Lebih Baik Tanpa Ibrahimovic

Cerita

by Redaksi 21

Redaksi 21

Pandit Football Indonesia mengkhususkan pada analisis pertandingan sepakbola, statistik dan liga, juga sejarah perkembangan sepakbola dan evolusi taktiknya

Lebih Baik Tanpa Ibrahimovic

Piala Dunia adalah ajang yang tidak asing bagi Swedia—mereka telah mengikuti kejuaraan sepakbola paling bergengsi ini sebanyak 12 kali. Piala Dunia 2018 akan menjadi keikutsertaan mereka yang ke-13.

Sebelumnya, Swedia harus absen dua kali berturut-turut karena gagal lolos kualifikasi Piala Dunia 2010 dan Piala Dunia 2014. Kembalinya Swedia tentu membuat para suporter mereka sangat antusias menyaksikan negara mereka di Rusia karena dalam dua gelaran terakhir, mereka hanya bisa menyaksikan negara lain.

Perjalanan menuju Piala Dunia 2018 bagi Swedia tidaklah mudah. Mereka lolos dengan sangat dramatis karena harus memainkan pertandingan play-off, dan lawan yang dihadapi bukanlah negara sembarangan. Italia yang merupakan negara yang tak pernah absen di Piala Dunia berhasil mereka kalahkan dengan agregat 1-0. Sebelum Italia, Swedia menggagalkan Belanda.

Di Piala Dunia 2018 nanti Swedia berada di Grup F bersama Jerman, Meksiko, dan Korea Selatan. Melihat kualitas lawan, tentu Jerman menjadi negara favorit untuk lolos dari fase grup. Swedia hanya perlu memperebutkan peringkat kedua dengan Meksiko dan Korea Selatan. Peluang Swedia cukup besar.

Salah satu yang menarik dari Swedia di Piala Dunia kali ini adalah hubungan tim nasional dengan Zlatan Ibrahimovic. Pemain yang akrab disapa Ibra itu sempat membuat heboh beberapa waktu lalu. “Piala Dunia tanpa saya bukanlah Piala Dunia.”

Ibra saat itu berkelakar. Namun siapa yang benar-benar tahu isi hati dan kepalanya. Katakanlah Ibra punya harapan bisa ambil bagian di Piala Dunia 2018.

Bertepuk sebelah tangan, Ibra ternyata tidak dimasukkan ke dalam skuat Swedia oleh Kepala Pelatih Tim Nasional Swedia, Janne Andersson. Pelatih berkacamata itu lebih memilih nama-nama para pencetak gol yang membawa Swedia lolos dari kualifikasi.

“Kami memiliki banyak pahlawan di sini. Apabila Zlatan Ibrahimovic bersama kami, pasti kami akan bermain dengan gaya yang berbeda”, ungkap Andersson.

Andersson lebih memilih menyertakan John Guidetti, Marcus Berg, Ola Toivonen, dan Isaac Kiese Thelin untuk mengisi pos-pos di lini depan Swedia.

Andersson sangat percaya dan memuji para pemain yang dipilihnya. Bahkan ia sempat mengatakan bahwa bila masih ada Ibra, Swedia tidak akan seperti ini. Atau bahkan mereka bisa saja kembali tidak bermain untuk Piala Dunia.

Namun Andersson masih tetap menghormati Ibrahimovic. Ia tidak bisa menampik bahwa Ibrahimovic pemain yang sangat luar biasa bagi Swedia. Akan tetapi mengingat ibrahimovic telah memutuskan pensiun, Andersson lebih memilih beradaptasi dengan keadaan dan mencari gaya baru untuk Swedia.

Mungkin terdengar aneh, tapi Swedia jauh lebih kompetitif tanpa Ibrahimovic. Memang mereka kurang glamor dan mungkin bahkan kurang ditakuti, tetapi ruang ganti jauh lebih bersatu. Semangat tim adalah kekuatan terbesar Swedia yang masuk ke turnamen. Semua orang merasa bagian dari skuat dan semua orang mampu memberi kontribusi yang signifikan.

Seorang pengamat sepakbola Swedia Gunnar Persson mengungkapkan perbedaan terlihat di skuat Swedia yang sekarang. Menurutnya semangat tim sekarang terbangun kembali dan itulah sesuatu yang selalu dikenal dari timnas Swedia.

"Semua orang yang terlibat tampak lebih bahagia, dan manajer baru baru telah menunjukkan diri sebagai `pria sepak bola sungguhan`, dengan banyak akal sehat. Tidak ada kecemasan di antara para pemain, hanya kemauan untuk tampil baik. Emil Forsberg adalah salah satu contoh, ia tidak pernah benar-benar senang dengan dirinya sendiri, selalu berusaha untuk menjadi lebih baik,” ujar Persson.

Daniel Kristofferson, penulis sepakbola untuk Expressen Swedia, juga setuju bahwa tim nasional memiliki lebih banyak ikatan sekarang.

“Janne Andersson telah membangun tim yang fantastis, dan dia mendapatkan hasil maksimal dari setiap pemain,” katanya. “Ia berbeda dengan para pelatih Swedia sebelumnya, yang memberi Zlatan kebebasan total di dalam dan di luar lapangan. Zlatan memiliki aturan yang berbeda untuk semuanya kembali di masa Hamren, jadi saya tidak tahu apakah dia akan cocok di tim nasional ini-atau jika dia akan membuatnya lebih baik.”

Gianluigi Buffon juga sempat berpendapat bahwa Swedia tidak akan ada masalah dengan tidak adanya Ibrahimovic. “Saya pikir skuat Swedia justru mendapatkan keuntungan tanpa Ibrahimovic karena mereka bermain tanpa tekanan,” ungkap Buffon.

“Seorang pemain seperti Ibrahimovic adalah pusat tim, semuanya bersumber dari dirinya. Kini semua pemain akan merasa bebas untuk sesuatu tanpa Ibrahimovic, semua pemain memiliki peran yang sama,” tambah Buffon.

Benar saja, ketika menghadapi Italia, Swedia terlihat bermain menjadi satu kesatuan tim tanpa ada pemain paling diandalkan. Semua pemain bermain sesuai porsi masing-masing dan memiliki tanggung jawab yang sama. Italia pun kalah.

Sama halnya dengan Buffon, Hugo Lloris yang pada babak kualifikasi berhadapan dengan Swedia mengutarakan tanggapannya tentang Swedia yang sekarang.

“Mereka mengejutkan kami di pertandingan pertama. Kami sempat bertanya-tanya tentang mereka (Swedia) akan seperti apa setelah pensiunnya Zlatan Ibrahimovic dan Kim Kallstrom. Tapi kini ada generasi baru yang telah menggantikan posisi mereka dan itu mendatangkan banyak kesegaran.” Ungkap Lloris pada konferensi pers sebelum pertandingan Perancis menghadapi Swedia di babak kualifikasi.

“Mereka adalah tim yang terorganisir dengan baik yang tahu bagaimana cara menekan yang baik dan mereka mempunyai pemain yang bisa membuat perbedaan seperti Emil Forsberg,” tambah Lloris.

Ya memang setelah pensiunnya Ibrahimovic, Swedia mulai memunculkan pemain-pemain yang dulunya kurang bersinar. Forsberg adalah pemain penting bagi skuat Swedia kini. Ia merupakan pemain yang memiliki visi bermain yang baik di lini tengah.

Dribble bola yang baik dan akurasi umpan yang akurat adalah kelebihan yang ia miliki. Walaupun memiliki kemampuan dribble yang baik, tapi Forsberg sering kali tampil dengan permainan yang simple. Ia tahu kapan harus lama memegang bola dan juga ia tau kapan harus cepat melepas bola untuk memberikan umpan kepada pemain di depan.

Emil Forsberg menjadi pemimpin dan sumber utama improvisasi Swedia. Sedikit malu dan pendiam, ia menawarkan kesan yang sama sekali berbeda dibandingkan Ibrahimovic.

Selain Forsberg ada lagi pemain yang tampil baik, yaitu penyerang yang mendapatkan Golden Boot di kesebelasannya, Al-Ain, Marcus Berg.

Berg tampil produktif di lini depan Swedia. Delapan gol telah ia cetak selama babak kualifikasi. Berg sebenanrnya sudah cukup sering masuk ke skuat Timnas Swedia, tapi perannya selalu tertutup dengan kehadiran Ibrahimovic. Ia sering menjadi pelapis Ibra. Semenjak Ibra pensiun, Berg pun membuktikan diri bahwa ia memang layak mengisi lini depan Swedia.

Marcus Berg akan berduet dengan Ola Toivonen dengan formasi 4-4-2 yang digunakan oleh Swedia. Walaupun tidak mendapat menit bermain yang banyak di klubnya, Toivonen sangat berguna di Swedia. Posturnya yang tinggi membuat ia mendapat peran untuk memanfaatkan duel udara, selain itu juga sering kali menjadi pemantul bola untuk pergerakan pemain lain.

Swedia sekarang sudah bersiap menuju Piala Dunia dengan skuat yang punya semangat dan kualitas yang sama. Mereka sekarang tampil dengan kesatuan tim, tidak ada pemain yang dibintangkan dan menjadi spesial.

Andersson sang pelatih telah mampu melepas keterkaitan Swedia kepada seorang Ibrahimovic. Swedia bisa tampil baik tanpa Ibra. Swedia baru telah muncul untuk Piala Dunia 2018 nanti dan itu akan menjadi masalah bagi kesebelasan lain yang akan berhadapan dengan mereka.

Komentar