Prediksi Final Liga Champions: Adu Kualitas Transisi

Analisis

by redaksi

Prediksi Final Liga Champions: Adu Kualitas Transisi

Kedua finalis Liga Champions 2017/18 sama-sama mesin gol. Karenanya kami memprediksi pertandingan antara Real Madrid dan Liverpool berpotensi hujan gol. Pertanyaannya: siapa yang lebih berpeluang keluar sebagai juara pada pertandingan yang akan digelar Minggu (27/5) dini hari nanti?

Kedua kesebelasan akan tampil dengan kekuatan penuh. Benar Liverpool tak akan diperkuat Alex Oxlade-Chamberlain, Joe Gomez, dan Joel Matip yang cedera serta Emre Can yang diragukan kebugarannya akibat cedera punggung; namun keempat pemain tersebut bukan pemain utama Liverpool.

Emre Can memang sudah tujuh kali (sekali pemain pengganti) bermain di Liga Champions musim ini. Tapi Juergen Klopp punya Jordan Henderson dan Georginio Wijnaldum yang lebih dari 10 kali menghuni lini tengah Liverpool di UCL (8 kali starter). Pos Can juga bisa diisi James Milner, yang posisinya di bek kiri tergeser oleh Andrew Robertson.

Sementara itu tak ada satu pun pemain Real Madrid yang cedera atau terkena larangan bertanding. Bahkan sang pelatih, Zinedine Zidane, sudah mencoba susunan pemain terbaiknya saat menjalani partai pamungkas La Liga 2017/18, melawan Villarreal. Zidane mengatakan skuatnya sudah siap menghadapi Liverpool.

"Saya belum menentukan susunan pemain untuk final. Tapi kami siap. Kami juga tidak ada pemain cedera malam ini. Kami siap untuk laga terakhir ini dan laga final, yang menjadi laga paling spesial kami musim ini," kata Zidane usai ditahan imbang Villarreal 2-2.

Pada laga tersebut Zidane menurunkan duet Gareth Bale dan Cristiano Ronaldo di lini depan. Disokong Isco di belakangnya, bersama tiga gelandang inti: Toni Kroos, Casemiro, dan Luka Modric. Marcelo, Sergio Ramos, Raphael Varane, dan Dani Carvajal menempati posnya masing-masing di lini pertahanan. Hanya Keylor Navas yang diistirahatkan; posisinya digantikan Luca Zidane.

Susunan pemain melawan Villarreal juga menjadi ujian bagi kesiapan Bale yang musim ini cukup lama berkutat dengan cedera. Bale menjawab tantangan dengan brilian. Satu gol dicetaknya. Pujian pun datang dari Zidane walau pada akhirnya, dengan penampilan impresif Isco sepanjang musim ini, ia jadi kebingungan menentukan susunan pemain di lini depan.

"Dia [Bale] telah berlatih dengan baik dan perubahan yang ada adalah ia mulai rajin mencetak gol, seperti yang sudah terlihat dalam beberapa pertandingan terakhir. Saya senang dengan performa dan pengaruh yang ia bawa pada tim ini. Tidak ada yang berubah. Perubahannya hanya ia jadi rajin mencetak gol akhir-akhir ini," tukas Zidane.

Zidane tak asal bicara. Sejak akhir Maret, Bale memang hanya tujuh kali diberi kesempatan bermain sejak menit pertama. Tapi bekas pemain Tottenham Hotspur itu berhasil mencetak tujuh gol dan satu asis. Ini meningkatkan kepercayaan diri Zidane dan Real Madrid yang punya alternatif pencetak gol selain Ronaldo.

Baca juga: Dua Senjata Rahasia Real Madrid

Sejauh ini Ronaldo telah mencetak 15 gol di Liga Champions. Terbanyak kedua, Karim Benzema, hanya empat gol saja. Kontras dengan trio Liverpool yang semuanya tajam. Roberto Firmino dan Mohamed Salah telah mencetak masing-masing 11 gol (ralat: 10 gol), sementara Sadio Mane 9 gol. Ketajaman Bale bisa jadi krusial untuk Real Madrid.

Bale pun secara posisi akan berhadapan dengan Robertson. Patut dinantikan bagaimana Robertson yang "minim" pengalaman di partai besar seperti Liga Champions akan menghadapinya. Jika kegugupan mengganggu bek kiri Skotlandia itu, area kiri pertahanan Liverpool bisa jadi santapan empuk Bale dan Dani Carvajal. Dengan begitu Marcelo bisa lebih fokus mengawal Salah di sisi kiri pertahanan Real Madrid.

Soal Marcelo ini tak luput dalam perhatian Klopp. Kepada Robbie Fowler di sebuah video jelang final, pelatih asal Jerman tersebut menyebut Marcelo jadi kelemahan Real Madrid. "Kamu bisa melihatnya, semua orang juga melihatnya, bahwa Marcelo, seorang pemain menyerang tapi ia tidak bisa bertahan," ujarnya.

Pertandingan Real Madrid melawan Bayern München jadi sampel terdekat. Joshua Kimmich, bek kanan Bayern, mencetak masing-masing satu gol dalam dua leg melawan Madrid. Kedua golnya memanfaatkan celah yang tercipta di lini pertahanan Madrid karena Marcelo terlambat mundur. Inilah yang dimaksud Klopp bahwa Marcelo "tidak bisa bertahan".

Madrid wajib waspada betul memperbaiki kelemahan Marcelo ini. Salah beroperasi di kanan penyerangan, yang artinya area bermain Marcelo. Gol-gol Liverpool mayoritas berasal dari area bermain Salah. Di Liga Champions ia mencetak 10 gol dan 5 asis, melengkapi 32 gol dan 11 asis di Liga Primer.

Apalagi Liverpool punya skema transisi bertahan ke menyerang yang sangat baik. Salah selalu dilibatkan dalam sirkulasi bola serangan balik cepat ini. Jika Marcelo out of position, maka ini menjadi PR besar bagi Ramos, Varane, Casemiro, Kroos, dan mungkin Isco yang akan menjadi lawan Salah jika Real Madrid bermain dengan formasi 4-4-2.

Jika Marcelo bermain disiplin saat bertahan pun masalah Real Madrid tak selesai begitu saja. Melawan Villarreal misalnya, dua gol yang tercipta justru tidak datang dari area kiri pertahanan. Gol datang dari kanan dan tengah.

Bisa dibilang, sebenarnya pertahanan Real Madrid jauh lebih tidak seimbang jika dibandingkan dengan Liverpool yang pada musim ini disebut-sebut punya pertahanan buruk. Dari 59 laga musim ini, Madrid hanya 19 kali nirbobol. Liverpool 22 kali nirbobol dari 55 pertandingan. Yang perlu dicatat di tahun 2018 ini Real Madrid hanya nirbobol lima kali padahal menjalani 32 laga. Liverpool membaik dengan 11 nirbobol dari 25 laga.

Khusus di Liga Champions, Real Madrid hanya tiga kali tidak kebobolan (dari 12 laga). Liverpool berhasil tidak bobol dalam 6 laga (dari 14 laga). Tapi dalam enam pertandingan fase gugur menuju final, Real Madrid hanya sekali nirbobol (melawan Juventus). Liverpool tiga kali nirbobol, yang salah satunya menghadapi Manchester City.

Baca juga: Tak Masalah Puasa 18 Jam Jelang Final UCL

***

Tak salah jika laga ini diprediksi akan menghasilkan banyak gol. Pertandingan akan berlangsung terbuka. Real Madrid dan Liverpool kuat dalam serangan balik dan tidak terlalu mengandalkan possession football. Sergio Ramos menyebut sebenarnya gaya permainan Madrid dan Liverpool tak jauh berbeda.

"Mereka sangat cepat dan bisa menyakitimu lewat serangan balik," kata Ramos pada laman resmi UEFA. "Firmino dan Salah adalah pemain yang sangat cepat dan direct, penting bagi kami untuk menghentikan mereka. Secara teknik dan kecepatan mereka memang bagus. Tapi kemampuan pemain kami pun secara atribut tidak jauh berbeda. Kami tahu bahwa kami pun bisa merepotkan mereka lewat serangan balik."

Jika adu kualitas serangan balik yang akan banyak tersaji pada laga final nanti, maka transisi dari menyerang ke bertahan dan bertahan ke menyerang kedua kesebelasan akan jadi penentu laga ini. Dalam kedua transisi ini, biasanya kualitas fullback akan paling banyak disoroti karena mereka cukup aktif membantu serangan.

Marcelo akan jadi titik lemah Real Madrid. Tapi apa yang menjadi ancaman lini pertahanan Real Madrid pun sebenarnya akan juga dihadapi oleh Liverpool. Tanggung jawab besar juga dipikul oleh kedua full-back mereka; Robertson dan Trent Alexander-Arnold. Namun tak seperti Carvajal dan Marcelo yang terbiasa dengan partai besar, pengalaman Robertson dan Alexander-Arnold lebih hijau. Mental bisa jadi penentu di laga besar.

Jika duo bek sayap Liverpool bisa fokus menjalani laga ini, Liverpool bisa lebih percaya diri dalam menyerang dan tak perlu terlalu mengkhawatirkan lini pertahanan. Liverpool bisa nyaman membombardir pertahanan Real Madrid lewat kecepatan Salah-Mane-Firmino. Andai yang terjadi sebaliknya, jangan heran jika pada akhirnya Real Madrid yang akan kembali mengangkat trofi Si Kuping Besar untuk ketiga kali secara beruntun.

Komentar