Sapu Bersih berkat Permainan Efektif

Analisis

by Redaksi 16

Redaksi 16

Pandit Football Indonesia mengkhususkan pada analisis pertandingan sepakbola, statistik dan liga, juga sejarah perkembangan sepakbola dan evolusi taktiknya

Sapu Bersih berkat Permainan Efektif

Memasuki pekan keempat Liga Primer Inggris 2018/19, ada kejutan di klasemen sementara. Watford yang merupakan tim medioker berhasil masuk ke papan atas di liga tersebut.

Watford merangsek ke posisi tiga setelah memenangi 4 pertandingan pertama musim ini. Mereka meraih 12 poin, lebih banyak dibandingkan Manchester City, Tottenham Hotspur, Arsenal, bahkan Manchester United.

Pada pertandingan terakhir pun, Watford mampu menundukkan Tottenham dengan skor tipis 2-1. Performa apik yang ditampilkan itu kini menjadi sorotan. The Hornets, yang diarsiteki Javi Gracia sejak pertengahan musim lalu, menunjukkan efektivitas permainan.

Gaya bermain yang diterapkan menjadi salah satu kunci dari kemenangan yang diraih Watford. Gracia menginstruksikan para pemainnya untuk menekan lawan dan memberikan umpan-umpan langsung ke daerah sepertiga akhir.

Dari 1.403 umpan yang dilepaskan para pemain Watford, 299 di antaranya merupakan umpan panjang. Total umpan panjang yang dilepaskan itu menjadi yang terbanyak kedua setelah Burnley. Dengan begitu, skuat Watford mampu bermain efektif. Mereka tidak berlama-lama menguasai bola dan memilih langsung untuk melakukan serangan ke area sepertiga akhir.

“Kami memainkan [gaya sepakbola] yang menekan, kami ingin menekan setinggi mungkin, kami ingin lebih mendorong dari pertahanan sendiri dan setinggi mungkin [wilayah] lapangan,” ujar kiper Watford, Ben Foster, sebelum pertandingan melawan Tottenham, dikutip dari laman resmi Watford.

Pada pertandingan melawan Tottenham, Watford kalah dari segi total umpan yang diberikan. Watford mencatatkan 289 umpan sendangkan Tottenham unggul dengan 532 umpan. Namun laga itu sendiri dimenangi oleh Watford dengan skor 2-1 (via: whoscored.com).

Gracia mengandalkan umpan-umpan lambung dan mengandalkan fisik dari kedua striker mereka di Watford, Troy Deeney dan Andre Gray. Meski begitu, ia tidak bergantung kepada keduanya dalam mencetak gol. Sampai saat ini, 9 gol yang telah dicetak berasal dari 6 pemain berbeda. Roberto Pereyra menjadi penyumbang terbanyak dengan 3 gol, diikuti Deeney dengan 2 gol. Sisanya dicetak masing-masing oleh Gray, Jose Holebas, Craig Cathcart, serta Will Hughes.

Pelatih berusia 48 tahun itu memberikan instruksi seluruh pemainnya untuk bermain terorganisir. Dengan gaya bermain yang diterapkan, seluruh permain memiliki peran bukan hanya sekadar menekan lawan, melainkan juga mencetak gol.

“Saya selalu berbicara di tim ini kami tidak bergantung pada penyerang untuk mencetak gol. Kami juga memerlukan pemain lain seperti Roberto Pereyra dan Will Hughes untuk mencetak gol,” ucap Gracia, dikutip dari Sky Sports.

Peran Pereyra dan Hughes sendiri sentral bagi permainan Watford. Menggunakan formasi 4-4-2 flat, keempat gelandang ditempatkan secara sejajar. Di antara keempatnya, Pereyra yang paling menonjol.

Abdoulaye Doucoure dan Etienne Capoue yang diplot sebagai gelandang tengah masing-masing berdampingan dengan Hughes dan Pereira sebagai gelandang yang bekerja di sisi sayap. Bermain di sisi kiri, Pereyra leluasa bergerak dan menciptakan peluang. Bahkan dengan kualitas individu dirinya, ia dapat memberikan kontribusi yang banyak untuk mencetak gol bagi Watford.

Kualitas dirinya terlihat ketika Watford bertanding melawan Brighton and Hove Albion. Di pertandingan itu Pereyra mencetak dua gol.

“Saya sangat senang dengan dirinya. Ketika saya datang di bulan Januari, Roberto [Pereyra] menjadi salah satu pemain yang menyebabkan tim [kami] dapat mencetak banyak gol,” ujar Gracia, ketika mampu mengalahkan Brighton and Hove Albion 2-0, dikutip dari Sky Sports.

Sebetulnya, bukan menjadi suatu keanehan bagi Gracia untuk menerapkan strategi yang mengandalkan efektivitas dari para pemainnya. Hal itu pernah ditunjukkan ketika dirinya menukangi Malaga selama dua musim. Salah satu pertandingan terbaik yang menunjukkan kesuksesan strategi Gracia adalah ketika Malaga mampu mengalahkan Barcelona dengan skor 1-0 di Camp Nou di musim 2014/15.

Gaya bermain yang ditunjukkan memang mengandalkan umpan-umpan langsung ke area pertahanan lawan. Bahkan melawan Barcelona yang mengandalkan penguasaan bola, Malaga tetap bisa meraih kemenangan. Gol yang dicetak pun berasal dari umpan lambung kiper mereka, Carlos Kameni. Umpan Kameni yang menusuk ke pertahanan lawan dapat diselesaikan oleh Juanmi. Dengan efektivitas dari para pemain, Gracia berhasil membuat kejutan di pertandingan itu.

"Tim dirinya [Malaga] tidak bermain mengalir, melainkan sepakbola menyerang tetapi dengan penempatan posisi yang disiplin dan sangat sulit untuk ditembus, jadi para penggemar Watford bisa bersiap untuk [strategi] efektivitas dan keseimbangan tim ketimbang permainan yang menegangkan," ujar kolumnis BBC, Andy West, tentang tanggapan saat Gracia bergabung ke Watford.

Memang dengan strategi yang diterapkan Gracia mampu meraih kesuksesan sampai saat ini. Para pemain Watford pun nampaknya bisa menjalankan instruksi untuk bermain efektif.

Meski begitu, perjalanan masih panjang. Watford, dengan sepakbola efektif yang digaungkan Garcia masih akan berhadapan dengan lawan-lawan berat. Merekalah yang akan menjadi ujian sesungguhnya.

Komentar