Tumpuan Saat Masyarakat Lampung Butuh Idola dan Cerita

PanditSharing

by Pandit Sharing

Pandit Sharing

Ingin menulis di PanditFootball.com? Kirimkan ke sharingpandit@gmail.com

1. Lengkapi dengan biodata singkat dan akun Twitter di bawah tulisan
2. Minimal 900 kata, ditulis pada file Ms. Word
3. Tulisan belum pernah dipublikasikan di media apapun (blog, website, forum, dll)
4. Tambahkan alamat lengkap dan nomor HP (tidak dipublikasikan)

Tumpuan Saat Masyarakat Lampung Butuh Idola dan Cerita

Naskah Pesta Bola Indonesia oleh: Tunggul Sutrisno

Lebih dari 24 tahun sejak lahir saya menjadi warga Provinsi Lampung. Saya, sebagai fans sepakbola, menyalakan televisi dengan semangat di rumah orang tua yang terletak di Kota Bandar Lampung, ibu kota Provinsi Lampung. Nafsu saya tinggi saat menyaksikan tim AS Roma bertanding. Roma adalah cinta pertama saya di awal tahun 2000an, bersama dengan meroketnya sang wonderkid, Antonio Cassano. Sekarang Cassano menyandang cap gagal dan sering dianggap pemain medioker oleh fans bola kekinian, meskipun dengan keras kepala sering juga saya bantah dan rasa kesal yang saya tanam dalam hati.

Itu tentang klub luar negeri. Sekarang tentang klub sepakbola lokal. Saya ingat pertama kali simpatik dengan aksi Petrokimia Putra, klub sepakbola asal Gresik, Jawa Timur, yang pada awal 2000-an menjadi juara kompetisi Liga Indonesia saat itu. Namun klub tersebut menghilang entah ke mana. Menurut kabar yang kemudian saya dengar, Petrokimia merger dengan Persegres menjadi Persegres GU, menjadikan saya lupa ingatan pada Petrokimia.

Belakangan, sejak 2007, rasa simpati saya terhadap klub sepakbola lokal tergantikan dengan penampilan PSMS Medan. Apalagi sejak pergelaran kompetisi Liga 1, sejak PSMS Medan dipimpin oleh pelatih hebat, Djadjang Nurjaman, minat menyaksikan laga sepakbola lokal menjadi tinggi. Saya akui, saya terpesona oleh gaya permainan yang diterapkan Coach Djanur, yang saya pikir PSMS jadi lebih “Italia”, apalagi mengingat Djanur pernah menimba ilmu kepelatihan di Italia, dan saya merupakan ekstremis gaya sepak bola Italia, serta pendukung tim asal Italia pula.

Teman-teman pasti heran, saya yang putra asli Lampung, memberikan dukungan pada Petrokimia ataupun sekarang PSMS Medan. Pertanyaan: Apakah ada klub sepakbola asal Lampung? Jawabannya ada. Sepengetahuan saya, saya mengingat nama seperti PSBL Bandar Lampung pernah saya saksikan langsung bersama orang tua di stadion setempat. PSBL Bandar Lampung yang pernah tampil di level teratas liga sepakbola Indonesia, menjadi seperti hantu, sebab sudah lama lenyap tak berbicara.

Kedua, Lampung FC, klub kejutan yang membuat heboh, tiba-tiba muncul dan mampu lolos ke divisi teratas versi LPI (saat itu terjadi dualisme PSSI), tapi tidak tahu skenario apa dan juga sepertinya masyarakat Lampung kebanyakan termasuk saya malas untuk cari tahu karena pesimis terhadap keadaan PSSI waktu itu. Singkatnya klub tersebut gagal tampil di level teratas Liga Indonesia.

Alasan mendukung tim luar daerah

Melihat nasib dua klub “terkenal” asal Lampung di atas, menurut saya, meskipun pandangan pribadi, tidak heran jika masyarakat Lampung mengidolakan tim sepakbola dari daerah luar. Banyak teman–teman saya, dan bahkan mungkin orang-orang Lampung, yang mengidolakan klub seperti, Arema, Persib, dan klub-klub lain yang sering tampil di televisi karena klub-klub tersebut berlaga di level teratas. Juga didukung fakta bahwa penduduk Lampung dominan transmigran yang berasal dari keturunan daerah lain, terutama dari Pulau Jawa.

Publik Lampung seperti kehilangan idola, simbol kepahlawanan, maupun simbol kebanggaan sebagai bahan cerita atau topik yang asik bagi sebagian masyarakat Lampung ketika merantau mengadu nasib ke daerah lain bila diminta menceritakan keunikan daerahnya sendiri kepada lawan bicaranya. Sebagai contoh yang paling mudah meskipun bukan satu-satunya tolak ukur, di jalanan Kota Bandar Lampung yang tentunya sebagai pusat pemerintahan Provinsi Lampung, sangat jarang saya temui orang yang memakai kostum (selain klub eropa) klub lokal Lampung. Yang ada malah klub-klub sepakbola asal daerah lain, yang saya yakin penuh itu untuk menunjukkan fanatisme daerah asal sebelum mereka tinggal di kota ini. Lain halnya jika kita berwisata di Kota Bandung contohnya, kostum replika Persib merajalela dan jadi simbol jatidiri bagi setiap orang Bandung beserta Jawa Barat tentunya.

Padahal, bila dilihat dari jumlah penduduknya, Kota Bandar Lampung tercatat memiliki jumlah penduduk 1,2 juta jiwa. Sangat miris memang, kota ini belum terwakilkan wajah sepakbolanya di kancah nasional oleh klub-klub lokal. Dengan penduduk sebanyak itu, Bandar Lampung secara ekonomi cukup seksi sebagai target pasar bisnis, termasuk bisnis olahraga sepakbola tentunya.

Munculnya klub Lampung Sakti

Namun pada 2017, setelah pembekuan PSSI oleh FIFA dicabut dan PSSI bisa menyelenggarakan liga, masyarakat Lampung dibuat heboh, termasuk saya sendiri. Di halaman depan, sebuah surat kabar lokal Lampung, seingat saya menuliskan bahwa telah terbentuk klub Lampung Sakti, yang awalnya bernama Persires Rengat yang kemudian diakuisisi oleh perusahaan ternama asal lampung, PT Great Giant Pineapple. Ini menjadi kabar gembira bagi masyarakat Lampung yang sudah dipenuhi “nafsu birahi” untuk datang ke stadion dan mendukung kesebelasan lokal. Dan saya yakin semua orang di Lampung mengatakan dalam hati “nah, kenapa ga dari dulu!

Kesan ambisius dipamerkan oleh klub Lampung Sakti kepada masyarakat Lampung, dari sisi kepelatihan komposisinya “mewah” karena terisi nama-nama beken, dengan menjadikan mantan bek Persib Bandung, Nova Arianto sebagai kepala pelatih tim, Sonny Kurniawan (eks Arema), Tugiyo (legenda PSIS Semarang), dan Tema Mursadat (eks penjaga gawang Persib) sebagai pelatih kiper. Namun, setelah kompetisi Liga 2 lalu, nama terakhir memutuskan pergi dan digantikan yang tak kalah hebat, Ferry Rotinsulu, mantan andalan Sriwijaya FC dan Timnas Indonesia. Dalam bentuk lain, kostum tim menggunakan produksi dari perusahaan apparel ternama asal inggris, Umbro, selanjutnya banyak dukungan sponsor dari perusahaan lokal menambah kesan megah dalam tim ini.

Klub Lampung Sakti, yang berada pada kepemilikan PT. Great Giant Pineapple tersebut dikabarkan mempunyai kondisi keuangan yang cukup dan salah satu tokoh sepakbola Lampung mengatakan bahwa sepanjang sejarah persepakbolaan Lampung, Klub ini merupakan yang paling kuat secara finansial dan kuat fondasinya.

Berbekal nama mentereng pada segi susunan kepelatihan, Lampung Sakti yang pada musim lalu mengikuti Liga 2, masuk satu grup yang diisi dengan nama besar Persita Tanggerang, kemudian dikuti Persikad Depok, Persikabo Bogor, PS Bengkulu, Cilegon United, Persika Karawang, dan Perserang Serang. Banyak yang memberikan prediksi Lampung Sakti berada di jajaran atas untuk lolos ke putaran selanjutnya untuk lolos ke Liga 1 menemani Persita Tanggerang.

Tapi itu hanya prediksi. Kenyataan berkata lain. Tim ini berada di peringkat ketujuh dari delapan peserta. Mengumpulkan hanya 16 poin, ketinggalan hampir dua kali lipat dari Persita Tangerang yang keluar menjadi juara grup. Hal ini menambah derita pada reputasi Lampung yang belum ada wakil di kancah persepakbolaan nasional.

Potret Dukungan kepada Lampung Sakti

Di balik pesimisme dan sunyinya sepakbola Lampung yang agaknya menggangap klub Lampung Sakti “sama saja”, nampak optimisme yang melawan arus di kondisi saat ini yang tergambarkan dalam wujud komunitas pendukung bernama, Siger South Stand. Sebuah kelompok pendukung yang masih satu bagian dalam wadah, Sigermania, didirikan pada 9 April 2017. Komunitas ini mungkin satu-satunya yang paling aktif dan kencang menyuarakan pendapat dan kritiknya terhadap kondisi klub, apalagi saat klub ini terdegradasi ke Liga 3. Bentuk protes dalam bentuk spanduk bertuliskan “Turun Kasta Bukan Tradisi”, mereka tunjukkan di depan Stadion Sumpah Pemuda, yang merupakan kandang resmi klub. Spanduk tersebut semacam sentilan dan rasa bosan sekelompok anak muda Lampung, yang meskipun keras tapi loyalitas dan antusiasmenya meramaikan stadion untuk mendukung tim kesayangan patut diacungi jempol.

Beruntungnya saya berhasil melakukan wawancara via WhatsApp dengan sang koordinator berinisial TWK yang menjawab dengan semangat keingintahuan saya pada kelompok fans ini. Dalam perbincangan kami mengenai klub ini, saat bertanya harapan pada Lampung sakti, dia mengatakan hal yang nampaknya bisa merepresentasikan hati masyarakat Lampung: “Harapan saya untuk Lampung Sakti adalah bisa naik kasta hingga kasta teratas Indonesia, meraih juara, dan manajemen perlunya (ada) transparansi dan pendekatan kepada suporter agar mereka tau bagaimana suporter berjuang demi lambang gajah di dada” ujarnya.

Lampung mungkin terkenal saat melahirkan pengusaha sukses sekelas Bob Sadino, ekonom hebat seperti Sri Mulyani, hewan ikoniknya gajah, kopi, dan buah durian. Tapi itu belum lengkap, jika dalam bidang sepakbola, daerah ini belum ada wakil di kasta teratas Indonesia.

Memang ada ungkapan bahwa Kota Roma tidak dibangun dalam waktu semalam, tapi rasa rindu di dada masyarakat Lampung untuk pergi dan melihat penampilan tim sepakbola daerahnya sangat tinggi. Kini harapan itu ada pada Lampung Sakti, menjadi tumpuan karena memiliki modal yang cukup untuk menjadi klub profesional dan kebanggaan.

Sudah selayaknya, Lampung Sakti bersolek untuk menggoda masyarakat Lampung untuk jatuh cinta kepadanya. Dan jadi bahan cerita seru, ketika kami putra daerah lampung pergi jauh untuk merantau. Ayo Lampung Sakti, Kami mau menceritakanmu!


Penulis merupakan mahasiswa yang memiliki obsesi menjadi CEO klub sepakbola dan menantikan AS Roma juara liga champions. Dapat dihubungi lewat alamat surel tunggul.sutrisno@gmail.com. Tulisan ini merupakan hasil kiriman penulis lewat rubrik Pandit Sharing, dalam rangka Pesta Bola Indonesia 2018. Isi dan opini tulisan merupakan tanggung jawab penuh penulis.

Komentar