Jangan Pecat Mourinho; Pecat Woodward

Analisis

by Dex Glenniza

Dex Glenniza

Your personal football analyst. Contributor at Pandit Football Indonesia, head of content at Box2Box Football, podcaster at Footballieur, writer at Tirto.ID, MSc sport science, BSc architecture, licensed football coach... Who cares anyway! @dexglenniza

Jangan Pecat Mourinho; Pecat Woodward

Meski Manchester United berhasil menang 2-0 atas Burnley di pekan keempat (02/09) Liga Primer Inggris, Jose Mourinho tetap berada pada daftar teratas bursa pemecatan manajer di Liga Primer Inggris. Menurut Bet Victor, Manajer Man United tersebut memiliki peluang 3/1, berada di atas Manuel Pellegrini (4/1), Neil Warnock (5/1), dan Rafael Benitez (6/1).

Kebalikan dengan itu, Pep Guardiola (100/1), Juergen Klopp (66/1), Mauricio Pochettino (66/1), Marco Silva (50/1), dan Maurizio Sarri (50/1) dianggap sebagai manajer yang saat ini paling aman dari pemecatan.

Wajar jika banyak yang menyangsikan Mourinho. Selain performa Man United yang sedang tidak menggembirakan (kalah dari Brighton dan Tottenham Hotspur), sejarah juga berkata jika Mourinho hampir selalu meninggalkan kesebelasan asuhannya pada musim ketiga; entah karena dipecat, pemutusan dari dua pihak, atau tidak memperpanjang kontrak.

Menanggapi bursa pemecatan di atas, Mourinho menanggapinya dengan santai.

"Mereka bilang aku sedang dalam bahaya. Aku tak berpikir seperti itu," kata Mourinho, dikutip dari La Repubblica. "Jika mereka menyingkirkanku, apakah kamu tahu berapa banyak uang yang harus mereka berikan kepadaku?!"

Berapa Uang Kompensasi Pemecatan Mourinho?

Penasaran sungguhan, memangnya berapa kompensasi yang United harus bayarkan jika mereka memecat Mourinho? Sebagai perbandingan, pada saat Mourinho dipecat Chelsea pada 2007, The Blues harus membayar 23,1 juta paun. Sementara ketika pemecatan kedua pada 2015, uang kompensasinya "hanya" 8 juta paun.

Belum ada yang tahu persis berapa banyak uang kompensasi Mourinho jika dipecat United saat ini. Namun The Telegraph menyatakan bahwa United harus membayar minimal gaji Mourinho selama 12 bulan jika ia dipecat.

Saat ini Mourinho memiliki kontrak dengan pendapatan 15 juta paun (sekitar 288 miliar rupiah) per tahun, yang berakhir pada Juni 2020.

Uang sebanyak itu, daripada dipakai untuk membayar kompensasi pemecatan Mourinho, bisa dipakai untuk membeli satu atau dua pemain baru.

"Satu atau dua pemain baru" ini menjadi sorotan, karena banyak yang berkata jika Ed Woodward (executive vice-chairman Man United) keberatan dengan nama-nama yang Mourinho inginkan untuk menambah kekuatan Setan Merah 2018/19. Sudah menjadi rahasia umum jika Mourinho memiliki hubungan yang buruk dengan Woodward karena hal ini.

Tidak tersedianya pemain-pemain yang diinginkan itu yang kemudian membuat Mourinho sulit mencatatkan performa memuaskan bersama United di awal musim ini.

Masalahnya, pemain seperti apa yang bisa didapatkan dengan harga 15 juta paun?

Baca juga: Balada Musim Ketiga Mourinho

Untuk ukuran pemain-pemain yang Mourinho inginkan, jumlah itu ternyata tidak cukup. Selain Fred (53,1 juta paun), menurut laporan The Independent pada Juni 2018, manajer asal Portugal tersebut juga mengincar Toby Alderweireld (36 juta paun), Wilian Borges da Silva (45 juta paun), dan Kieran Tierney (11,25 juta paun) atau Alex Sandro (40,5 juta paun).

Padahal perkiraan harga di atas kami dapatkan dari Transfermarkt, yang mana seringnya perkiraan tersebut tidak akurat. Harga pemain yang sesungguhnya bisa jauh lebih tinggi dari market value Transfermarkt.

Namun anggap saja valuasi tersebut tepat, maka 15 juta paun hanya bisa dipakai untuk membeli Tierney, bek kiri Celtic. Jika melihat United saat ini, Luke Shaw sudah kembali menjelma menjadi bek kiri utama Setan Merah, sehingga membeli Tierney bukan lagi menjadi prioritas.

Jadi ternyata uang kompensasi tersebut tidak cukup untuk membeli pemain baru versi Mourinho? Jadi ini salah Mourinho? Kenapa pemain-pemain incarannya mahal semua? Wajar bukan jika kemudian Woodward menolaknya?

Ada Alasan Kenapa Pemain Incaran Mourinho Mahal-mahal

Mourinho memiliki alasan kenapa ia membutuhkan pemain-pemain dengan spesifikasi khusus. Rata-rata pemain yang diinginkan Mourinho adalah pemain yang sudah "jadi", yang tidak muda lagi, sehingga wajar harganya tinggi. Willian, Alderweireld, dan Ivan Perisic (incaran musim 2017/18) adalah contohnya.

Bagi penonton biasa—termasuk pendukung United—mungkin akan berpendapat jika alih-alih membeli Willian (30 tahun), akan lebih baik jika United membeli Malcom (21 tahun), Christian Pulisic (19), Justin Kluivert (19), atau bahkan Gareth Bale (29).

Kecuali Bale yang setahun lebih muda daripada Willian, harga pemain-pemain di atas tentu lebih murah. United juga bisa memakai mereka semua secara jangka panjang.

Pemain yang dilaporkan dibeli oleh Woodward (bisa dibaca sebagai "pemain yang bukan di-request oleh manajer") adalah Anthony Martial. Tidak heran Martial kemudian jarang dimainkan Mourinho. Yang mengherankan justru Martial tiba-tiba diberi perpanjangan kontrak lima tahun, memberi sinyal jika "Martial bisa bertahan lebih lama dibandingkan Mourinho".

Selain itu Woodward juga menyatakan jika ada empat pemain United yang "untouchable" alias tak boleh dijual, yaitu Martial, Shaw, Jesse Lingard, dan Marcus Rashford. Woodward beralasan jika mereka berempat adalah fondasi masa depan jangka panjang United. Dari sini, kita tahu jika Woodward adalah seorang yang visioner.

Namun masalahnya, visinya tersebut tidak sejalan dengan visi sang pelatih. Bagaimanapun sepakbola tidak bekerja sesederhana itu. Di situlah peran kepala pelatih atau manajer. Di situlah peran Mourinho.

Muhammad Butt menjelaskan sistem permainan Mourinho dengan baik di Squawka. Ia berkata jika Mourinho punya alasan taktikal untuk mengincar pemain-pemain di atas. Willian misalnya; meski United punya Lingard, Juan Mata, Ashley Young, dan Antonio Valencia yang bisa bermain sebagai sayap kanan, sebenarnya tidak ada satu pun pemain yang menguasai sayap kanan.

Lingard lebih sering masuk ke tengah, bermain layaknya No. 10 di belakang penyerang, seperti yang terlihat pada grafik passing network dari 11tegen11 di bawah ini.

Begitu juga di posisi bek tengah. Siapa pun duet bek tengahnya, suporter mungkin berpikir jika musim lalu saja United bisa menjadi kesebelasan yang kebobolan paling sedikit kedua (28). Jadi musim ini pemain-pemain seperti Chris Smalling, Phil Jones, Victor Lindelof, atau Eric Bailly seharusnya tidak dipermasalahkan, bukan?

Jawabannya tidak. Pertahanan adalah sistem. Apalagi pada sepakbola Morinho, pertahanan menjadi salah satu kunci. Musim lalu United bisa sedikit kebobolan karena kegemilangan David De Gea, bukan karena kegemilangan sistem pertahanan mereka. Ini adalah sebuah polemik.

Jika petinggi-petinggi kesebelasan Man United mengetahui jobdesc dari masing-masing bawahannya, termasuk Mourinho sebagai manajer, maka kita tahu bahwa ini bukan salah Mourinho seorang.

Mourinho Sengaja Membuat Dirinya Menjadi Kambing Hitam

Menunjuk kambing hitam memang mudah. Di sepakbola, manajer atau kepala pelatih—bukan pemain, bukan kapten, bukan pemilik kesebelasan, apalagi suporter—adalah orang yang paling bertanggung jawab kepada kesebelasannya.

Dari semua permasalahan United—mulai dari pertahanan, fleksibilitas taktik, hubungan buruk dengan media, dan hubungan dengan para suporter—rata-rata adalah tanggung jawab Mourinho, seperti yang sudah dibahas dengan baik oleh Jamie Jackson di The Guardian.

Mourinho memang bukan manajer yang sempurna. Ia punya banyak kesalahan. Namun sejauh ini para pendukung Man United (setidaknya yang selalu hadir di Old Trafford dan pertandingan tandang, bukan layar kaca di Indonesia) jelas lebih membela Mourinho, jika dibandingkan misalnya Ed Woodward.

Bukan hanya para suporter, para pemain juga mendukung manajernya. Beberapa dari suporter mungkin harus tahu kenapa Mourinho suka bersikap dan berkata-kata yang aneh kepada media. Secara tidak langsung, itu membuat semua fokus mencari kambing hitam kepada Mourinho, bukan pemain; meski bisa diakui pemain seperti Paul Pogba, Smalling, Jones, dan bahkan De Gea belum bermain memuaskan sehingga lebih layak dikritik.

Salah satu pemain yang mencoba memberikan perspektif tersebut adalah Nemanja Matic. "Tentu. Ia tahu apa yang sedang ia lakukan, pastinya. Kamu mungkin tahu itu. Itu bagus untuk kami (para pemain)," kata Matic, dikutip dari The Telegraph.

Lalu kenapa muncul kambing hitam baru sekarang dalam sosok Woodward? Sepanjang sejarahnya, suporter Setan Merah memang punya riwayat hubungan buruk dengan para pemilik United, terutama Keluarga Glazer.

Hal itu dibuktikan dengan diterbangkannya spanduk "Ed Woodward - specialist in failure" saat United bertandang ke Turf Moor, kandang Burnley, akhir pekan lalu.

Baca juga: Ed Woodward dan Strategi Transfer Man United

Menanggapi spanduk yang diterbangkan di udara tersebut, Mourinho berkata-kata dengan sedikit sumringah pada konferensi pers setelah laga melawan Burnley: "Pada pertandingan aku tak biasa melihat ke langit, kecuali saat aku minta Dia (Tuhan) untuk memberiku pertolongan."

Pada prinsipnya ia tahu ia tak boleh dan tak bisa—atau sebaiknya jangan—menyalahkan Woodward atau para pemilik United. Jika ia melakukannya, ia akan dipecat sungguhan. Biarlah media dan kita semua yang menafsirkannya sendiri bagaimana hubungan buruk Mourinho dengan Woodward dan para pemilik Setan Merah, serta bagaimana sebenarnya Mourinho ada di balik para suporter soal membenci dan ingin menyingkirkan para eksekutif tersebut dari director box di Old Trafford.

Kalau para eksekutif tersebut mau mengikuti apa kata suporter, sebaiknya Manchester United tidak memecat Jose Mourinho, melainkan memecat Ed Woodward. Memangnya Woodward bisa dipecat? Bisa saja, tapi yang memecat harus posisi yang lebih atas lagi, yaitu Avram Glazer atau Joel Glazer sebagai co-chairmen.

Masalahnya, isi kepala Avram dan Joel Glazer "sebelas-duabelas" dengan Ed Woodward.

Komentar