The Zlatan Effect

Cerita

by Dex Glenniza

Dex Glenniza

Your personal football analyst. Contributor at Pandit Football Indonesia, head of content at Box2Box Football, podcaster at Footballieur, writer at Tirto.ID, MSc sport science, BSc architecture, licensed football coach... Who cares anyway! @dexglenniza

The Zlatan Effect

Kalaupun tak benar-benar menikmati long weekend, Minggu (01/04) dini hari WIB bisa kita habiskan dengan beberapa pertandingan sepakbola seperti Juventus vs AC Milan, Sevilla vs Barcelona, atau final Coupe de la Ligue Prancis antara Paris Saint-Germain vs Monaco; tapi tak sekalipun berpikir untuk menengok "derbi terbesar Los Angeles" di MLS: Los Angeles Galaxy vs Los Angeles FC.

Padahal di antara ketiga pertandingan di atas, ada satu kesamaan yang bisa kita lihat yang kemudian hadir di pertandingan LA Galaxy melawan LAFC. Kesamaan tersebut adalah Zlatan Ibrahimovic.

Ibrahimovic pernah bermain di Juventus, AC Milan, Barcelona, dan PSG. Keempat mantan kesebelasan Ibrahimovic tersebut bermain berbarengan dengan LA Galaxy vs LAFC. Tapi melihat susunan pemain LA Galaxy, Zlatan hanya ada di bench. Tanpa bermaksud merendahkan Zlatan, pertandingan El Tráfico (derbi LA) memang layak untuk dilupakan.

Namun, Zlatan menunjukkan jika ia adalah Zlatan, tak peduli jika itu hanya "derbi seumur jagung" (merujuk LAFC yang baru mengikuti MLS musim ini).

Sempat tertinggal 0-3 dari LAFC, Zlatan kemudian masuk pada menit ke-71, ketika Galaxy tertinggal 1-3. Pada akhir pertandingan, Galaxy malah berhasil comeback dan menang 4-3; Ibrahimovic mencetak dua gol, salah satunya gol spektakuler ini.

Baca juga: Cara Memperkenalkan Diri Seperti Zlatan

"Aku datang ke sini (Los Angeles) untuk menang," kata Ibrahimovic, dikutip dari The Guardian. "Singa ini lapar!" katanya, merujuk dirinya sendiri sebagai seekor singa.

Anak Baru yang Berisik

Terakhir kali Ibrahimovic memainkan pertandingan sepakbola profesional adalah pada 26 Desember 2017. Kedatangannya di LA Galaxy pekan lalu menimbulkan banyak pertanyaan mengenai kondisi kebugarannya. Apalagi ia juga baru sembuh dari cedera lutut yang ia derita akhir musim lalu.

Tidak sampai di situ, LA Galaxy juga tak lagi dianggap sebagai kesebelasan sukses. Musim lalu mereka gagal total di MLS. Mereka berada pada posisi juru kunci, baik di klasemen Western Conference maupun klasemen gabungan.

Sepakbola di Amerika Serikat yang kalah saing dengan olahraga lainnya macam American football, basket, bisbol, dan hoki, seharusnya agak membuat kegagalan LA Galaxy ini tak tersoroti. Namun, hal itu tidak terjadi lantaran ada Los Angeles FC sebagai "anak baru" yang sangat berisik di Kota LA.

Meski baru lahir, LAFC berhasil membuat gaduh LA dengan perekrutan bintang Meksiko –Carlos Vela (yang juga mencetak dua gol pada laga melawan LA Galaxy dini hari tadi)–, mendatangkan mantan pelatih Tim Nasional Amerika Serikat –Bob Bradley–, membangun fasilitas latihan berkelas di lokasi unik dekat downtown, membangun stadion baru di jantung LA dengan biaya 350 juta dolar AS (sekitar 4,8 triliun rupiah), serta pada awal bulan lalu bahkan tampil di acara The Late Late Show with James Corden.

Baca juga: MLS, Liga dengan Pendekatan Bisnis

"Mereka (LAFC) mulai mencuri panggung dari kami dengan perekrutan Carlos Vela dan [Diego] Rossi," kata seorang suporter LA Galaxy, Juan Lopez Jr, dikutip dari The Guardian.

"Galaxy harus menjaga posisi mereka sebagai kesebelasan top di MLS. Kami adalah satu-satunya kesebelasan yang punya lima gelar juara dan kami butuh pencetak gol seperti Zlatan," lanjutnya.

Benar saja, Ibrahimovic didatangkan LA Galaxy dengan hingar-bingar yang menyilaukan, meski terkesan agak berlebihan. Namun kalau sudah bicara tentang Ibrahimovic, rasanya tak ada apapun yang berlebihan, apalagi "cuma" video di bawah ini yang benar-benar melibatkan seekor singa sungguhan:

Zlatan Ibrahimovic resmi bergabung dengan La Galaxy. ??"?: @lagalaxy

A post shared by PanditFootball.com (@panditfootball) on

Setelah resmi berseragam LA Galaxy dengan nomor punggung 9, debut Ibrahimovic sendiri sudah disiapkan pada derbi LA dini hari ini; dan ia menunjukkan bahwa hingar-bingar ini bukan gimmick semata.

"Mereka Mau Zlatan, Aku Kasih Mereka Zlatan"

Sebenarnya sejak sebelum LAFC hadir, Los Angeles sudah memiliki derbi di sepakbola, yaitu El Clásico Angelino antara LA Galaxy melawan Chivas USA. Namun, Chivas USA bubar pada Oktober 2014. Chivas sendiri bukan sekadar kesebelasan, tapi juga sebagai pemersatu komunitas Hispanik-Latino di California.

Kehadiran LAFC ternyata bisa menggantikan Chivas USA yang kebanyakan memiliki suporter Hispanik-Latino yang berbahasa ibu Spanyol. Bukan hanya itu, sejak dibentuk pada 2014, LAFC juga mendekatkan diri dengan generasi milenial melalui cara marketing mereka, di antaranya melalui kerjasama mereka dengan YouTube TV.

Secara umum, LAFC mencerminkan identitas "city", sedangkan Galaxy mencerminkan identitas "suburban" di Los Angeles. Rivalitas ini dinamakan El Tráfico.

El Tráfico pertama sebenarnya sudah terjadi pada September 2016 dengan skor akhir 3-3. Akan tetapi, saat itu yang bermain adalah tim akademi mereka. Sementara El Tráfico resmi dengan tim senior LA Galaxy dan LAFC baru terjadi pada dini hari tadi di StubHub Center, kandang Galaxy.

Pada pertandingan dini hari tadi, Ibrahimovic tidak turun sebagai starter. LAFC langsung unggul 2-0 di babak pertama melalui dua gol Carlos Vela. Mereka bahkan memperbesar keunggulan di awal babak kedua lewat gol bunuh diri Daniel Steres.

Terlihat akan kalah telak, Galaxy mampu memperkecil ketertinggalan melalui Sebastian Lletget di menit ke-61. Semua benar-benar berubah total ketika Zlatan masuk menggantikan Lletget di menit ke-71.

Chris Pontius berhasil mencetak gol kedua Galaxy di menit ke-73. Kemudian empat menit setelahnya, Ibrahimovic yang mencetak gol voli first time indah dari jarak jauh untuk mengubah kedudukan menjadi 3-3. Tidak sampai di situ, Ibrahimovic kembali mampu menggetarkan jala gawang LAFC melalui sundulan kepalanya pada injury time, sekaligus membuat Galaxy comeback 4-3.

Resmi sudah, Zlatan Ibrahimovic berhasil menaklukkan El Tráfico. "Aku dengar [penonton teriak] `Kami ingin Zlatan, kami ingin Zlatan`, dan aku kasih mereka Zlatan," kata Zlatan setelah pertandingan.

Jika dulu MLS populer karena The Beckham Effect pasca kedatangan David Beckham, sekarang MLS langsung merasakan The Zlatan Effect.

Foto: Twitter @WatchStadium

Komentar