Persija Rapuh Tanpa Andritany

Cerita

by Ardy Nurhadi Shufi

Ardy Nurhadi Shufi

Juru Taktik Amatir
ardynshufi@gmail.com

Persija Rapuh Tanpa Andritany

Satu dekade silam, hambatan terbesar kesebelasan Indonesia di Piala AFC atau Liga Champions Asia bukan sesama kesebelasan Asia Tenggara, melainkan kesebelasan Asia Timur—kesebelasan Jepang, Korea Selatan, Tiongkok, atau Hongkong. Belakangan kesebelasan Australia jadi “musuh” baru.

Kesebelasan Asia Tenggara boleh dibilang tidak bisa menggerogoti mental kesebelasan Indonesia sebelum bertanding. Persipura Jayapura pernah mengalahkan Yangon United (Myanmar) dengan skor telak 9-2. BEC Tero Sasana (Thailand) pernah takluk di hadapan pendukungnya sendiri saat menjamu PSM Makassar. Persib Bandung pernah menorehkan namanya di buku sejarah sepakbola Asia dengan menaklukkan Bangkok Bank di Thailand, di ajang Asian Champions Cup 1995. Persik Kediri menjungkalkan Sydney FC (Australia) tahun 2007.

Sekarang kesebelasan Asia Tenggara terlalu tangguh untuk kesebelasan Indonesia. Bali United kalah dari Chiangrai United (Thailand) di Liga Champions Asia musim ini. Di Piala AFC, Bali tidak mampu melewati hadangan Yangon United (Myanmar), Global Cebu (Filipina), dan Thanh Hoa (Vietnam).

Persija Jakarta sama saja. Langkahnya terhenti di hadapan wakil Singapura, Home United. Macan Kemayoran kalah 1-3 dan 2-3 di semifinal zonal Asia Tenggara Piala AFC 2018. Tersingkirnya Persija menegaskan bahwa persaingan sepakbola Asia Tenggara semakin ketat. Bisa jadi salah. Bisa jadi alasan sebenarnya adalah mutu sepakbola Indonesia tidak meningkat sehingga negara-negara lain yang serius meningkatkan mutu sepakbolanya bisa menyusul.

Sebenarnya Persija bisa saja melangkah lebih jauh di Piala AFC musim ini andai Andritany Ardhiyasa hadir di bawah mistar. Bagol absen di dua laga melawan Home United sehingga gawang Persija dikawal Rizky Darmawan.

Rizky yang minim jam terbang menjadi titik lemah Persija. Enam gol bersarang di gawangnya—gawang Persija—padahal dalam dua laga Home United hanya melepas sembilan tembakan tepat sasaran. Rizky hanya berhasil menghalau tiga tembakan saja.

Kesalahan terfatal Rizky adalah gol pertama Home United di Stadion Utama Gelora Bung Karno. Ketidakmampuannya mengantisipasi umpan silang memudahkan eks gelandang Persib Bandung, Shahril Ishak, memperbesar agregat menjadi 1-4. Gol itu tampak cukup merusak semangat para pemain Persija.

(Pendukung) Persija tak salah jika berandai-andai Andritany tidak menderita cedera saat membela tim nasional Indonesia di Anniversary Cup 2018. Pemain kelahiran 26 Desember 1991 itu bermental baja. Kecil kemungkinan Andritany melakukan kesalahan fatal di laga penting. Sebagai benteng terakhir pertahanan ia layak disebut Dewa Penyelamat Persija. Ia benar-benar bisa diandalkan di saat krusial.

Keberhasilan Persija mencapai semifinal zonal ASEAN pun tak lepas dari ketangguhan Andritany. Enam kali dikawal sang penjaga gawang utama, hanya enam gol bersarang di gawang Persija. Andritany mencatatkan tiga nirbobol untuk menjadikan Persija pemuncak klasemen Grup H dengan 13 poin.

Persija begitu kerugian selama kehilangan Andritany. Dia membuat gawang Persija sangat sulit dibobol. Di Liga 1 2017, Persija menjadi kesebelasan yang paling sedikit kebobolan karena Andritany—24 kali dalam 34 pertandingan. Andritany sendiri menjadi penjaga gawang dengan catatan nirbobol terbanyak, 14 kali.

Kekalahan Persija saat menjamu Madura United di ajang Liga 1 2018 pada Sabtu (12/5) lalu pun tak lepas dari absennya Andritany. Jangan heran jika Persija mulai mendapat rentetan hasil negatif. Mereka, untuk sementara, sedang ditinggal Sang Dewa Penyelamat.

Komentar