Stadion Kembaran GBK Gunakan Rumput Hibrida

Berita

by redaksi

Stadion Kembaran GBK Gunakan Rumput Hibrida

Stadion Luzhniki cukup familier bagi pencinta sepakbola Indonesia. Bentuk dan struktur stadion yang terletak di Moskwa tersebut sangat mirip dengan stadion kebanggaan Indonesia, Stadion Utama Gelora Bung Karno (SUGBK). Presiden Indonesia pertama, Ir. Soekarno, memang terinspirasi Stadion Luzhniki ketika Indonesia hendak membangun stadion yang selesai dibangun pada 6 Juli 1962 itu.

Luzhniki dan SUGBK memiliki atap bundar yang saling terhubung. Kedua stadion ini juga memiliki trek lari. Kapasitas kedua stadion ini awalnya dibuat untuk menampung lebih dari 100 ribu penonton. Namun setelah mengalami renovasi, daya tampung maksimal stadion akhirnya tereduksi.

Stadion ini menjadi salah satu venue pertandingan Piala Dunia 2018. Luzhniki menjadi stadion yang menggelar upacara pembukaan dan tempat berlangsungnya partai final ajang empat tahunan tersebut. Stadion ini pun dijadwalkan menggelar empat laga fase grup. Dari dua laga yang sudah digelar, Rusia vs Arab Saudi dan Jerman vs Meksiko, semua tiket ludes terjual. Untuk laga Piala Dunia sendiri, kapasitas maksimal stadion adalah 78.011 penonton.

Tapi ada satu hal yang menarik dari Stadion Luzhniki ini. Ketika menyaksikan para pemain bertanding di lapangan ini, kita seolah melihat stadion yang menggunakan rumput sintetis. Warnanya tampak hijau tua dan langkah pemain terlihat lebih berat.

Ternyata Luzhniki bukan menggunakan rumput sintetis, melainkan rumput hibrida. Menurut SIS Pitches yang bertanggung jawab atas pemasangan rumput ini, rumput Stadion Luzhniki berkomposisi 95% rumput alami dan 5% PE alias teknologi benang yang dirancang khusus melalui laser. Rumput yang dinamakan SISGrass ini diklaim sebagai rumput paling berteknologi di dunia.

Dalam SISGrass sendiri terdapat teknologi bernama SISAir yang secara aktif mengelola kelembaban tanah dan menghilangkan kelebihan air dari tanah melalui jaringan pipa di bawah lapangan dengan bantuan pergerakan udara. Dalam udara panas atau dingin, sistem ini akan membuat rumput tetap sehat hingga ke akar-akarnya.

Teknologi yang diterapkan pada rumput stadion Luzhniki ini juga menawarkan peningkatan stabilitas permukaan lapangan. Kualitas rumput yang lebih terjaga ini akan membuat permukaan lapangan tak jauh berbeda saat awal pertandingan dan menjelang akhir pertandingan karena menurut hasil penelitian rumput ini lebih tahan lama dari rumput alami.

"Kami merasa terhormat untuk bisa menerapkannya," kata CEO sekaligus pemilik SIS Pitches, George Mullan. "Kualitas SISGrass dipastikan akan membuat lapangan lebih tangguh dalam menghadapi segala kondisi. Saya yakin Piala Dunia 2018, khususnya laga final, akan menjadi laga yang akan selalu kita ingat."

Sejauh ini apa yang dikatakan Mullan terbukti bahkan sebelum final digelar. Stadion Luzhniki telah menjadi tempat laga yang tampaknya akan dikenang untuk waktu yang lama. Juara Piala Dunia 2014, Jerman, ditaklukkan wakil CONCACAF, Meksiko, dengan skor tipis 1-0 pada laga yang digelar Minggu (17/6) malam.

Komentar