Pressing Kroasia Bikin Inggris Keok

Analisis

by Ardy Nurhadi Shufi

Ardy Nurhadi Shufi

Juru Taktik Amatir
ardynshufi@gmail.com

Pressing Kroasia Bikin Inggris Keok

Kroasia akan menghadapi Perancis di laga final Piala Dunia 2018. Kroasia lolos ke partai puncak setelah menaklukkan Inggris dengan skor 2-1, lewat babak tambahan, pada Kamis (12/7) dini hari WIB.

Kroasia sempat tertinggal lebih dulu; Kieran Trippier membawa Inggris unggul lewat tendangan bebas di menit ke-5. Gol penyeimbang Kroasia tercipta pada menit ke-68, dicetak Ivan Perisic. Gol penentu kemenangan dicetak Mario Mandzukic pada menit ke-108.

Inggris hanya menyengat di awal laga. Setelah unggul, nyaris tak ada lagi peluang berbahaya dari anak-anak asuh Gareth Southgate. Situasi tersebut tak lepas dari penampilan luar biasa Kroasia, khususnya setelah turun minum. Kroasia tampil lebih agresif pada babak kedua, sampai akhirnya menyamakan kedudukan. Respons Southgate yang kurang tepat lantas dihukum Zlatko Dalic untuk menekan Inggris sampai akhirnya mencetak gol kemenangan.

Inggris bukannya tampil buruk pada laga ini. Akan tetapi penampilan impresif mereka hanya terjadi di 20 hingga 30 menit babak pertama saja. Sampai turun minum, Inggris masih kesebelasan yang percaya diri, di atas angin, dan membuat Kroasia terlihat kesulitan.

Inggris yang turun dengan formasi dasar andalannya, 3-5-2, membombardir Kroasia lewat serangan kedua sayap. Sisi kanan yang menjadi area bermain Kieran Trippier menjadi sisi favorit. Pada babak pertama, bek Tottenham Hotspur tersebut menjadi pemain dengan jumlah operan tertinggi, 31 operan. Bandingkan dengan Ashley Young yang bermain di sisi kiri, hanya 19 operan saja. Titik berat serangan Inggris pada Trippier tak lepas dari arah build-up Inggris yang lebih banyak diemban oleh Kyle Walker (bek tengah sebelah kanan) daripada Harry Maguire (bek tengah sebelah kiri).

Namun ketangguhan Domagoj Vida jadi penyebab serangan Inggris tak mampu menembus pertahanan Kroasia. Bek Besiktas tersebut mencatatkan tiga sapuan dan tiga intersep, keduanya terbanyak di Kroasia.

Gol Inggris sendiri lahir dari area depan kotak penalti Kroasia. Ketika itu Dele Alli menusuk area tengah lewat dribel. Aksinya itu dihentikan Luka Modric dengan pelanggaran. Tendangan bebas dieksekusi dengan baik oleh Trippier.

Pressing Kroasia membuat Inggris kesulitan membangun serangan

Pada 20 menit pertama, Inggris masih berani memainkan possession football. Penguasaan bola seimbang, 50%-50%. Hasilnya dua tembakan berhasil dilepaskan, sementara Kroasia yang agak tertekan baru satu kali mengancam. Sampai turun minum, Inggris hanya sedikit kalah penguasaan bola (47% vs 53%).

Di babak kedua situasi pertandingan berubah. Inggris tak lagi nyaman saat menguasai bola. Kroasia meningkatkan agresivitas pressing mereka usai turun minum. Jika pada babak pertama Kroasia beberapa kali hanya menjaga area middle third, sejak babak kedua skuat asuhan Zlatko Dalic tersebut langsung menekan trio bek tengah Inggris yang hendak membangun serangan.

Kroasia menaikkan garis pertahanan dan menerapkan pressing agresif secara konsisten sejak babak kedua

Jordan Pickford, kiper Inggris, mulai lebih sibuk setelah babak kedua. Secara keseluruhan, laga ini memang berbeda untuknya. Ia menjadi pemain ketiga terbanyak perihal melepaskan operan dengan 51 kali. Jumlah operannya hanya kalah dari Trippier (67 kali) dan Walker (62 kali).

Ini situasi tak biasa bagi Pickford. Di lima laga sebelumnya, rataan operan yang ia lepaskan hanya 27 kali per laga. Ini artinya jumlah operan kiper Everton tersebut meningkat dua kali lipat pada laga kali ini. Dari 51 operan, 38 di antaranya merupakan umpan jauh. Akurasinya, sial bagi Inggris, hanya 47% saja (berbeda jauh dengan Danijel Subasic, kiper Kroasia, yang punya akurasi operan 91%).

Pickford lebih sering mengirimkan umpan jauh, terbanyak baginya di Piala Dunia 2018 ini (via: @StatZone)

Pressing Kroasia adalah penyebab Pickford banyak menyentuh bola. Berkat tekanan yang dilakukan Ante Rebic, Mario Mandzukic, dan Ivan Perisic pada trio lini belakang Inggris, bola hasil umpan pendek lebih sering kembali padanya. Tekanan Kroasia yang rapi, sampai menekan Pickford saat menguasai bola, membuat Pickford pada akhirnya lebih sering mengirimkan umpan jauh.

Dalam skema pressing Kroasia, gelandang dan trio lini depan punya andil besar. Dari total 27 kali upaya tekel, 19 kali atau lebih dari setengahnya dilakukan oleh lini tengah dan depan. 10 di antaranya merupakan tekel berhasil. Pelanggaran pun lebih banyak dilakukan oleh lini tengah dan depan dibanding lini belakang (14 pelanggaran dari total 23 kali).

Kroasia banyak melakukan pelanggaran di area pertahanan Inggris (ditandai dengan segitiga hitam) menandakan bahwa mereka berusaha langsung menekan dan merebut bola di lini pertahanan lawan (via: @StatZone)

Inggris kecolongan di sayap

Pressing agresif Kroasia sebenarnya mulai dilakukan sejak menit 15. Setelah tertinggal Kroasia memang berusaha lebih banyak menguasai bola. Tapi pressing baru konsisten dilakukan sejak babak kedua.

Melihat situasi ini Southgate tampaknya menginstruksikan anak asuhnya untuk mengubah strategi bertahan. Pada babak pertama, para pemain Inggris cukup berani menekan hingga area pertahanan Kroasia dan melancarkan tekel-tekel agresif. Tapi pada babak kedua pertahanan Inggris lebih menekankan pada compact defense di sekitar kotak penalti.

Pada babak pertama Inggris mencatatkan delapan tekel dan enam pelanggaran. Namun pada babak kedua, hanya enam tekel dan dua pelanggaran saja yang mereka lakukan. Inggris sangat meminimalisasi kontak fisik dengan para pemain Kroasia.

Untuk mengamankan pertahanan dari serangan Kroasia, Inggris lebih banyak membuang bola. Total 40 sapuan mereka torehkan pada laga ini. Itu juga yang membuat Inggris lebih sering kehilangan bola dan Kroasia unggul penguasaan bola.

Cara Kroasia menembus ketatnya pertahanan Inggris sendiri adalah dengan mengandalkan umpan-umpan silang. Pada laga ini, 41 umpan silang mereka kirimkan ke jantung pertahanan Inggris. Maka tak heran pemain Kroasia yang paling sibuk di zona pertahanan Inggris saat menguasai bola bukan Ivan Rakitic atau Luka Modric, melainkan Perisic, Rebic, Sime Vrsaljko, dan Ivan Strinic. Keempatnya total melepaskan 29 umpan silang.

Sementara Inggris bertumpu pada sisi kanan, Kroasia menyerang melalui kedua sayap. Pencetak umpan silang terbanyak pada laga ini adalah Perisic yang beroperasi di sisi kiri dan Vrsaljko yang berposisi sebagai full-back kanan. Keduanya sama-sama melepaskan 9 umpan silang.

Upaya mencecar pertahanan Inggris lewat umpan silang berhasil pada menit ke-68. Gol penyama kedudukan dicetak oleh Perisic setelah memanfaatkan umpan silang Vrsaljko dari sisi kanan. Saat bek kanan Atletico Madrid tersebut melepaskan umpan, Dele Alli tidak menekan sedekat mungkin sehingga umpan bisa dilepaskan dengan cukup bebas. Secara keseluruhan, seperti yang terjadi saat Kroasia memindahkan serangan dari kiri ke kanan, para pemain Inggris memang tidak terlalu mengandalkan pressing agresif.

Gol kemenangan Kroasia juga tak lepas dari upaya umpan silang. Awalnya Ivan Strinic hendak mengirim bola lewat umpan silang dari sisi kiri. Namun umpannya tersebut diblok Walker. Bola pantulan itulah yang disambut Perisic melalui sundulan. Dengan sigap Mandzukic menyambut bola lalu menaklukkan Pickford.

Inggris bukannya tanpa peluang di babak kedua. Harry Kane sebetulnya punya peluang emas sebelum gol Perisic terjadi yang bisa membuat Inggris menjauh. Tapi dua tembakannya dari jarak dekat mampu digagalkan Subasic.

***

Kekalahan Inggris ini bisa dikatakan merupakan kurang tepatnya Southgate merespons perubahan strategi Dalic di babak kedua. Compact defense yang dibuat Inggris tidak didukung dengan pressing yang mampu menghalau umpan silang Kroasia. Situasi tersebut dimanfaatkan Kroasia dengan terus menyerang melalui sayap.

Kroasia, sementara itu, tampil militan dengan strategi pressing-nya yang membuat Inggris kesulitan membangun serangan. Trio bek tengah tak bisa melepaskan operan dengan leluasa. Penguasaan bola pun jadi milik Kroasia dan Inggris terus tertekan sejak babak kedua. Efektivitas pressing Kroasia ditunjukkan hampir di seluruh laga, kecuali di 20 menit awal, tak sedikit pun menunjukkan tanda-tanda kelelahan efek menjalani 120 menit laga pada dua laga sebelumnya.

Menghadapi kondisi itu, Southgate tampak tak memiliki rencana lain. Pergantian yang dilakukannya cenderung mengganti pemain per posisi. Perubahan formasi dasar baru terjadi setelah gol Mandzukic, dengan memasukkan Jamie Vardy menggantikan Walker pada menit ke-112. Perubahan itu tak terlalu berdampak karena waktu yang tersisa tak banyak, hingga akhirnya skor 2-1 tetap bertahan dan kemenangan menjadi milik Kroasia.

Komentar