Ozil Mundur: Diawali Erdogan, Diperparah DFB

Berita

by Redaksi 43 42035

Redaksi 43

Pandit Football Indonesia mengkhususkan pada analisis pertandingan sepakbola, statistik dan liga, juga sejarah perkembangan sepakbola dan evolusi taktiknya

Ozil Mundur: Diawali Erdogan, Diperparah DFB

Mesut Ozil mengumumkan mundur dari Tim Nasional Jerman. Keputusan sang pemain, sedikit banyak, berhubungan dengan pertemuannya dengan Recep Tayyip Erdogan (Presiden Turki) Mei lalu.

“Seperti banyak orang, asal-usulku bisa dirunut ke lebih dari satu negara,” tulis Ozil dalam bagian pertama dari tiga bagian pernyataan yang ia unggah di akun Twitter-nya, Minggu (22/7). “Sementara aku tumbuh di Jerman, akar keluargaku kokoh di Turki. Aku punya dua hati, satu Jerman dan satu Turki.”

Ozil bukan satu-satunya pemain yang bertemu dengan Erdogan di London pada 14 Mei 2018. Bersamanya hadir pula Ilkay Gundogan (gelandang Manchester City) dan Cenk Tosun (penyerang Everton). Kabarnya Emre Can (gelandang Liverpool) juga diundang, namun menolak hadir.

Erdogan saat itu berada di Inggris dalam rangka tiga hari kunjungan. Agendanya adalah bertemu dengan Ratu Elizabeth II dan Perdana Menteri Inggris, Theresa May. Turki menggelar Pemilu pada 24 Juni 2018.

Masing-masing pemain berpose dengan Erdogan sembari membentangkan seragam klub mereka masing-masing. Sementara jersey Ozil dan Tosun tak berhias apa pun, kaus Gundogan bertuliskan “Dengan hormat yang sangat untuk presidenku.”

Dalam upaya meredakan keriuhan, Gundogan mengeluarkan pernyataan: “Bukan tujuan kami memberi pernyataan politis dengan foto kami, terlebih lagi untuk mengampanyekan pencalonannya. Sebagai pemain tim nasional Jerman, kami berkomitmen terhadap nilai-nilai DFB dan menyadari tanggung jawab kami.”

Ketiga pemain lahir di Jerman dari keluarga Turki. Ozil dan Gundogan bermain untuk Tim Nasional Jerman sementara Tosun memilih memperkuat negara asal leluhurnya. “Kami” yang dimaksud Gundogan semakin tak jelas maksudnya karena Ozil memilih bungkam. Namun setelah lebih dari dua bulan, ia buka suara juga.

“Saya mengerti ini mungkin akan sulit dipahami, mengingat di kebanyakan budaya pemimpin politik tak bisa dipandang terpisah sebagai pribadi. Namun dalam kasus ini, [situasinya] berbeda. Apa pun hasil pemilu lalu, atau pemilu sebelumnya, saya akan tetap berfoto.”

Standar Ganda Surat Kabar

Kontroversi foto-foto Ozil bersama Erdogan tak mereda seiring waktu. Penampilan buruk Ozil dan Tim Nasional Jerman di Piala Dunia 2018 membuat isu ini kembali muncul ke permukaan. Dalam bagian kedua, Ozil menyerang beberapa surat kabar Jerman atas standar ganda yang mereka terapkan kepadanya.

“Beberapa surat kabar Jerman memanfaatkan latar belakang dan fotoku dengan Presiden Erdogan sebagai propaganda sayap kanan untuk melanggengkan tujuan politik mereka. Jika tidak, untuk apa mereka menggunakan foto dan kepala berita dengan namaku sebagai penjelasan langsung atas kekalahan di Rusia? Mereka tidak mengecam penampilanku, mereka tidak mengecam penampilan tim, mereka hanya mengecam latar belakang Turkiku dan rasa hormatku terhadap caraku dibesarkan. Ini melewati batas pribadi yang seharusnya tak pernah dilewati, seiring usaha surat kabar untuk membuat bangsa Jerman menentangku.”

Ozil mengeluhkan tidak adanya tekanan media terhadap Lothar Matthaus yang belum lama ini bertemu dengan Vladimir Putin (Presiden Rusia).

“Walau ia punya jabatan di DFB, mereka tidak pernah memintanya untuk menjelaskan tindakannya di muka umum dan ia terus mewakili para pemain Jerman tanpa cercaan. Jika media merasa saya seharusnya tak disertakan di skuat Piala Dunia, tentu ia juga harusnya dicopot dari jabatan kapten kehormatan? Apakah latar belakang Turkiku membuatku menjadi target yang lebih empuk?”

Menyerang Presiden DFB

“Saya tak sudi lagi menjadi kambing hitam atas ketidakcakapan dan ketidakmampuannya menjalankan tugas dengan layak,” kata Ozil tentang Presiden DFB (PSSI-nya Jerman), Reinhard Grindel.

Tak lama setelah foto-foto Erdogan dengan Ozil dan Gundogan menyebar, Grindel melayangkan kecaman: “Tentu DFB menghargai situasi istimewa para pemain dengan latar belakang migran. Namun sepakbola dan DFB menganut nilai-nilai yang tidak dihormati oleh Tuan Erdogan. Tidak baik para pemain kami membiarkan diri mereka dimanfaatkan untuk tujuan kampanyenya.”

Menurut Ozil, masih dalam bagian ketiga pernyataannya, ia memangkas liburannya untuk menghadiri pertemuan dengan Grindel di Berlin. Tujuan pertemuan tersebut untuk menjelaskan foto-foto dengan Erdogan, dan kedua belah pihak akhirnya sepakat fokus penuh ke Piala Dunia 2018. Panasnya, ternyata, tak reda di situ. Setelah Jerman tersingkir dari Piala Dunia, Grindel kembali mendesak Ozil menjelaskan foto-fotonya kepada publik.

“Kepadamu, Reinhard Grindel, saya kecewa tapi tidak terkejut. Pada 2004, saat kau masih anggota Parlemen Jerman, kau berkata bahwa ‘multikulturalisme pada kenyataannya adalah mitos [dan] kebohongan abadi” sementara kau menolak undang-undang kewarganegaraan ganda dan hukuman untuk suap, juga mengatakan budaya Islam sudah terlalu berpengaruh di banyak kota di Jerman. Ini tidak termaafkan dan tidak terlupakan.”

“Rasialisme Tidak Boleh, Tidak Pernah Boleh Diterima”

“Dengan berat hati dan pertimbangan panjang akibat kejadian-kejadian belakangan,” tulis Ozil dalam paragraf penutup pernyataannya, “saya tak akan lagi bermain untuk Jerman di tingkat internasional selama saya masih merasakan rasialisme dan hinaan. Dulu saya mengenakan seragam Jerman dengan rasa bangga dan semangat yang tinggi, tapi kini tidak lagi. Keputusan ini sangat sulit diambil karena saya selalu memberi segalanya untuk rekan-rekan satu tim, para staf pelatih, dan orang-orang baik Jerman. Namun ketika para pejabat tinggi DFB memperlakukan saya seperti ini, menghina akat Turki saya dan dengan egois menjadikan saya propaganda politik, maka cukup sudah. Saya tidak bermain sepakbola karena itu, dan saya tak akan diam saja. Rasialisme tidak boleh, tidak pernah boleh diterima.”

Komentar