Efektivitas Serangan Balik Liverpool Bungkam Man City

Analisis

by Redaksi 24

Redaksi 24

Pandit Football Indonesia mengkhususkan pada analisis pertandingan sepakbola, statistik dan liga, juga sejarah perkembangan sepakbola dan evolusi taktiknya

Efektivitas Serangan Balik Liverpool Bungkam Man City

Liverpool memastikan diri lolos ke semifinal Liga Champions UEFA. Kemenangan 2-1 yang diraih atas Manchester City dalam pertandingan leg kedua perempat final Liga Champions di Etihad Stadium, Rabu (11/4) dini hari WIB, memantapkan langkah Liverpool ke semifinal dengan keunggulan agregat 5-1. Sebelumnya, di leg pertama yang berlangsung di Anfield, tengah pekan lalu, Liverpool membukukan kemenangan tiga gol tanpa balas atas Man City.

Pada laga dini hari tadi, Man City sebenarnya tampil agresif sejak awal laga. Selama 90 menit pertandingan, The Citizens mampu mendominasi jalannya laga. Dilansir dari WhoScored, dalam pertandingan tersebut Man City memiliki 68,3 persen penguasaan bola, melepaskan 20 tembakan (Liverpool 5 tendangan), dan punya akurasi operan yang mencapai 85 persen (Liverpool 68 persen) dari total 865 operan (Liverpool 514). Bahkan 41 persen permainan terjadi di area kotak penalti Liverpool.

Man City mau tidak mau memang harus tampil agresif sejak awal laga untuk mengejar ketertinggalan mereka atas Liverpool. Setidaknya, kalau mau lolos ke semifinal, Man City wajib menang dengan selisih empat gol atau lebih. Perubahan pun coba dilakukan Josep Guardiola di pertandingan leg kedua. Bila di leg pertama ia memasang formasi dasar 4-2-3-1, maka dini hari tadi Pep memasang formasi dasar 3-1-4-2.

Komposisi pemain juga sedikit diubah. Raheem Sterling dan Bernardo Silva yang tak masuk sebagai starter di leg pertama diturunkan Pep sejak awal laga. Tujuannya, untuk menambah daya gedor di sektor sayap. Pasalnya, di pertandingan leg pertama, terlihat sekali tidak ada upaya serangan Man City dari sektor sayap kanan, yang kala itu dipercayakan kepada Ilkay Gundogan.

Melalui beberapa perubahan tersebut, Man City menatap laga melawan Liverpool di Etihad Stadium dengan penuh percaya diri. Sejak awal pertandingan, The Citizens langsung mengambil inisiatif serangan. Tak sia-sia, karena mereka berhasil membuka keunggulan saat laga baru berjalan tiga menit, melalui sontekan Gabriel Jesus.

Unggul satu gol, semakin mengangkat kepercayaan diri para pemain Man City. David Silva dan kawan-kawan lebih bersemangat memburu gol untuk mengejar ketertinggalan. Alhasil, lini pertahanan Liverpool menjadi bulan-bulanan. The Reds, seperti tak diberi kesempatan untuk melancarkan serangan. Saat Liverpool mendapat bola, pressing ketat pasti dilakukan para pemain Man City.

Apalagi, bila bola dikuasai Mohamed Salah atau Sadio Mane. Dua sampai tiga pemain Man City pasti akan melakukan pressing untuk merebut bola dari kaki Salah atau Mane.

Meski begitu, Liverpool nyatanya bisa mengantisipasi gelombang serangan bertubi-tubi yang dilancarkan Man City. Saat kehilangan bola, para pemain Liverpool langsung menggalang pertahanan rapat yang dimulai sejak area tengah lapangan. Hampir semua pemain turun ke daerah pertahanan sendiri. Saat Man City menyerang, sekitar delapan sampai sembilan pemain Liverpool berjaga di area pertahanannya sendiri.

Saat diserang, trio gelandang Liverpool yang digalang Georginio Wijnaldum (dua tekel sukses dan satu intersep), Alex Oxlade-Chamberlain (empat tekel sukses, dua intersep, dan enam blok), serta James Milner (lima tekel sukses, dua sapuan, dan enam blok) ikut turun menjaga pertahanan. Mereka kerap berdiri di area kotak penalti sendiri untuk mengantisipasi umpan cutback yang sering dilepaskan para pemain Man City dari sektor sayap.

Disiplinnya Andrew Robertson juga membuat Man City kesulitan mengandalkan dua sisi sayap mereka untuk mencecar pertahanan Liverpool. Melalui aksi bertahannya (tiga tekel bersih, satu intersep, tujuh sapuan, dan dua blok), Robertson mampu meredam agresivitas Sterling. Akibatnya, Man City lebih banyak mengandalkan Leroy Sane yang beroperasi di sektor kiri sebagai poros serangan.

Disiplinnya Liverpool dalam bertahan membuat Man City kesulitan menembus area kotak penalti The Reds. Sebagai opsi lain, para pemain Man City sering melepaskan tembakan dari luar kotak penalti. Di babak pertama saja, dari total 14 tembakan yang dilepaskan Man City, 9 di antaranya dilepaskan dari luar kotak 16 Liverpool. Belum lagi jika kita melihat berapa banyak tembakan yang terblok para pemain Liverpool.

"Man City mengambil segala risiko dalam pertandingan ini. Kami terus ditekan, dan butuh sedikit keberuntungan. Selain itu, kami juga harus memiliki pertahanan yang disiplin. Jujur saja, saya tak terlalu senang dengan performa kami di paruh pertama. Kami terus mendapat serangan, mereka bisa mencetak dua sampai tiga gol di babak pertama,” kata Klopp kepada BT Sport.

Efektivitas Serangan Balik Liverpool

Banyak ditekan, Liverpool praktis hanya bisa mengandalkan serangan balik untuk mengancam pertahanan Man City. Dalam melancarkan skema serangan balik, Roberto Firmino dan Mane kerap diandalkan sebagai penghubung serangan dari tengah ke depan. saat Liverpool dalam kondisi tertekan, Firmino dan Mane sering turun untuk mengcover area tengah. Sementara di depan hanya menyisakan Salah.

Saat bola berhasil direbut, maka Firmino dan Mane akan menjadi penghubung transisi bertahan ke menyerang Liverpool. Melalui skema tersebut, Liverpool beberapa kali bisa memberi ancaman ke jantung pertahanan Man City. Mereka bisa melancarkan serangan balik dengan memanfaatkan lini pertahanan Man City yang longgar karena terlambatnya transisi menyerang ke bertahan Man City.

Di akhir paruh pertama, Liverpool mendapat peluang emas melalui Chamberlain yang berhasil merangsek ke kotak penalti Man City. Sayangnya, bola hasil tendangan Chambo melambung jauh di atas mistar gawang Ederson Moraes.

Meski tak berbuah gol, setidaknya dari peluang tersebut Liverpool bisa menemukan celah yang bisa dimanfaatkan untuk menembus pertahanan Man City di babak kedua. Benar saja, setelah turun minum Liverpool bermain lebih cair. Tidak seperti babak pertama, yang canggung. Liverpool di paruh kedua lebih berani menguasai bola. Meski skema serangan tetap dipusatkan pada proses serangan balik.

Namun, Liverpool pada akhirnya mampu membalikkan keadaan. Dimulai dengan gol Salah pada menit ke-56 dan Roberto Firmino di menit ke-77. Dua gol yang berhasil disarangkan Liverpool, semua berasal dari proses serangan balik yang gagal diantisipasi pemain Man City.

"Seratus persen saya meyakini bahwa ketika kami bisa mendapatkan bola, maka kami akan mendapatkan peluang. Situasi terakhir di paruh pertama adalah bagaimana Anda melakukan serangan balik dan seperti itulah kami mencetak dua gol" kata Klopp.

Tertinggal agregat 1-5, Man City berada dalam kondisi terpuruk. Mereka memang terus berupaya mengejar ketertinggalan. Sergio Aguero dan Gundogan dimasukkan. Tapi kedua pemain tersebut tak banyak memberikan dampak untuk mengubah situasi. Sementara Liverpool, berhubung secara agregat juga sudah unggul jauh, mereka lebih fokus menggalang pertahanan untuk mengamankan hasil. Bahkan Klopp menarik Firmino untuk digantikan Ragnar Kalavan.

Hingga akhir pertandingan, skor 2-1 untuk kemenangan Liverpool bertahan. The Reds memastikan tiket semifinal Liga Champions pertamanya dalam satu dekade terakhir. Seusai laga, Klopp menyatakan bahwa Liverpool memang pantas memenangkan pertandingan.

“Ini bukan soal kesempurnaan - ini soal hasil, karakter, mentalitas, dan pertarungan untuk menang. Kami bertahan dengan baik dalam pertandingan ini. saya mengakui, bahwa ini bukan laga terbaik kami, namun pada akhirnya kami pantas menang,” tandas Klopp.

Foto: Twitter @Squawka

Komentar