Man United Lebih Kuat Berkat Fred

Cerita

by Ardy Nurhadi Shufi

Ardy Nurhadi Shufi

Juru Taktik Amatir
ardynshufi@gmail.com

Man United Lebih Kuat Berkat Fred

Pada 2014, Shakhtar Donetsk dibuat bingung oleh Kia Joorabchian. Gara-gara ulah agen kelahiran Iran itu, enam pemain Shakhtar belum kembali ke tim usai libur kompetisi. Di antara enam pemain tersebut ada tiga pemain penting. Mereka adalah Douglas Costa, Alex Teixeira, dan Frederico Rodrigues de Santos alias Fred.

"Itu benar, enam pemain belum kembali," kata sang pemilik, Rinat Akhmetov, pada laman resmi. "Tapi itu bukan keinginan pemain. Ini ulah agen mereka. Beberapa jam sebelum sepak mula melawan Lyon, Kia unjuk diri. Tapi setelah laga itu, pada pukul 2 pagi, ia membawa semua pemainnya. Yang paling berbakat adalah: Teixeira, Douglas, dan Fred. Sisanya tidak begitu penting."

Mencuat kabar bahwa enam pemain tersebut belum bergabung akibat situasi Ukraina yang tidak kondusif karena peperangan dalam negeri setelah adanya gerakan pro-Rusia. Meski itu memang terjadi, konon tujuan Kia melakukan hal itu adalah agar Shakhtar memecat keenam pemain tersebut sehingga bisa memilih hengkang ke kesebelasan lain. Kia sendiri dikenal sebagai agen yang bermasalah; ia pula yang melibatkan pihak ketiga pada transfer Javier Mascherano dan Carlos Tevez saat hijrah ke West Ham United.

"Dia ingin melakukan hal yang sama pada Adriano, Ilsinho, Marlos, dan Taison. Tapi mereka menolak. Menurut pengakuan mereka, tujuannya untuk membuat pemain bebas transfer, agar ia mendapatkan keuntungan besar. Ini cara yang salah. Alasan itu cuma alibinya. Ia ingin menggunakan situasi di negara ini untuk mendapatkan pemain mereka dengan gratis. Padahal mereka punya kontrak. [Facundo] Ferreyra diageni oleh orang lain, tapi ia juga tampaknya memanfaatkan situasi ini," sambung Akhmetov.

Akhirnya keenam pemain tersebut kembali ke Shakhtar karena pihak klub mengancam Kia akan mendapatkan denda 10 juta euro per pemain jika tidak mengembalikan para pemain (Ferreyra kemudian langsung dipinjamkan ke Newcastle). Prediksi Kia pun benar karena beberapa tahun berikutnya, tiga dari enam pemain itu mendatangkan puluhan juta euro untuk Shakhtar.

Douglas Costa yang hengkang ke Bayern Mucnhen semusim berikutnya menghasilkan nilai transfer 30 juta euro (dipinjamkan ke Juve dengan opsi permanen 40 juta euro). Dua musim berikutnya giliran Alex Teixeira yang hijrah ke Jiangsu Suning dengan biaya transfer 50 juta euro. Baru-baru ini giliran Fred yang menghasilkan 55 juta euro untuk Shakhtar setelah dibeli Manchester United.

Di antara ketiga pemain ini, tinggal Fred yang kiprahnya belum terlalu terdengar. Douglas Costa sudah membuktikan kualitasnya di Bayern dan Juve. Teixeira dua kali jadi top skor Liga Ukraina sebelum hijrah ke Tiongkok. Lalu apa hebatnya Fred sampai-sampai United rela menjadikannya pemain termahal Shakhtar sepanjang sejarah?

Hukuman doping tak menurunkan kualitas Fred

Bukan Fred yang menjadi olok-olok di timnas Brasil pada Piala Dunia 2014. Bukan juga Fred yang menjadi maskot United. Fred yang hijrah ke United adalah gelandang Brasil yang bergabung ke Shakhtar pada 2013.

Shakhtar merogoh kocek seharga 15 juta euro untuk mendatangkan Fred. Perjudian besar bagi pemain muda yang belum teruji kualitasnya. Saat itu Fred masih berusia 20 tahun.

Walaupun begitu rekam jejak Fred sudah cukup menjanjikan. Ia menjalani debut profesional bersama Internacional di usia 18 tahun. Dalam dua musim, ia jadi salah satu figur penting di lini tengah Internacional untuk mengantarkan juara Campeonato Gaucho dua musim beruntun.

Di Shakhtar pun Fred langsung menjadi pilihan utama. Bersama Fernando Martins dan Taras Stepanenko, Fred menyokong Alex Teixeira yang berposisi sebagai gelandang serang. Teixeira menjadi mesin gol Shakhtar. Belum lagi ketajaman Luiz Adriano dan Oleksandar Gladky yang bersama Teixeira mencatatkan total 37 gol pada musim 2014/15.

Bernard, Fred (kedua dari kiri), Dentinho, Teixeira, dan Marlos

Saat itu ketertarikan kesebelasan-kesebelasan Eropa pada Fred sudah tinggi. Namun kasus doping yang menimpanya saat membela timnas Brasil di Copa America 2015 membuatnya harga pasarnya menurun. Shakhtar yang tahu akan potensi Fred akhirnya menahan diri untuk melepas salah satu pemain terbaiknya. Fred sendiri lantas dihukum satu tahun dan empat bulan lewat dua putusan sidang berbeda.

"Fred merasakan sakit kepala usai melakukan penerbangan. Ia kemudian diberi beberapa obat. Ini tidak bisa dimengerti atas apa yang ditemukan dari darahnya," kata General Director Shakhtar, Sergei Palkin, yang dikutip dari UAFOOTBALL. "Setelah melalui banyak analisis dan juga pembicaraan dengannya, kami menyimpulkan bahwa ada yang salah saat dirinya bersama tim Brasil. Setelah berdiskusi dengan pengacaranya, WADA, dan CONMEBOL, akhirnya hukuman dua tahunnya dicabut."

Menurut pandit Ukraina pada ESPNFC, Manuel Veth, saat itu Shakhtar tidak mau kehilangan Fred begitu saja. Apalagi biaya yang dikeluarkan untuk memboyongnya cukup besar. Tapi tetap saja, potensi Fred sendirilah yang pada akhirnya membuktikan bahwa apa yang dilihat oleh Shakhtar pada pemain yang kini berusia 25 tahun tersebut tidak salah sejak lima tahun yang lalu.

"Meski ia [Fred] dua kali dihukum karena penggunaan doping ia bisa dikatakan telah menuai kesuksesan besar di Ukraina," kata Veth. "Shakhtar selalu merekrut pemain Amerika Selatan dengan harapan bisa menjual kembali dengan keuntungan yang besar. Ini juga yang terjadi pada Fred. Jadi artinya kepindahannya menjadikan misi mereka telah berjalan sesuai rencana."

Setelah kembali dari masa hukuman, meski sempat berlatih sendirian di Brasil pada masa kedua hukumannya (4 bulan), kemampuan Fred tak berkurang. Musim 2017/18 dijalaninya sebagai pemain utama. Ia kembali berduet dengan Stepanenko. Kali ini ia menyokong Taison atau gelandang muda berbakat Ukraina, Viktor Kovalenko.

Di Liga Champions musim ini ia langsung mencuri perhatian. Bermain di 6 laga fase grup, Fred membawa Shakhtar lolos ke babak berikutnya. Menemani Manchester City, menyisihkan Napoli. Di laga pamungkas grup, Fred membantu Shakhtar memberikan kekalahan pertama City musim ini.

Usai laga, beredar isu bahwa Pep Guardiola tertarik merekrut Fred. Hal itu diamini oleh Fred sendiri. Bahkan pelatih timnas Brasil, Tite, mengakui jika ia dihubungi oleh Pep secara langsung untuk menanyakan kualitas Fred. "Fred? Ia adalah pemain yang menjadi andalan Shakhtar. Ia bagus. Dalam sebuah perbincangan, Guardiola sempat menanyakan soal dirinya kepada saya," ujar Tite pada UOL.

Ketertarikan pada Fred semakin menyebar luas setelah Gilberto Silva, yang punya hubungan sangat dekat dengan Fred, menyatakan bahwa sudah ada kesebelasan Inggris yang menghubunginya untuk melihat peluang merekrut Fred pada bursa transfer musim dingin. Gilberto yang merupakan mantan pemain Arsenal menyebut dirinya sebagai penasihat Fred.

"Saya belum pernah punya peran seperti ini sebelumnya," ujar Gilberto pada Sky Sports Maret lalu. "Tapi ini menyenangkan karena bisa menjadi mentornya di luar lapangan, tidak seperti agen. Saya tidak punya pengalaman dengan agen tapi saya punya pengalaman bekerja sama dengan pemain. Jadi saya lebih mementornya. Ini seperti membuat analisis lalu berkata padanya `kamu harus ingat situasi seperti ini, mungkin kamu bisa memperbaiki ini`.

"Ya. Ada beberapa tawaran dari klub Liga Primer untuk Fred pada bursa transfer lalu, tapi itu tak terjadi," lanjut Gilberto. "Shakhtar sangat bergantung pada kemampuannya dan ia melakukan kerja luar biasa. Tapi kita lihat musim panas nanti. Saya mengatakan padanya bahwa ia harus tetap konsentrasi karena peluang itu akan datang cepat atau lambat."

Perkataan Gilberto benar. Bukan City, melainkan United-lah yang secara serius ingin meminang Fred. United menyanggupi biaya 55 juta euro. Fred is Red. Kabarnya City yang punya hubungan dekat dengan Shakhtar seperti dalam transfer Elano dan Fernandinho tidak menyanggupi banderol Fred. City disebut-sebut mengalihkan incarannya pada gelandang Napoli, Jorginho.

Lebih komplet dari Fernandinho

Fred didatangkan Shakhtar pada 2013 untuk menggantikan Fernandinho. Pada bursa transfer yang sama, Fernandinho dilepas ke Manchester City dengan harga 40 juta euro. Kini Fred meninggalkan Shakhtar dengan 10 gelar juara—tiga juara liga. Nyaris menyamai torehan Fernandinho bersama Shakhtar yang meraih 13 gelar dalam 8 musim.

Fred (8) saat menghadapi sang senior, Fernandinho

Kemampuan Fred mirip dengan Fernandinho. Berposisi sebagai gelandang tengah, kelebihan dan tugas utamanya di Shakhtar adalah sebagai penghenti, penghambat, dan penggagal serangan lawan. Di Liga Champions musim lalu, catatan tekelnya mencapai 2,9 kali per laga, unggul dari Fernandinho (2,1 per laga). Sebagai perbandingan, Casemiro mencatatkan 3,8 tekel per laga.

Tapi yang menjadi nilai plus seorang Fred adalah kemampuannya menginisiasi serangan. Sebagai gelandang bertahan, ia lebih komplet dari Fernandinho karena mahir dalam melewati lawan dan melepaskan umpan kunci. Dari 8 pertandingan Liga Champions, catatan dribelnya mencapai 2,9 kali per laga. Fernandinho hanya 0,9 kali per laga. Catatan Fred menempatkannya sebagai peraih dribel terbanyak ke-18 di Liga Champions musim ini.

Gaya bermainnya tak jauh berbeda dengan Naby Keita. Gelandang yang kuat dalam bertahan dan berkontribusi besar untuk penyerangan. Dari 37 laga, Fred menyumbang 7 asis dan 4 gol. Catatan kartunya cukup tinggi, 14 kartu kuning dan 1 kartu merah. Wajar mengingat perannya sebagai penghenti serangan lawan.

Gelandang seperti ini dibutuhkan di Liga Primer. Sebelum Fernandinho membawa juara City musim ini, pada dua musim sebelumnya N`Golo Kante membawa juara Leicester City dan Chelsea. Fred punya potensi dan kemampuan untuk beradaptasi dengan cepat lewat gaya permainannya yang juga tak jauh berbeda dengan Kante.

Di Manchester United kehadiran Fred bisa jadi penyeimbang lini tengah. Jika Jose Mourinho mengandalkan pola dasar 4-3-3, Fred yang kidal bisa menemani Paul Pogba dan berada di depan Nemanja Matic. Kehadirannya diprediksi akan membuat Pogba bisa meningkatkan perannya untuk lini serang.

Kemungkinan lainnya, Fred akan bertandem sebagai dobel jangkar bersama Pogba dalam formasi dasar 4-2-3-1, yang artinya menyisihkan Matic. Opsi ini bisa dipilih karena United punya gelandang no. 10 berkualitas dalam diri Jesse Lingard dan Alexis Sanchez yang beberapa kali ditempatkan di belakang Romelu Lukaku. Bisa jadi pula posisi tersebut malah menjadi milik Willian yang dikabarkan akan merapat ke United dari Chelsea.

Yang jelas, keberadaan Fred membuat United punya kedalaman skuat mumpuni di lini tengah meski mereka harus merelakan kepergian Michael Carrick yang pensiun dan Marouane Fellaini yang enggan memperpanjang kontrak.

Komentar