Menanti Kebangkitan Serie A Setelah Ronaldo ke Juventus

Analisis

by Ardy Nurhadi Shufi

Ardy Nurhadi Shufi

Juru Taktik Amatir
ardynshufi@gmail.com

Menanti Kebangkitan Serie A Setelah Ronaldo ke Juventus

Cristiano Ronaldo resmi ke Juventus. Pada Selasa (10/7), Real Madrid mengonfirmasi kepindahan ini. “Berdasarkan permintaan dan keinginan dari Cristiano Ronaldo, Real Madrid mengumumkan telah menyutujui kepindahannya ke Juventus.”

Ini kabar baik bukan hanya untuk fans Juventus, tapi juga fans Serie A Italia. Salah satu pemain terbaik dunia, akhirnya, kembali berhasil “dibajak” klub Italia. Kepindahan Ronaldo ke Juventus bisa jadi penanda kebangkitan Serie A.

Ronaldo datang ke Juventus dengan status pemain terbaik dunia. Di sepakbola sekarang, tak perlu diperdebatkan lagi bahwa Ronaldo, bersama Lionel Messi, adalah pesepakbola terbaik sejagat. Ronaldo telah meraih lima kali Ballon d’Or sepanjang kariernya, terbanyak bersama Messi.

Ini bukan kali pertama Serie A merekrut pemain terbaik dunia. Tapi terakhir kali pemain terbaik dunia mendarat ke Italia terjadi lebih dari dua dekade lalu. Pada 1997, Internazionale Milan menggaet peraih FIFA Player of the Year 1996, Ronaldo Luiz Nazario. Saat itu adalah masa emas Serie A Italia.

Lantas seperti apa dampak kedatangan Ronaldo ke Serie A Italia?

***

Secara kualitas tim, Juventus mungkin masih akan terdepan. Kehadiran Ronaldo membuat mereka seolah semakin tak tersentuh sebagai kesebelasan terbaik Italia. Tapi banyak dampak positif untuk kesebelasan lain dengan kedatangan Ronaldo. Pamor Serie A bisa kembali naik, tidak seperti 10 tahun terakhir.

Sejak kasus calciopoli pada 2006, sepakbola Italia tak lagi seksi. Faktor utamanya banyak pemain bintang yang memilih meninggalkan Italia. Apalagi Juventus didakwa sebagai aktor utama skandal pengaturan skor tersebut, di mana Si Nyonya Tua merupakan tempat berkumpulnya para pemain bintang dunia.

Mendatangkan pemain bintang dari luar Italia pun mulai sulit. Selain karena wajah sepakbola Italia sudah tercoreng, klub-klub lain terkena dampaknya dengan masalah finansial. Hampir semua kesebelasan mulai harus berhemat dalam mengatur pengeluaran tim. Harga hak siar Serie A turun drastis.

Tak sedikit kesebelasan yang kemudian dinyatakan bangkrut. Salah satunya Parma. Sejarah yang menunjukkan kebesaran mereka tak mampu menyelamatkan Parma untuk tetap bertahan karena para investor enggan mendekat. Akhirnya mereka harus rela terjun ke Serie D pada 2015 (sebelum akhirnya kembali bermain di Serie A per musim 2018/19).

Kesebelasan besar memang terkena dampak negatif dari menurunnya kualitas Serie A. Bahkan sejumlah kesebelasan mulai harus menjual kepemilikan ke investor asing. AS Roma, AC Milan, dan Inter Milan adalah beberapa kesebelasan besar yang terpaksa menjual kepemilikan klub karena sempat didera masalah finansial.

Kesebelasan besar yang sulit mendatangkan bintang pun mulai kesulitan berprestasi di Liga Champions. Hanya Juventus yang secara konsisten menjaga martabat Serie A di kompetisi antar kesebelasan terbaik Eropa setiap musimnya. Dua kali Juventus mencapai final.

Karena itu pula gelar pemain terbaik dunia tak lagi jadi milik pemain dari kesebelasan Italia. Bahkan untuk menembus tiga terbaik pun sulit. Padahal pada periode 1980 hingga 2010, 15 dari 30 pemenang Ballon d’Or adalah pemain Serie A.

Terakhir kali Serie A menyumbang pemain terbaik dunia (Ballon d’Or) adalah pada 2007 setelah Kaka mengantarkan AC Milan menjuarai Liga Champions. Semusim sebelum Kaka, Gianluigi Buffon menempati urutan kedua terbaik dunia, di bawah Fabio Cannavaro (Real Madrid). Tapi perlu diketahui, Cannavaro pun sebenarnya mendapatkan gelar pemain terbaik dunia setelah menjadi juara Piala Dunia 2006 dan juara Serie A Italia bersama Juventus, walau akhirnya gelar Serie A dicabut akibat calciopoli.

La Liga, sementara itu, mulai rutin mengirimkan peraih pemain terbaik dunia. Sejak 2009 hingga 2017, atau sejak Ronaldo hijrah ke Real Madrid sampai sekarang, peraih Ballon d’Or selalu dari La Liga. Antara Messi atau Ronaldo. Keduanya kini mengoleksi masing-masing lima Ballon d’Or.

Saat ini La Liga sendiri merupakan liga kedua termahal di dunia setelah Liga Primer Inggris. Dalam laporan Deloitte pada Juni 2018, La Liga mendapatkan laba bersih sekitar 2,85 miliar euro. Jumlah tersebut melampaui Bundesliga yang mendapatkan laba 2,79 miliar. Liga Inggris unggul jauh dengan 5,29 miliar euro.

Masih menurut Deloitte, melonjaknya pendapatan La Liga tak lepas dari kenaikan nilai hak siar TV. Pada 2015, kontrak hak siar mereka mencapai 2,69 miliar euro untuk tiga tahun. Sebelumnya, nilai hak siar La Liga “hanya” 800 juta euro saja.

Di La Liga sendiri tidak semua kesebelasan punya pemain top dunia. Tapi La Liga adalah tempatnya pemain terbaik dunia bermain. Sejak 2009, La Liga identik Cristiano Ronaldo vs Lionel Messi. Real Madrid vs Barcelona. Meski terjadi duopoli liga, hal itu tetap membawa La Liga mendunia.

Dalam pembagian hak siar pun Real Madrid dan Barcelona mendapatkan persenan terbesar dibanding kesebelasan lain. Bahkan keduanya sempat mendapatkan 50% dari total 90% pendapatan hak siar La Liga (10% sisanya untuk kesebelasan divisi dua). Hal itu diprotes kesebelasan lain dan akhirnya ada perubahan skema pendapatan untuk kesebelasan-kesebelasan La Liga termasuk Real Madrid dan Barcelona.

Pemain-pemain top dunia pun tak ragu hijrah ke Spanyol. Awalnya hanya membela Real Madrid atau Barcelona sebagai pilihan, kini Atletico Madrid mulai setara keduanya. Ini menjadi sebuah indikasi bahwa secara finansial La Liga punya daya tarik tersendiri. Ronaldo, juga Messi, khususnya Real Madrid dan Barcelona, berperan besar dalam hal itu.

“Kami perlu terus berkembang tanpa mengurangi pendapatan Real Madrid dan Barcelona. Semakin baik mereka melaju dan semakin banyak bintang yang mereka miliki, semakin baik pula nilai domestik dan internasional La Liga itu sendiri,” kata Presiden La Liga, Javier Tebas.

Untuk Juve sendiri mendatangkan Ronaldo adalah perjudian besar dari segi finansial. Dalam tulisan sebelumnya, sudah kami sebutkan bahwa Juventus sudah keluar banyak uang untuk mendatangkan Mattia Perin, Joao Cancelo, mempermanenkan Douglas Costa, dan pemain lain yang total biayanya lebih dari 100 juta euro. Tapi kebintangan Ronaldo bisa juga dijadikan pendulang laba. Inilah yang diharapkan Juventus bisa menutupi kerugian Juve setelah mendatangkan Ronaldo dengan nilai transfer 100 juta euro (dibayar dua tahun) plus 30 juta euro per musim untuk gaji.

Efek kedatangan Ronaldo bagi sisi bisnis Juventus sendiri sudah terlihat ketika rumor Ronaldo-Juventus mencuat. Harga saham Juventus langsung naik dari 0,66 euro per lembar menjadi 0,80 euro. Spekulasi Bloomberg saat itu, nilai saham Juventus bisa naik sekitar 23% dalam satu pekan. Sekarang setelah resmi kemungkinan besar akan semakin tinggi juga nilai saham Juventus.

Bagi Juventus, sebenarnya tak butuh mendatangkan Ronaldo, yang telah mencetak lebih dari 600 gol, untuk menjuarai Serie A kedelapan secara beruntun pada musim 2018/19. Trofi Liga Champions adalah target utama Juventus dalam beberapa tahun terakhir. Mendatangkan Ronaldo, yang telah lima kali juara Liga Champions dan selalu mencetak dua digit gol di Liga Champions dalam tujuh musim terakhir, adalah upaya menaikkan level Juventus di Liga Champions. Jika semuanya berjalan sesuai rencana alias Juve juara Liga Champions bersama Ronaldo, kerugian finansial pada musim 2018/19 tidak akan menjadi masalah lagi buat Juventus karena potensi keuntungan yang datang semakin besar.

***

Situasi yang terjadi di La Liga dalam 10 tahun terakhir seperti yang dijabarkan di atas bisa mulai terjadi juga di Serie A setelah kedatangan Ronaldo. Yang paling utama adalah soal hak siar. Italia saat ini menempati urutan kelima soal hak siar.

Dengan hak siar yang semakin tinggi, semakin besar juga pendapatan masing-masing klub. Semakin berprestasi Juventus di Liga Champions dan Serie A, kesebelasan lain, dengan pendapatan tambahan dari hak siar, akan semakin meningkatkan kualitasnya dengan pemain-pemain top lain yang didatangkan untuk mencapai level Juventus. Secara tidak langsung, level mereka pun akan kembali meningkat di ajang Liga Champions atau Liga Europa.

Bagi Indonesia sendiri kedatangan Ronaldo bisa jadi kabar baik, khususnya bagi pencinta Serie A. Serie A yang turun pamor mulai dilupakan karena tidak menarik bagi stasiun TV swasta Indonesia. Sempat disiarkan TV nasional (TVRI), Serie A akhirnya benar-benar tidak bisa disaksikan secara gratis oleh masyarakat Indonesia.

Kedatangan Ronaldo bisa menumbuhkan harapan besar bagi pencinta sepakbola Serie A di Indonesia untuk bisa kembali menyaksikan Serie A Italia setiap minggunya. Tidak terlalu berlebihan karena La Liga saja, meski tidak banyak kesebelasan besar yang bermain, tetap disiarkan setiap musimnya oleh TV nasional Indonesia. Kenapa Serie A Italia, setelah kedatangan pemain terbaik dunia, tidak?

Komentar