Meninggal Setelah Dinobatkan Sebagai Kapten

Backpass

by Ardy Nurhadi Shufi

Ardy Nurhadi Shufi

Juru Taktik Amatir
ardynshufi@gmail.com

Meninggal Setelah Dinobatkan Sebagai Kapten

Jelang musim 2009/10 dimulai, Mauricio Pochettino mengumumkan bahwa Raul Tamudo tidak akan lagi jadi kapten tim. Sebagai gantinya, pelatih Espanyol itu menunjuk Daniel Jarque Gonzalez sebagai kapten baru Espanyol. David Garcia akan menjadi wakil kapten, sementara Ivan de la Pena menjadi kapten ketiga.

Polemik tentang nasib Tamudo, pemain berusia 33 tahun yang telah menjadi legenda Espanyol itu, langsung mencuat. Tapi Pochettino berdalih yang terpenting saat itu Espanyol akan memulai era baru bersama Jarque, yang sejak awal kariernya mengabdikan diri pada Espanyol.

"Dalam sebuah kesepakatan sebelumnya setelah saya bertemu dengan Raul Tamudo, kami sepakat untuk memberikan jabatan kapten pada Dani Jarque dengan segala kemampuannya," kata Pochettino seperti yang dikutip harian Marca.

Jarque saat itu berusia 26 tahun. Musim 2009/10 adalah musim ke-14 Jarque di Espanyol. Jarque memang merupakan produk asli Espanyol. Walaupun begitu ia baru dipromosikan ke tim senior pada 2002, setelah sempat bermain dengan Espanyol B selama tiga musim. Karenanya menjadi kebanggaan sendiri bagi Jarque bisa memimpin kesebelasan yang ia bela sejak kecil.

"Ini adalah kebanggaan dan tantangan untuk membela Espanyol. Mengenakan ban kapten itu adalah mimpi yang menjadi nyata," kata Jarque, dikutip dari El Pais.

Dua minggu setelahnya, Espanyol langsung terbang ke Florence, Italia, untuk menjalani pra-musim. Semua pemain bersantai sebelum latihan dimulai. Jarque di kamarnya menghubungi sang istri, Martina Jarque. Maklum, Jarque sebentar lagi akan menjadi ayah. Istrinya sedang hamil dan memasuki bulan ketujuh.

Tapi obrolan jarak jauh antara Jarque dan sang istri terhenti tiba-tiba. Menurut Martina, Jarque tiba-tiba tidak menjawab dan tak bisa dihubungi. Karena panik, ia pun menghubungi rekan setim Jarque, Ferran Corominas. Corominas, bersama empat pemain lain, lalu mendatangi kamar Jarque untuk mengecek keadaan.

Pintu kamar digedor. Nama Jarque dipanggil berkali-kali. Akan tetapi tidak ada respons dari Jarque. Karena tidak ada yang melihat Jarque sebelumnya, akhirnya mereka mendobrak pintu kamar Jarque. Tanpa disangka, Jarque ditemukan terbujur kaku di lantai. Ditambah lagi, jantung Jarque tidak berdetak.

Kepanikan langsung terjadi. Dokter Tim Espanyol, Miquel Cervera, lekas datang untuk memeriksa langsung keadaan Jarque. Karena peralatan yang tidak memadai, tidak ada yang bisa dilakukan sang dokter. Beberapa menit kemudian, ambulans datang. Saat itulah Jarque baru bisa mendapatkan defibrillator untuk memacu jantung. Sayangnya jantung Jarque tak merespons. Jarque dinyatakan meninggal dunia.

Tidak ada yang menyangka Jarque bisa terkena serangan jantung, apalagi yang sampai merenggut nyawanya. Bahkan saat pemeriksaan medis dilakukan di hari pertama pra-musim, tidak ada yang aneh pada hasil pemeriksaan elektrodiogram dan ekokardiogram. "Pada uji ketahanan, justru ia merupakan salah satu yang terbaik. Karenanya kami tidak menyangka hal ini," ujar pernyataan resmi klub.

Walau begitu, diketahui bahwa Jarque bersikap berbeda dari biasanya. Ketika pemain lain memutuskan untuk berjalan-jalan saat diberikan waktu bebas sebelum pra-musim dimulai, pemuda kelahiran Barcelona itu memilih tinggal di hotel. Padahal Jarque dikenal sebagai sosok yang selalu berbaur dengan rekan-rekannya. Namun saat itu Jarque mengatakan ingin di hotel karena tidak enak badan.

Meninggalnya Jarque membuat Espanyol batal menjalani pemusatan latihan di Florence. Tak lama setelah kepastian Jarque meninggal, semua penggawa tim termasuk staf pelatih langsung kembali ke Spanyol. Persiapan musim baru pun berubah menjadi persiapan pemakaman Jarque.

Sepakbola Spanyol Berduka

Kabar wafatnya Jarque langsung tersebar ke seluruh penjuru dunia, khususnya Spanyol. Tentu banyak yang tak menyangka Jarque meninggal di usia 26 tahun akibat serangan jantung. Dari pihak kawan maupun lawan pun menangisi kepergiannya.

"Dia mewakili sistem tim muda kami dan telah menjadi contoh dari kerja keras, ketekunan, dan keseriusan," kata Presiden Espanyol, Alberto Ariza. "Sangat sulit dijelaskan apa yang saya rasakan sekarang. Saya masih sulit bisa menerima ini."

"Dia pribadi yang luar biasa. Ia merupakan contoh baik di dalam maupun luar lapangan. Ia orang yang baik dan tak pernah berhenti bekerja keras. Ini kehilangan besar," kata Valdo, saat itu bermain di Malaga yang pernah membela Espanyol.

"Yang tak bisa dilupakan darinya adalah senyumannya," ujar pemain Hercules yang juga mantan rekan setimnya, Francisco Rufete. "Dia baru berusia 26 tahun dan baru saja memulai dan menikmati kehidupan profesionalnya maupun kehidupan pribadinya. Ini menjadi lebih sulit karena kami punya hubungan kuat dan hal ini ternyata bisa terjadi kapan saja. Tak terbayangkan oleh kami bahwa Jarque tidak lagi bisa bersama kita."

"Saya turut berbela sungkawa yang sedalam-sedalamnya untuk keluarga Jarque, rekan setimnya, dan juga Espanyol," ujar Pep Guardiola. "Kami terpukul oleh kematian Jarque, yang kami tahu ia akan menjadi seorang ayah dan baru menjadi kapten tim. Itu akan menjadi masa yang sulit," ujar Presiden Barcelona, Joan Laporta.

Sepekan setelah kematian Jarque, Cesc Fabregas mempersembahkan golnya dalam kemenangan Arsenal atas Everton untuk mantan rekan setimnya di Timnas Spanyol U-21 tersebut. Saat merayakan gol, ia mengangkat jersey nomor 21 dengan nama Jarque tinggi-tinggi sambil menatap langit.

Kenangan Fabregas terhadap Jarque memang begitu mendalam. Meski hanya bermain bersama di Timnas U21, Cesc merasa punya hubungan yang kuat dengan Jarque. Bahkan saat Spanyol menjuarai Piala Dunia 2010 ia menggunakan kaus putih bertuliskan para pemain Spanyol yang telah tiada; Jarque salah satunya.

"Mereka yang telah meninggalkan kita baru-baru ini dan beberapa tahun lalu tetapi bersama kami. Kami tidak akan melupakan mereka," kata Fabregas.

Andres Iniesta, pencetak gol kemenangan Spanyol di final Piala Dunia saat itu, juga mempersembahkan golnya untuk Jarque. Saat merayakan gol yang dicetaknya pada menit ke-116 itu, Iniesta membuka seragamnya untuk menunjukkan kaus putih bertuliskan "Jarque akan selalu bersama kami".

Laga final antara Spanyol melawan Belanda itu dihelat pada 11 Agustus 2010, atau satu tahun lebih tiga hari usia kematian Jarque. Aksi Iniesta itu ternyata menyentuh istri Jarque, yang kemudian membuat surat terbuka untuk Iniesta sebagai ungkapan rasa terima kasih.

Baca juga: Andres Iniesta Sang Juru Damai

Karena sosok Jarque yang baik, tak heran banyak orang yang kehilangan akan sosok dirinya. Iniesta pun memang begitu terpukul atas kehilangan rekannya tersebut. Bahkan ia sempat terpikir untuk pensiun dini tak lama setelah mendengar kabar meninggalnya Jarque.

"Saya ingat musim panas di Amerika, saya sempat mengira dokter sudah menemukan penyebab cedera saya. Tapi ternyata tidak. Dan ketika pulang, perasaan saya sangat buruk. Lalu Puyol bilang bahwa Dani sudah tiada. Saya tak bisa percaya bahwa teman saya, Dani, sudah meninggal," kenang Iniesta seperti dilansir Marca pada 2016. "Berita itu membuat hati saya beku dan hari berikutnya menjadi sangat buruk. Saya terpuruk semakin dalam, saya melihat dasar jurang. Saat itu saya bilang kepada dokter: `Saya tak bisa melanjutkan ini semua`."

Iniesta pada akhirnya tidak pensiun dan terus melanjutkan kariernya, bahkan sampai sekarang berkarir di Liga Jepang.

Namun semua orang tetap tak bisa melupakan sosok Jarque. Namanya bahkan dijadikan nama salah satu tempat latihan Espanyol. Setiap bertanding pada 8 Agustus, Espanyol pun akan melakukan minute of silence pada menit ke-21 untuk mengenang Jarque. Para pendukung Espanyol pun akan memenuhi pemakamannya.

Komentar