Final DFB Pokal adalah Tentang Kovac

Berita

by Redaksi 24

Redaksi 24

Pandit Football Indonesia mengkhususkan pada analisis pertandingan sepakbola, statistik dan liga, juga sejarah perkembangan sepakbola dan evolusi taktiknya

Final DFB Pokal adalah Tentang Kovac

Eintracht Frankfurt memastikan diri tampil di babak final DFB Pokal. Menghadapi Schalke 04 di laga semifinal yang berlangsung di Veltins Arena, Kamis (19/4) dini hari WIB, Eintracht menang dengan skor tipis 1-0. Gol semata wayang die Adler dicetak Luka Jojic pada menit ke-74.

Bagi Eintracht, itu merupakan final DFB Pokal kedua yang mereka capai dalam dua musim beruntun. Kali terakhir Eintracht mampu menembus babak final DFB Poklal dua kali beruntun adalah tahun 1974 dan 1975.

"Mencapai final di Berlin dua tahun berturut-turut adalah pencapaian besar oleh para pemain, layak untuk hadiah Nobel," kata Kovac, dilansir dari Deutsche Welle.

Di final, Eintracht sudah ditunggu Bayern Muenchen yang mengalahkan Bayer Leverkusen 6-2 di BayArena, Rabu (16/4) dini hari WIB. Khusus bagi Kovac, menghadapi Bayern di final DFB-Pokal akan menjadi momen istimewa. Maklum, Kovac barus saja mencapai kesepakatan untuk menjadi manajer Bayern per musim depan, menggantikan Jupp Heynckes yang ingin kembali menikmati masa pensiunnya.

Bayern tentu bukan lawan mudah bagi Eintracht, namun bagi Kovac ini merupakan momentum terbaik baginya untuk kembali mencatatkan namanya di buku sejarah Eintracht. Bila berhasil membawa The Eagles juara di DFB Pokal, maka Kovac akan mengulang kesuksesan Eintracht di tahun 1988, tahun terakhir mereka mengangkat trofi DFB Pokal. Selain itu, bisa juga menjadi kado perpisahan yang manis.

Kemenangan atas Bayern di final DFB Pokal juga bisa berarti dua hal bagi Kovac. Pertama, ajang pembuktian bahwa Die Roten tak salah tunjuk sosok pengganti Heynckes. Kedua, membuktikan bahwa hatinya masih bersama Eintracht, walau sudah menyepakati kontrak selama tiga musim bersama Bayern.

Biar bagaimana pun, bagi para pendukung Eintracht, kepergian Kovac akan menimbulkan kekecewaan di hati mereka. Apalagi, sempat terjadi kisruh antara manajemen Bayern dan Eintracht terkait kepindahan Kovac ke Allianz Arena. Kubu Eintracht menilai bahwa Bayern tidak menunjukkan sikap sebagai kesebelasan profesional saat mendekati Kovac.

"Kami terkejut dengan tawaran yang diberikan Bayern kepada Kovac. Waktu yang mereka tentukan, tidak tepat dan informasi bergabungnya Kovac ke Muenchen harusnya diberitahukan oleh kami, bukan oleh mereka," kata Direktur Olahraga Eintracht, Fredi Bobic, dilansir dari ESPN, beberapa waktu lalu.

"Situasi ini tentu saja membuat persiapan kami terganggu. Setelah melawan Leverkusen, kami akan melawan Schalke 04 di DFB Pokal sepekan kemudian. Sungguh tindakan tak profesional dari Muenchen," sambung Bobic.

Sejak didatangkan pada Maret 2016, sosok Kovac mampu menghadirkan angin perubahan bagi Eintracht yang sudah lama terpuruk. Di musim pertamanya menangani Eintracht, Kovac mampu menyelamatkan The Eagles dari jerat degradasi di musim 2015/16.

Pada musim keduanya, Kovac berhasil membawa Eintracht finis di urutan ketujuh klasemen akhir Bundesliga 2016/17. Pada musim tersebut juga, Kovac mengantar Eintracht menjejak final DFB Pokal untuk kali pertama dalam 10 tahun terakhir. Sayangnya, Eintracht gagal juara setelah dikalahkan Borussia Dortmund di partai puncak.

Tapi tak apa, setidaknya pencapaian di musim 2016/17 menjadi awal yang baik bagi Eintracht terus berkembang di musim berikutnya. Memang benar, Eintracht terus berkembang setelah itu. Buktinya, di musim 2017/18 die Adler kembali terbang tinggi.

Tak hanya kembali mencapai babak final DFB Pokal, Kovac juga mampu membawa Eintracht duduk nyaman di posisi lima besar klasemen sementara Bundesliga. Andai mampu mempertahankan posisi tersebut, Eintracht bersiap kembali tampil di kompetisi Eropa yang kali terakhir mereka cicipi di musim 2013/14 pada ajang Liga Europa.

Komentar