Shearer dan Newcastle Saling Melengkapi

Backpass

by Evans Simon

Evans Simon

Pandit Football Indonesia mengkhususkan pada analisis pertandingan sepakbola, statistik dan liga, juga sejarah perkembangan sepakbola dan evolusi taktiknya

Shearer dan Newcastle Saling Melengkapi

Tanggal 7 Agustus 1999 seharusnya merupakan hari tanpa cela bagi Alan Shearer. Ia menjalani penampilan ke-100 bersama Newcastle United, klub idolanya sejak kecil. Nahas, catatan tersebut ternoda oleh kartu merah pertama dan terakhir yang pernah didapatkan sepanjang kariernya.

Total 260 gol Shearer ciptakan dalam 440 penampilan, menjadikannya tidak hanya top skor klub, tetapi juga top skor Premier League sepanjang masa. Tentu, ada banyak sosok yang sebenarnya bisa dibilang ikonik ketika membicarakan Newcastle dan Premier League. Sebut saja, misalnya Sir Bobby Robson atau Mike Ashley. Yang membuat Shearer istimewa bagi Newcastle adalah ia seorang Geordie, warga asli Tyneside.

Pria kelahiran 13 Agustus 1970 tersebut tidak mengawali karier bersama The Magpies, melainkan Southampton. Bakatnya ditemukan oleh pemandu bakat Souhampton, Jack Hixon, ketika tengah bermain bagi Wallsend Boys Club.

Shearer bergabung dengan tim muda Southampton ketika baru berusia 16 tahun. Dua tahun kemudian, ia dipromosikan ke tim utama. Empat tahun berikutnya, ia pindah ke Blackburn Rovers. Di klub yang memiliki moto "Ora Et Labore" inilah nama Shearer semakin membubung. Ia menjadi bagian penting dari keberhasilan Blackburn menjuarai Premier League pada 1994/95 dengan menyumbangkan 34 gol (jumlah terbanyak dalam satu musim sepanjang sejarah, setara dengan Andy Cole pada 1993/94).

Satu Geordie bersuka tidak serta merta membuat puluhan ribu Geordie yang lain turut tertawa. Para suporter Newcastle menahan pedih melihat kesuksesan Shearer, hingga akhirnya 30 Juli 1996 tiba.

Shearer resmi berkostum hitam-putih Newcastle. Ia direkrut dengan harga 15 juta paun, sebuah rekor transfer dunia ketika itu.

Kisah "kepulangan" ke St. James Park inilah yang membuat Shearer semakin diagung-agungkan. Apalagi, ia diketahui menolak tawaran Sir Alex Fergson untuk bergabung dengan Manchester United.

Selain ketajamannya di gawang lawan, kualitas lain dari Shearer adalah ketenangannya. Ia hampir tidak pernah terlibat dalam perkelahian dan melakukan pelanggaran-pelanggaran tak berguna.

Shearer hanya pernah satu kali dikartumerah wasit (dan sekali juga mengartumerah wasit), yakni dalam pertandingan pembuka Premier League 1999/00 melawan Aston Villa pada 7 Agustus 1999. Sialnya, kejadian tersebut terjadi dalam salah satu momen yang paling tidak ideal: pertandingan ke-100 nya bersama Newcastle.

Skuat asuhan manajer Ruud Gullit tersebut sebenarnya mendominasi pertandingan. Sundulan Alain Goma membentur tiang dan Villa patut berterima kasih kepada kiper David James yang melakukan dua penyelamatan gemilang.

Titik balik terjadi pada ke-70. Perebutan bola antara Colin Calderwood dan Shearer membuat nama terakhir harus mandi lebih cepat. Lima menit berselang, Julian Joachim mencetak gol kemenangan Villa.

Bagaimanapun, kartu merah tersebut tidak mengurangi magis Shearer di mata para suporter Newcastle sedikitpun. Shearer tetap dipuja; seorang bocah lokal yang pantas dibanggakan.

Shearer sendiri tidak menyesal menolak tawaran-tawaran dari klub ternama dan memilih membela Newcastle, sekalipun ia tidak pernah meraih trofi apapun lagi sejak menjuarai Premier League bersama Blackburn. Shearer dan Newcastle memang sama-sama tidak sempurna, namun mereka saling melengkapi.

"Saya pulang ke rumah, bertahan di sana selama 10 tahun, dan melewati waktu terbaik dalam hidup saya. Saya bermain bagi klub yang saya dukung. Itulah mimpi setiap anak kecil," kata Shearer seperti yang dikutip The Sun.

Komentar