Laskar Harimau Merapi Akhirnya Turun Gunung

PanditSharing

by Pandit Sharing

Pandit Sharing

Ingin menulis di PanditFootball.com? Kirimkan ke sharingpandit@gmail.com

1. Lengkapi dengan biodata singkat dan akun Twitter di bawah tulisan
2. Minimal 900 kata, ditulis pada file Ms. Word
3. Tulisan belum pernah dipublikasikan di media apapun (blog, website, forum, dll)
4. Tambahkan alamat lengkap dan nomor HP (tidak dipublikasikan)

Laskar Harimau Merapi Akhirnya Turun Gunung

Naskah Pesta Bola Indonesia 2018 oleh: Aditya Wijaya

Diapit Solo dan Jogja, dalam banyak aspek Kabupaten Klaten selalu tenggelam jika menjadi bahan perbandingan dengan dua kota tetangga di perbatasan Provinsi Jawa Tengah dan Yogyakarta itu. Ikon destinasi Taman Wisata Candi (TWC) Prambanan saja lebih dikenal masyarakat awam masuk wilayah Jogja ketimbang Klaten.

Urusan memilih kuliah, pasti lulusan SMA asal Klaten melirik perguruan tinggi negeri maupun swasta tetangga sebelah. Apalagi kalau dibanding-bandingkan dengan kesebelasan sepakbolanya, nama PSIK Klaten pasti terdengar asing dan tenggelam di antara hingar-bingar gemerlap sepakbola nasional.

Namun untuk urusan sejarah dan legalitas, PSIK Klaten tak kalah veterannya untuk dikenang—meskipun kepastian kapan berdirinya PSIK ada banyak versi seperti halnya mencari informasi cikal bakal tercetusnya nama Klaten.

Arief Natakusumah dalam Drama itu Bernama Sepakbola (2008) menceritakan bahwa di antara derbi Jawa antara Persis Solo dan PSIM Yogyakarta di zaman pendudukan Jepang (1942-1945) ternyata terselip nama PSIK Klaten. Hal ini bermula dari kepindahan tak terduga trio Persija Jakarta yakni Mahmul, Ruslan, dan Abidin, serta pemain Piala Dunia 1938 di Perancis, Isaak Pattiwael ke PSIK Klaten dibandingkan Persis Solo.

"Mahmul, Ruslan, Abidin dan Pattiwael pada zaman revolusi hijrah ke Klaten. Namun mereka tidak bergabung dengan Persis, melainkan ke PSIK Klaten lantaran ditawari bekerja di pabrik sepatu Gayamprit. Bolah jadi kepindahan ini seperti sebuah kisah transfer pemain tempo doeloe. Sebelum hijrah ke Klaten, Mahmul, Ruslan dan Abidin adalah Anggota tim Sepakbola Bata Jakarta. Saat itu perusahaan sepatu milik Belanda ini boyongan sambil membawa peralatan pabrik ke Jawa Tengah," tulisnya di salah satu halaman buku setebal 334 halaman itu.

Meski secara usia dan historis terbilang panjang, PSIK Klaten kering prestasi di kancah sepakbola nasional. Sejak PSSI menggabungkan kompetisi perserikatan dan Galatama pada musim 1994/95 dengan nama Liga Indonesia, tim berjuluk Laskar Harimau Merapi ini sering berkutat di level terendah Divisi III atau Liga III, berbagai sebutan format kompetisi sepakbola Tanah Air.

Bahkan saat sebagian besar klub merasakan kebingungan saat kisruh dualisme melanda tubuh PSSI pada 2010, PSIK Klaten justru kebal dari kegalauan. Alasannya klasik. Musim itu hingga PSSI menerima sanksi dari FIFA pada 2015, PSIK Klaten menepi dari kompetisi resmi lantaran persoalan dana.

Terakhir PSIK berjuang di Liga Nusantara (sekarang disebut Liga 3) dengan menjadi juara zona Jawa Tengah di musim 2009, namun gagal promosi ke Divisi 2. Setelah itu PSIK yang bernaung di Asosiasi Kabupaten (Askab) PSSI Klaten kebanyakan berlaga di Liga Remaja Piala Soeratin zona Jateng.

Hal itu saya peroleh saat meliput Kongres Biasa (Pemilihan) Ketua Umum Askab PSSI Klaten periode 2018-2022 di Kantor KONI Klaten pada Rabu, 21 Maret lalu. Dalam berkas laporan pertanggungjawabannya, Ketua Umum Askab PSSI Klaten periode sebelumnya, Sukojo, menuliskan "dalam perjalanan dari tahun 2014-2018 beberapa kegiatan telah dilaksanakan dan diselesaikan. Namun tentunya banyak hal belum memberikan hasil dan prestasi menggembirakan sesuai harapan masyarakat Klaten, khususnya pecinta olahraga sepakbola."

Ia juga menyebut, di era kepemimpinannya ada beberapa pemain sepakbola asal Klaten yang berprestasi. Di antaranya, Fachrudin Aryanto di Liga 1 dan Timnas (sekarang bermain di tim Madura United), Andrid Wibawa di Liga 2 bersama Persis Solo, Sragen United, PSIS Semarang (sekarang di Persik Kendal Liga 2), dan Basten Tri Pamungkas di Persebo Boyolali Liga 2 (sekarang di PSIK Klaten).

Selain itu, salah satu pemain jebolan PSIK Klaten yang meraih juara III Liga Remaja Jawa Tengah pada 2014, Anton Cahyo Nugroho yang beralih ke futsal, berhasil membela Timnas Piala Asia Futsal U-20 2017 dan sekarang menjadi pemain futsal profesional.

"Kita semua merasakan betapa sulitnya membina sepakbola mulai usia dini lewat SSB-SSB, klub-klub (internal Askab PSSI Klaten), sekolah- sekolah, dan lain sebagainya. Namun setelah menginjak remaja, potensi yang telah dibina, pemain yang berprestasi, sebagian besar memilih klub di luar Klaten yang mungkin dirasakan menjanjikan. Ini memberikan dampak pada prestasi sepakbola di Klaten di masa-masa berikutnya," tulis Sukojo dalam sejumlah lembar kertas HVS buram yang ditandatanganinya bersama Sekretaris Askab PSSI Klaten, Dwi Purwanto Raharjo.

Akhirnya di Kongres yang dihadiri 26 klub dari 29 klub internal anggota Askab PSSI Klaten serta wasit dan tamu undangan itu memutuskan Manajer PSIK Liga 3 di musim 2018, Ardhana, sebagai Ketua Umum Askab PSSI Klaten periode berikutnya.

Debut di Liga 3

Dua hari menjelang laga perdana babak penyisihan Grup A Liga 3 regional Jateng, Jumat (23/3) malam, PSIK Klaten akhirnya mengadakan acara launching team dan jersey di depan gerbang utama pintu Stadion Trikoyo, Klaten. Meski sederhana, acara tersebut dihadiri ratusan orang pendukung fanatik PSIK yang tergabung dalam Aliansi Suporter Klaten (Alaska).

Dari kiri: Danang Bagus Resi (Kapten), Ardhana (manajer), dan Basten Adi Pamungkas (penyerang senior) saat launching team dan jersey PSIK Klaten. Sumber: dokumentasi penulis.

Satu per satu skuad PSIK Klaten yang berjumlah 26 pemain memamerkan dua jersey kebanggaan, warna putih sebagai seragam kandang dan hijau untuk dikenakan saat tandang. Mereka akan menjalani empat laga tandang dan kandang kontra Persekat Kabupaten Tegal, Persibara Banjarnegara, Persipa Pati, dan Persiku Kudus di Grup A di bawah asuhan pelatih Prasetyo Sugiyanto, eks kiper PSIM Jogja dan PSS Sleman.

Lantas kesempatan itu tidak saya sia-siakan untuk mengorek visi misi Ardhana sebagai Manajer PSIK Klaten sekaligus Ketua Umum Askab PSSI Klaten yang baru terpilih. Mengenakan kemeja lengan pendek kotak- kotak, Ardhana yang sebelumnya menjabat Ketua Persatuan Panahan Indonesia (Perpani) Klaten ini pun angkat bicara mengenai langkah jangka panjang dan pendek memajukan sepakbola di Klaten.

Untuk kans PSIK di kompetisi Liga 3, dia menyatakan sebagai `target antara` menuju putaran final Porprov Jateng di Solo pada Oktober 2018 mendatang. Sebab dari 26 pemain yang berlaga di Liga 3, sebanyak 15 pemain merupakan skuad tim cabor sepakbola kualifikasi Porprov U-20. Sedangkan sisanya pemain kelahiran 2006 keatas yang sudah tidak memenuhi syarat masuk tim Porprov, termasuk penyerang Basten Tri Pamungkas dan kiper sarat pengalaman Agung Andri Nugroho, eks PSIM Jogja.

Ia tak mengelak, keterbatasan anggaran membuat gerak PSIK Klaten agak terbatas dalam perburuan pemain. Askab PSSI Klaten pada tahun ini hanya mendapatkan alokasi anggaran 200 juta rupiah untuk mengikuti tiga agenda, yakni Piala Soeratin, Liga 3 PSSI, dan persiapan Porprov. Bermaterikan pemain lokal, Ardhana menargetkan lolos dari Grup A Liga 3 zona Jateng.

"Kalau tahun ini tidak mengikuti Liga 3, kita akan didenda PSSI 50 juta rupiah lantaran sudah lama vakum ikut kompetisi. Maka sebagian pemain berasal dari tim Porprov. Semacam teori, Liga 3 ini menjadi TC (training camp) untuk menambah jam terbang menghadapi Porprov Oktober nanti. Apalagi di babak penyisihan, Stadion Trikoyo digunakan sebagai venue Porprov. Jadi target kita di Liga 3 ini tidak muluk-muluk, bagaimana bisa lolos dari babak penyisihan grup A," katanya.

Sedangkan untuk pengelolaan Askab PSSI Klaten, Ardhana yang mengaku lebih senang disebut sebagai manajer lantaran basic-nya sebagai pebisnis ini memberi sinyal untuk kembali memutar kompetisi internal. Lantaran sebagai Voetbal Bond atau Perserikatan Sepakbola, PSIK memiliki 29 klub internal dari dinginnya lereng Gunung Merapi di Kecamatan Kemalang, eloknya Candi Sewu di Prambanan, hingga pulennya beras di Delanggu.

"Klaten ini kan terdiri dari 26 Kecamatan atau dulunya 5 wilayah Pembantu Bupati (Tubup atau Kawedanan, istilah pembagian admistrasi wilayah pada masa Hindia Belanda). Nantinya dari kompetisi di masing-masing Tubup terpilih 2 klub terbaik untuk putaran final di Stadion Trikoyo ini. Jadi yang terpenting ada jenjang pembinaan dan kompetisi yang aktif. Otomatis klub-klub internal dan pemain- pemain baru akan bermunculan," ujar Ardhana.

Stadion Trikoyo, Alaska, dan Sponsor

Sebagai diaspora Klaten kelahiran Kabupaten Blora, Jateng, yang memiliki tim kebanggaan Persikaba, jujur, saya tidak memiliki ikatan emosional dengan PSIK Klaten maupun Stadion Trikoyo. Namun saat meliput laga perdana PSIK menjamu Persekat Kabupaten Tegal yang berakhir dengan skor 0-2, Minggu (25/3), muncul benih-benih cinta terhadap PSIK.

Di luar vakumnya keterlibatan PSIK berkompetisi, pertandingan itu juga menjadi debut saya menyaksikan pertandingan resmi di Stadion Trikoyo, Klaten. Di salah satu ruko kelontong di kandang PSIK itu juga saya berkenalan dengan Ketua Alaska, Yoga Adi Darmawan, dan Asisten Manajer PSIK Klaten, Mulya Jayanto untuk pertama kalinya. Keduanya saat itu tengah mengobrol mempersiakan launching team dan jersey PSIK.

Sebagai pemain keduabelas, Yoga Adi mewakili pengurus pusat Alaska rutin berkomunikasi dengan manajemen PSIK Klaten. Bahkan sebelum mengarungi Liga 3, suporter berjargon `PSIK Pemersatu, Alaska Nyawiji` ini hendak mencarikan sponsor untuk membantu keberlangsungan finansial PSIK. Namun urung dilakukan lantaran mepetnya waktu.

"Alaska berdiri pertengahan 2016 lalu. Berangkat dari kejadian ricuh di jalanan antar sesama suporter asal Klaten, namun beda tim kesayangan. Maka kalau di Trikoyo saat PSIK bertanding melihat banyak giant flag berwarna-warni, karena anggota Alaska itu berasal dari berbagai suporter fanatik klub Liga Indonesia. Saat ini anggota kami mencapai 900-1.200 orang yang terbagi dalam 22 koordinator wilayah (korwil)," kata perwakilan suporter yang selalu memenuhi tribun timur Stadion Trikoyo, Klaten ini.

Sedangkan Mulya Jayanto menyatakan, Alaska sudah dianggap sebagai keluarga besar PSIK Klaten. Selain mendukung di kandang, mereka juga ikut datang saat PSIK bertandang mengarungi Liga Remaja Soeratin maupun kualifikasi Porprov Jateng. Selain itu, manajemen PSIK juga mengapresiasi upaya Alaska dan kelompok suporter lainnya yang mengupayakan penggalangan dana lewat penjualan merchandise dan lain- lain.

"Kami juga terbantu komunitas KlatenYoBen yang membantu administrasi dan dokumentasi foto layaknya media official. Tapi untuk mendapatkan sponsor mendukung finansial memang sulit. Mengajukan proposal ke Aqua (pabrik AMDK yang berada di Klaten), mereka mau bantunya untuk penyediaan kebutuhan minum. Ya mau bagaimana lagi, ini kan debut kompetisi pertama setelah vakum bertahun- tahun. Yang penting PSIK jalan dulu dan kembali eksis," ujar Asisten Manajer yang akrab disap Yanto ini seraya melontarkan ide nakal menerima sponsorship air minum dalam kemasan (AMDK) tersebut untuk dijual kembali dan keuntungannya masuk kas PSIK.

Papan sponsor penjual makanan tradisional di pinggir lapangan Stadion Trikoyo. Sumber: dokumentasi penulis.

Mengakhiri tulisan ini, saya jadi teringat kembali sepenggal tulisan Arief Natakusumah di atas tentang kepindahan trio pemain tim Sepakbola Bata Jakarta ke Klaten lantaran boyongan perusahaannya di Jawa Tengah. To the point saja, bagaimana kalau pabrik Aqua Klaten yang menyedot mata air Sigedang meniru langkah perusahaan sepatu Bata tersebut.

Minimal, perusahaan multinasional asal Prancis yang berdiri sejak 2003 di Klaten hingga sekarang ini membiayai bergulirnya kompetisi internal di Askab PSSI Klaten. Paling berapa toh, menyisihkan satu lusin galonnya tiap hari untuk pembinaan usia dini? Apalagi sumber airnya juga milik rakyat Klaten.

Syukur-syukur justru mengambil alih PSIK menjadi PT atau konsorsium. Kan keren, membayangkan Stadion Trikoyo ada embel-embel perusahaannya mirip nama stadion di dunia yang disponsori oleh perusahaan seperti kandang Bayern Munich, Juventus, Arsenal, hingga Manchester City. Masa kalah dengan Bubur Lethok Pak Wito Depan LP yang memasang papan sponsor di pinggir lapangan saat PSIK berkandang di Stadion Trikoyo?


Tulisan ini dibuat pada 27 Maret 2018 di Klaten, satu hari menjelang laga kedua PSIK Klaten menjamu Persibara Banjarnegara di Stadion Trikoyo, Klaten. Penulis sehari-hari merupakan kontributor berita portal online Timlo.net di wilayah Klaten. Dapat dihubungi lewat alamat surel adityawijayaklaten@gmail.com. Tulisan ini merupakan hasil kiriman penulis lewat rubrik Pandit Sharing, dalam rangka Pesta Bola Indonesia 2018. Isi dan opini tulisan merupakan tanggung jawab penuh penulis.

Komentar