liga Sepakbola Pantai Eropa sebanyak tiga kali (2013, 2014, dan 2017). Mereka juga menjuarai Kejuaraan Sepakbola Pantai Eropa pada 2012.

Rusia tentu sadar bahwa sepakbola pantai belum menjadi cabor Olimpiade. Namun mereka pasti tetap menepuk dada dan berbangga sebagai salah satu bangsa terhormat di bidangnya.

Komentar