Prediksi Kroasia vs Inggris: Inggris Diuntungkan Kelelahan Kroasia

Analisis

by Ardy Nurhadi Shufi

Ardy Nurhadi Shufi

Juru Taktik Amatir
ardynshufi@gmail.com

Prediksi Kroasia vs Inggris: Inggris Diuntungkan Kelelahan Kroasia

Kroasia dan Inggris sama-sama menorehkan prestasi dengan tampil di semifinal Piala Dunia 2018. Kroasia terakhir kali bermain di semifinal Piala Dunia pada 1998. Sementara itu Inggris terakhir kali tampil di empat besar Piala Dunia pada 1990.

Kroasia dan Inggris, terakhir kali mereka ke semifinal, sama-sama menelan kekalahan. Kroasia kalah dari Perancis, sementara Inggris dari Jerman Barat. Tapi kini satu di antara mereka berpeluang mencatatkan prestasi lebih tinggi lagi karena keduanya akan berebut satu tiket final.

Secara komposisi pemain atau head-to-head kualitas individu pemain, khususnya dalam starting line up, Kroasia tampak lebih unggul dari Inggris. Tapi sepakbola adalah permainan tim. Inilah yang membuat kami memprediksi Inggris akan lolos ke final untuk pertama kalinya sejak Piala Dunia 1966.

Kroasia kelelahan

Kroasia tampil menjanjikan sejak fase grup. Tiga laga disapu bersih dengan kemenangan. Argentina dilibas tiga gol tanpa balas. Hanya satu gol yang bersarang ke gawang Danijel Subasic.

Tapi memasuki fase gugur, penampilan Kroasia menurun. Secara permainan mungkin tidak terlalu signifikan karena Kroasia tetap dominan dan melepaskan banyak tembakan. Penurunan terlihat dari segi kekuatan pertahanan dan ketajaman menyerang.

Melawan Denmark di babak 16 besar, Kroasia tertinggal lebih dulu. Gol ke gawang Subasic tercipta hasil dari kemelut. Begitu juga gol penyama kedudukan yang diciptakan Kroasia. Mario Mandzukic mencetak gol setelah bola sapuan pemain bertahan Denmark memantul pada rekannya sendiri dan mengarah ke kakinya.

Di babak perempat final Kroasia menghadapi Rusia. Kroasia lagi-lagi tertinggal lebih dulu setelah Denis Cheryshev melepaskan tembakan dari luar kotak penalti. Kroasia berhasil membalikkan keadaan di babak tambahan. Tapi jelang 120 menit berakhir, Rusia mencetak gol memanfaatkan bola mati.

Salah satu faktor Kroasia tampil tak seperti kala di fase grup adalah kelelahan para pemainnya. Ivan Perisic dan Luka Modric jadi dua pemain Kroasia yang selalu bermain di setiap laga sejak fase grup. Nama terakhir bahkan menunjukkan betul kelelahannya.

Pada laga melawan Denmark, Kroasia sebenarnya mendapatkan hadiah penalti di babak kedua tambahan waktu. Tapi tendangan Modric sang eksekutor terlalu lemah dan mampu dibendung Kasper Schmeichel.

Kelelahan Modric turut “berperan” pada kebobolan Kroasia melawan Rusia. Gol Cheryshev terjadi setelah tekel pemain Real Madrid tersebut gagal menjangkau bola yang dikuasai Cheryshev.

Di lini serang, Kroasia mencatatkan total 48 kali tembakan di dua laga fase gugur. Tapi faktor kebugaran pemain menjadi penyebab peluang kerap terbuang sia-sia. Gol Mandzukic tercipta lewat kemelut sementara gol Vida memanfaatkan skema sepak pojok.

Gol dari skema open play mulai sulit diciptakan. Di fase grup, lima dari tujuh gol Kroasia merupakan hasil skema open play. Gol Vida ke gawang Rusia adalah gol pertama Kroasia yang berasal dari bola mati.

Kroasia melangkah ke babak semifinal lewat kemenangan di adu penalti. Artinya mereka telah menjalani 120 menit pertandingan pada dua laga sebelum melawan Inggris. Kelelahan bukan tak mungkin akan menjadi faktor yang menguntungkan Inggris karena The Three Lions hanya menjalani satu laga 120 menit di fase gugur.

Sejumlah pemain inti Kroasia tampil di kedua laga fase gugur Subasic, Vida, Dejan Lovren, Ivan Rakitic, Modric, dan Ante Rebic bermain penuh selama 120 menit di laga melawan Denmark dan Rusia. Mario Mandzukic bermain penuh melawan Rusia dan baru diganti pada menit 108 saat melawan Denmark. Ketujuh pemain inilah yang menjadi fondasi utama kekuatan Kroasia.

Melawan Inggris bukan tak mungkin para pemain Kroasia akan dilanda kelelahan yang lebih hebat dibanding dua laga sebelumnya. Bahkan salah satu pemain mereka, Sime Vrsaljko, dipastikan absen karena cedera hamstring, yang tak bisa dimungkiri merupakan efek dari ketidakmampuan melawan kelelahan. Subasic dan Lovren juga dikabarkan absen pada latihan terakhir Kroasia karena masalah kebugaran.

Inggris sendiri bermain tenang dan percaya diri saat menghadapi Swedia dan menuntaskan laga di 90 menit pertandingan. Dele Alli dan Jordan Henderson diganti sebelum pertandingan berakhir. Secara kebugaran, Inggris lebih unggul dibanding Kroasia. Hanya Henderson dan Jamie Vardy yang sedang dalam kondisi tidak fit 100%.

Berdampak pada fokus saat bola mati

Kelelahan akan berdampak besar pada pengambilan keputusan dan fokus. Karena hal itu juga sebuah kesebelasan lebih sering kebobolan pada menit-menit akhir pertandingan. Termasuk juga dalam antisipasi bola mati. Saat menghadapi bola mati, kualitas individu dalam menutup ruang kosong dan melakukan penjagaan pemain lawan adalah hal yang paling menentukan.

Hal itu dialami betul Kroasia. Empat gol yang bersarang ke gawang Kroasia terjadi pada tiga laga terakhir mereka. Di fase gugur, tercipta tiga gol ke gawang Subasic, dua di antaranya merupakan dampak dari kehilangan fokus pemain Kroasia menghadapi bola mati.

Di babak 16 besar, skema lemparan ke dalam Denmark sebenarnya tidak terlalu membahayakan. Tapi saat itu, bek Denmark, Zanka, cukup bebas menerima bola saat terjadi kemelut. Tendangannya pun sebenarnya tidak terlalu keras dan bahkan bisa dibendung Subasic. Tapi karena kehilangan fokus, yang tak lepas dari kelelahan, para pemain Kroasia justru panik sementara Subasic gagal mengamankan bola dengan baik.

Hal itu juga yang terjadi pada gol Mario Fernandes yang tercipta pada menit 115. Pemain naturalisasi asal Brasil tersebut bisa menyambut tendangan bebas Alan Dzagoev dengan leluasa tanpa gangguan. Subasic pun tak berdaya untuk merespons bola yang diteruskan Fernandes.

Bagi Inggris, situasi tersebut menjadi sasaran empuk. Skuat asuhan Gareth Southgate ini menjadi kesebelasan dengan gol set piece terbanyak di Piala Dunia 2018, lima kali. Kiriman umpan sepak pojok Kieran Trippier dan Ashley Young akan menjadi ancaman nyata bagi Kroasia.

Mengincar adu penalti ketiga

Situasi Kroasia saat menghadapi Inggris kurang menguntungkan. Maka skuat asuhan Zlatko Dalic tersebut tampaknya perlu mempertimbangkan bermain lebih aman melawan The Three Lions. Mengincar kemenangan lewat adu penalti tampak lebih realistis bagi Kroasia.

Kroasia tidak perlu bernafsu untuk segera mencetak gol pada laga ini. Bahkan mereka harus menjaga stamina dan kebugaran pemain sepanjang laga, untuk 120 menit jika memungkinkan. Salah satu penghematan tenaga yang bisa dilakukan Kroasia adalah dengan bermain lebih defensif.

Bermain defensif di sini berarti tidak terlalu berambisi unggul penguasaan bola. Untuk mencetak gol, serangan balik melalui beberapa kecepatan pemain akan jadi opsi menarik. Selain itu, eksekusi bola mati baik dari tendangan bebas maupun sepak pojok pun bisa diandalkan. Kroasia punya Modric, Rakitic, dan Milan Badelj untuk ekeskutor bola mati serta Manduzkic, Lovren, Vida, dan Kramaric yang bisa memanfaatkan duel bola udara.

Itu juga terkait kelemahan Inggris. Dari empat gol yang bersarang ke gawang Jordan Pickford, tiga di antaranya dari bola mati. Masing-masing satu gol dari sepak pojok, satu dari tendangan bebas, satu tendangan penalti. Panama dan Kolombia adalah kesebelasan yang berhasil membobol gawang Inggris lewat bola mati.

Kroasia sebenarnya tidak andal dalam mencetak gol melalui skema sepak pojok. Mayoritas gol Kroasia berasal dari skema open play. Meskipun begitu mereka juga pernah merobek jala lawan lewat set piece. Gol Vida ke gawang Rusia dan gol bunuh diri Oghenekaro Etebo melawan Nigeria menjadi contoh bahwa Kroasia pun bisa memanfaatkan bola mati.

Jika mampu memanfaatkan skema bola mati ini, Kroasia bisa tampil mengejutkan dan menyingkirkan Inggris. Syaratnya tentu mereka tetap punya pertahanan solid untuk menghindari serangan Inggris, yang sialnya juga punya kelebihan dari pemanfaatan bola mati. Yang jelas Kroasia dengan para pemain yang kelelahan ini harus bisa memanfaatkan bola mati sebagai jalan terakhir mereka untuk menang.

Komentar