Bersinar di Amerika Serikat

Analisis

by Redaksi 16

Redaksi 16

Pandit Football Indonesia mengkhususkan pada analisis pertandingan sepakbola, statistik dan liga, juga sejarah perkembangan sepakbola dan evolusi taktiknya

Bersinar di Amerika Serikat

Dibanding Amerika Serikat, Eropa akan menjadi destinasi bagi para pemain muda yang sedang mengembangkan kariernya. Tapi semuanya berbeda dengan karier yang dialami oleh Josef Martinez. Pemain yang lahir di Venezuela itu kini bersinar bersama salah satu klub di MLS (Major League Soccer), Atlanta United.

Baru-baru ini Martinez mencatatkan rekor sebagai pencetak gol terbanyak dalam satu musim di MLS dengan torehan 28 gol dari 26 pertandingan yang baru dijalani musim 2018. Total gol tersebut melawati rekor sebelumnya dengan jumlah 27 yang dipegang Roy Lassiter, Chris Wondolowski, dan Bradley Wright-Phillips.

Bukan kali ini saja Martinez menunjukkan ketajaman di AS. Musim sebelumnya ia mencetak 19 gol. Sekarang dengan 28 golnya, Atlanta United berada di posisi kedua klasemen. Musim lalu Atlanta menempati posisi keempat dan langsung kalah di fase gugur.

Masih berusia 25 tahun, Martinez pun mulai kembali dilirik oleh beberapa tim dari Eropa. Meski begitu, ia tidak akan langsung tergiur untuk meninggalkan AS. Kegagalan saat membela Torino yang dibelanya pada periode 2014-2017 menjadi alasan.

“Saya tidak memikirkan untuk kembali ke Eropa, saya hanya memikirkan tentang pertandingan selanjutnya. Saya sangat senang jika menang dan jika kami tidak fokus, kami akan kalah dalam pertandingan,” ujar Martinez, dikutip dari Marca.

Saat-saat membela Torino memang menjadi salah satu momen terberat bagi Martinez. Dari tiga musim, i hanya bermain 58 pertandingan di Serie A dan hanya mencetak 7 gol. Bahkan musim terakhir dirinya bersama Il Toro ia hanya bermain 11 kali dan hanya mencetak 1 gol. Martinez selalu kalah bersaing dengan penyerang lainnya. Maxi Lopez, Fabio Quagliarella, Andrea Belotti dan Ciro Immobile adalah pemain-pemain yang gagal ia sisihkan.

Meski kebersamaan dirinya dengan Torino terbilang tidak mengesankan, dirinya tetap tidak menyesali untuk bertahan di klub tersebut dari musim 2014/15 sampai dengan pertengahan musim 2016/17. Setidaknya, ia dapat memetik pelajaran ketika menghadapi kesebelasan di Italia.

"Saya tidak menyesali segalanya. Apa yang terjadi di Italia sudah terjadi," ucap Martinez, dikutip dari Goal. "Saya belajar banyak dan saya berterima kasih kepada orang-orang yang telah membawa saya ke sini."

Martinez sendiri sering diposisikan sebagai penyerang sayap ataupun penyerang bayangan ketika dirinya bermain bagi Torino. Ia biasanya dipasangkan dengan Belotti ataupun Imobile yang merupakan penyerang utama. Di timnas Venezuela pun Martinez lebih banyak diposisikan sebagai "pelayan" bagi Salomon Rondon ataupun Fernando Aristeguieta yang memiliki postur yang lebih besar sebagai seorang penyerang.

"Saya rasa apa yang terjadi dengan tim sebelumnya adalah saya selalu bermain dengan penyerang tengah lainnya, atau dengan seseorang yang lebih besar dari saya. Jadi saya selalu bermain [berpasangan] dengan seseorang," tutur Martinez, dikutip dari Dirty Youth Soccer.

Walaupun begitu, di The Five Stripes –julukan Atlanta United–, Martinez lebih sering dijadikan penyerang utama dalam formasi 4-2-3-1. Ketika menggunakan formasi 3-4-1-2 pun ia menjadi penyerang utama didampingi oleh Ezequiel Barco yang menjadi tandemnya.

“Josef datang kemari tanpa banyak bermain sebagai striker utama—setidaknya ketika dia bermain dengan tim nasional [Venezuela]—karena ada Salomon Rondon yang bermain di posisi tersebut dan Josef bermain di belakang dirinya,” ucap Tata Martino, pelatih Atlanta United, dikutip dari MLS Soccer.

Perubahan yang dialami Martinez di Atlanta United membuat pemain dengan tinggi badan 172 cm itu lebih produktif dalam mencetak gol. Insting mencetak gol Martinez kembali tajam.

"Ini adalah mentalitasnya [Martinez], ia tidak takut berada di kotak penalti, serta kerelaan dirinya untuk mendapatkan [bola] di belakang pemain bertahan," tutur Michael Parkhurst, rekan setimnya di Atlanta United, dikutip dari MLS Soccer.

"Ia pintar lebih dari yang Anda kira. Memang ia sering terperangkap offside, namun itu semua memiliki tujuan. Sangat sulit ketika [penyerang] bermain dalam garis offside karena Anda tidak dapat mengira bek kanan ataupun bek kiri akan sejajar dengan saya [bek tengah]. Hal itu membutuhkan kepercayaan. Kadang ia terperangkap offside, tapi ia juga mencetak gol dan mampu melepaskan diri [dari offside]," sambunginya.

Martinez masih sangat mungkin kembali berkarier di Eropa. Jika konsistensi dalam mencetak gol masih ia pertahankan, kesebelasan Eropa tampaknya tak akan ragu untuk mendatangkannya.

foto: accesswdun.com

Komentar