Zeljko Buvac: Sosok Pendiam dengan Segudang Taktik

Cerita

by Redaksi 18

Redaksi 18

Pandit Football Indonesia mengkhususkan pada analisis pertandingan sepakbola, statistik dan liga, juga sejarah perkembangan sepakbola dan evolusi taktiknya

Zeljko Buvac: Sosok Pendiam dengan Segudang Taktik

Laga lanjutan Grup F Liga Champions 2013/14 pada Rabu (18/9/2013) mempertemukan SSC Napoli dengan Borussia Dortmund di Stadion San Paolo. Di tengah pertandingan, Jurgen Klopp yang saat itu masih menangani Dortmund, diusir keluar lapangan karena kedapatan mencaci-maki asisten wasit keempat. Klopp berang karena sang asisten wasit menahan terlalu lama Neven Subotic, pemain belakang Dortmund, untuk kembali ke lapangan.

Alhasil, Dortmund terpaksa menjalani sisa laga tanpa pelatih kepala mereka. Klopp juga terancam tak dapat menemani Dortmund di laga berikutnya, kontra Olympique de Marseille. Tetapi para pemain Dortmund tampak tidak terlalu khawatir dengan hal itu, karena mereka masih akan ditemani oleh Zeljko Buvac, sang asisten pelatih. Ditemani Buvac sama saja seperti dikawani Klopp.

“Zeljko Buvac adalah kembaran Klopp, dan dia akan berada di bangku cadangan sana bersama kami. Keduanya memandang sepakbola dengan cara yang sama,” ujar pemain tengah Dortmund saat itu, Nuri Sahin.

Yang dikatakan Sahin memang tidak berlebihan. Buvac, yang lahir pada 13 September 1961 di sebuah kota kecil bernama Omarska di Bosnia dan Herzegovina, dalam hal gaya melatih memang memiliki banyak kemiripan dengan Klopp. Bahkan Klopp pernah menyebut Buvac sebagai otak dari sistem kepelatihannya.

***

Sebelum meniti karir di dunia kepelatihan, Zeljko Buvac merupakan seorang pesepakbola profesional yang berposisi sebagai gelandang serang. Ia memulai kariernya bersama klub Rudar Lublija, yang merupakan sebuah klub sepakbola asal kota Prijedor, Bosnia. Ia bermain untuk Rudar selama musim 1985/86.

Buvac lalu hijrah ke Kota Banja Luka di utara Bosnia, untuk bergabung dengan klub Borac Banja Luka. Bersama klub inilah Buvac meraih gelar pertamanya—sekaligus gelar terakhirnya, selama berkarir sebagai pemain. Ia membawa Borac Banja Luka menjuarai Piala Yugoslavia pada 1988. Buvac membela Banja Luka hingga tahun 1991, dengan catatan 100 kali tampil dan mencetak 14 gol.

Musim 1991/92 Buvac mulai berkarir di Jerman dengan bergabung bersama klub Divisi Kedua Liga Jerman, Rot-Weiss Erfurt. Selama satu musim membela Erfurt, Buvac hanya tampil sebanyak 21 kali dan berhasil mencetak 8 gol.

Pertemuan pertamanya dengan Klopp terjadi ketika Buvac bergabung dengan FSV Mainz 05 pada 1992. Klopp yang sudah bermain di Mainz sejak dua tahun sebelumnya, langsung menjadi sahabat dekat Buvac di tim tersebut.

Banyaknya kemiripan cara pandang terhadap sepakbola adalah hal yang membuat Klopp nyaman bersahabat dengan Buvac. Mereka pun punya mimpi yang sama untuk menjadi manajer kesebelasan jika sudah gantung sepatu dari lapangan hijau nanti. Pada suatu hari, kedua sahabat itu mengikrarkan sebuah janji: siapa pun yang nanti lebih dulu menjadi manajer, harus mengajak yang lain sebagai asistennya.

“Kami bercita-cita untuk menjadi manajer dan kami berjanji satu sama lain. ‘Jika aku yang menjadi manajer duluan, aku akan mengajakmu. Jika kau yang duluan menjadi manajer, kau harus mengajakku,’” ungkap Buvac kepada Sunday Express.

Beberapa tahun berselang, janji itu ditunaikan oleh Klopp ketika ia ditunjuk sebagai manajer Mainz 05 yang tampil di Divisi Kedua Liga Jerman, pada 2001. Klopp langsung mengajak Buvac untuk menjadi asistennya di Mainz.

Kinerja keduanya langsung terbukti saat mereka berhasil membawa Mainz promosi ke Bundesliga untuk pertama kalinya pada musim 2003/04. Setelah tujuh tahun menukangi Mainz, keduanya hengkang pada 2008.

Kebersamaan Buvac dengan Klopp berlanjut ketika mereka berdua menukangi Borussia Dortmund sejak 2008. Posisi Dortmund di tabel klasemen saat mereka berdua mengambil alih kemudi kepelatihan sangatlah buruk—Dortmund terdampar di posisi 13 Bundesliga.

Buvac dan Klopp hanya membutuhkan waktu tiga tahun untuk membawa Dortmund bangkit kembali. Pada musim 2010/11, keduanya berhasil membawa Dortmund menjuarai Bundesliga. Prestasi itu berlanjut di musim selanjutnya—bahkan kali ini Dortmund mendapat dwigelar dengan gelar DFB Pokal yang mereka raih.

Jika Klopp cenderung merupakan sosok yang emosional dan menggebu-gebu, Buvac adalah kebalikannya. Buvac merupakan seorang pria yang tenang, cenderung pendiam. Tak banyak yang keluar dari mulut Buvac, namun menurut Sahin, "Kata-katanya adalah hukum." Dan di balik minim bicara, Buvac menyimpan segudang taktik brilian di kepalanya. Cetak biru gaya main khas Dortmund, Gegenpressing, adalah karya Buvac. Klopp sendiri tidak membantah ketergantungannya kepada Buvac. Bagi Klopp, Buvac adalah kesatria Jedi dan dia Padawan-nya.

"Zeljko adalah master dalam segala jenis latihan," ujar Klopp dengan penuh kekaguman. "Saya belajar darinya setiap hari. Kebanyakan waktu, kami bekerja sama secara telepatis; kami tidak perlu mengatakan apa pun."

Usai membesut Dortmund, Buvac kembali mengikuti langkah Klopp ketika pria berkaca mata itu ditunjuk sebagai manajer Liverpool pada 2015. Keduanya pelan-pelan membuat Liverpool kembali berhasil menempati posisi empat besar pada musim 2016/17.

Musim selanjutnya, Liverpool berhasil dibuat lebih baik dengan saat ini bertengger di peringkat ketiga klasemen sementara Liga Primer Inggris. Yang tentu tak boleh absen disebutkan, adalah berhasilnya mereka membawa Liverpool hingga ke babak semifinal Liga Champions musim ini.

Namun di tengah momen puncaknya bersama Klopp di Liverpool, secara mengejutkan Buvac memutuskan untuk mengundurkan diri dari jabatan sebagai asisten pelatih The Reds, pada Minggu (29/4) lalu. Alasan Buvac mengundurkan diri tak diketahui secara pasti. Ia hanya menyebut bahwa keputusannya didorong oleh alasan personal yang tak bisa ia ungkapkan.

***

Usai mengakhiri kebersamaannya dengan Klopp di Liverpool, Buvac kini dirumorkan menjadi penerus Arsene Wenger sebagai manajer Arsenal. Dihubungkannya Buvac dengan Arsenal ini karena Buvac dinilai memiliki beberapa kriteria yang dibutuhkan Arsenal dalam pencarian mereka untuk menemukan sosok penerus Wenger.

Dilansir dari Telegraph, Arsenal saat ini mencari sosok pelatih yang memiliki rekam jejak kepelatihan yang baik, serta dapat memaksimalkan sebaik mungkin skuat ada di tim, dan mampu mengembangkan pemain-pemain muda. Arsenal tidak ingin sekadar mendatangkan pelatih dengan nama besar dan bayaran tinggi, namun tidak mampu melakukan hal-hal tersebut.

Menyoal pengalaman sebagai pelatih kepala, Buvac memang minim sekali. Ia hanya pernah menangani SC Neukirchen, klub amatir, selama tiga tahun pada 1998 hingga 2001. Rumor kemungkinan Buvac menjadi manajer Arsenal, walau demikian, terdengar masuk akal karena di Arsenal, ada yang sudah dengan baik mengenal rekam jejak Buvac. Sosok tersebut adalah Sven Mislintat, Kepala Tim Rekrutmen Arsenal. Buvac dan Mislintat pernah bekerja sama semasa di Dortmund.

Komentar