Bumi Joko Tingkir tidak lagi Sakti!

PanditSharing

by Pandit Sharing

Pandit Sharing

Ingin menulis di PanditFootball.com? Kirimkan ke sharingpandit@gmail.com

1. Lengkapi dengan biodata singkat dan akun Twitter di bawah tulisan
2. Minimal 900 kata, ditulis pada file Ms. Word
3. Tulisan belum pernah dipublikasikan di media apapun (blog, website, forum, dll)
4. Tambahkan alamat lengkap dan nomor HP (tidak dipublikasikan)

Bumi Joko Tingkir tidak lagi Sakti!

Oleh: Rizal Andi Pratama

2004 adalah tahun pertama Persela Lamongan menjajal keganasan klub-klub raksasa Indonesia. Dalam kurun waktu delapan musim, klub yang bermarkas di kawasan utara Jawa Timur ini berada di divisi tertinggi Liga Indonesia. Sejak promosi hingga saat ini, klub dengan julukan Laskar Joko Tingkir itu tetap menjaga tradisi: efisien dalam membeli pemain.

Kondisi tersebut berbanding terbalik dengan kondisi beberapa kompetitor Persela yang menggelontorkan dana besar guna melengkapi amunisi di setiap musimnya. Wajar bila klub-klub dengan dukungan finansial melimpah selalu berambisi merengkuh gelar juara, sedangkan klub-klub yang dari segi finansial pas-pasan cukup mempunyai ambisi untuk tetap tampil di liga tertinggi dan berupaya tidak terdegradasi.

Persela Lamongan mampu bertahan di Liga Indonesia hingga era Liga 1 yang digagas oleh PT LIB (Liga Indonesia Baru) dikarenakan kerja keras para pemain, pelatih, ofisial tim, dan tentunya dengan dukungan supporter fanatik mereka, LA Mania. Dengan sokongan finansial yang minim, kurangnya sponsor membuat Persela Lamongan harus bekerja keras untuk menghidupi klub. Sejak larangan dana dari APBD dipakai untuk kegiatan mendanai klub, Persela Lamongan sangat kesulitan mengurus wilayah finansial, sehingga berdampak pada komposisi skuat yang kalah bersaing dengan klub lain yang sudah mapan secara ekonomi.

Skuat Persela Lamongan didominasi pemain lokal didikan sekolah sepak bola Lamongan sendiri dan beberapa pemain professional yang dulunya hanya sebatas bermain di level kompetisi tingkat kedua. Pemain asing Persela harganya sangat murah bila dibandingkan dengan klub lain. Pemain tersebut pun memiliki umur yang relatif tidak lagi produktif sebagai pemain bola, dan hanya berbekal pengalaman bermain bola di pentas lokal. Hebatnya, kondisi finansial yang minim, pemain lokal lulusan akademi daerah, dan pemain asing yang telah berumur, masih mampu menjaga Persela Lamongan bertahan di level teratas liga Indonesia.

Berbicara sosok pemain asing yang mampu menaikkan popularitas Laskar Joko Tingkir di kancah nasional, kita tentu tak asing dengan nama-nama berikut: Fabiano Beltrame, Marcio Souza, Gustavo Lopez, Serdjan Lopicic, Balza Bozovic, Oh In-kyun, Mustafic Fahrudin, Jose Coelho, Kosuke Yamada, dan Ivan Carlos. Mereka adalah pemain-pemain yang tidak begitu diperhitungkan sebelumnya dan juga tidak mempunyai nilai jual tinggi pada saat itu.

Tidak ketinggalan pemain lokal yang tampil gemilang dan berhasil memperbaiki performanya ketika bermain di Persela adalah Samsul Arif, Hendro siswanto, dan I Gede Sukadana. Kehadiran nama-nama tersebut mampu membuat Persela bersaing di liga Indonesia.

Hengkangnya pemain yang menjadi tumpuan klub membuat Persela Lamongan mengalami penurunan yang signifikan. Akibatnya, skuat Persela tidak stabil. Gustavo lopez dan Hendro Siswanto hengkang dari Persela Lamongan dan berlabuh ke klub rival yaitu, Arema Malang. Arema Malang mendapat keuntungan karena mempunyai pemain-pemain andalan Persela sebelumnya dan berhasil membuat Arema Malang mampu bersaing di jalur perebutan gelar juara.

Upaya memperbaiki penampilan Persela Lamongan musim ini di Liga 1 2018 bisa dilihat dari skuat yang diisi oleh pemain muda dan beberapa pemain lokal yang mungkin tidak begitu dikenal dan belum begitu diketahui penampilannya. Beberapa waktu lalu Persela juga sempat melakukan tahap seleksi pemain asing guna menambah amunisi. Dari segi finansial, Persela Lamongan mulai bangkit dengan mendatangkan sponsor serta apparel seperti Forium, So Nice, Paytren, Go-jek, Dapur Roti, PT Omya Indonesia, PT Kebun Tebu Mas, dan PT Lamongan Marine Industry. Secara keseluruhan Persela disokong oleh delapan sponsor guna membantu klub bersaing di liga 1 musim ini. Dengan kekuatan finansial yang mulai membaik dan persoalan gaji pemain yang sudah selesai, Persela Lamongan mulai menatap liga 1 dengan harapan lebih.

Dampak kehilangan legenda sekaliber Choirul Huda yang meninggal dunia pada 2017 menjadi hal yang perlu segera dibenahi. Persela perlu mendapatkan pemain yang ideal untuk mengisi kekosongan yang ditinggalkan oleh sang legenda. Pengganti tersebut harus memiliki karakter yang kuat, mempunyai aura pemimpin dan juga mampu mengawal pasukan LA Mania untuk selalu riuh dalam mendukung Persela. Kepergian Choirul Huda ibarat tembang sendu dalam relasi anak manusia dengan sebuah lingkungan yang telah saling memberi dan membutuhkan.

Benar kata pepatah Tiongkok, “tidak ada pesta yang tak berakhir”. Demikian juga kebersamaan dengan tim tempat ia melabuhkan loyalitas, yang suatu ketika mesti dibatasi oleh logika ilmiah dan alamiah yang berbalut nama “usia”.

Bumi Joko Tingkir tidak lagi sakti seperti beberapa tahun ke belakang. Para pahlawan yang membawa Persela Lamongan berjaya sudah tiada lagi dalam tim kebanggaan Bumi Joko Tingkir. Suporter LA Mania berharap dengan secercah doa agar tim kebanggaan masyarakat Lamongan mampu bersaing lagi dan berjaya di Bumi Joko Tingkir kembali.

Publik Lamongan hanya menginginkan revolusi di dalam Persela Lamongan melalui pergerakan-pergerakan terhadap perubahan tim. delapan musim sudah skema tim selalu bongkar pasang pemain. Di Eropa para pemain dikontrak dalam jangka panjang, sedangkan sepak bola Indonesia hanya mengontrak pemain dengan durasi satu musim. Hal ini yang membuat LA Mania melakukan aksi terhadap tim untuk merevolusi tim kebanggaan Lamongan. Karena pemain yang sudah nyetel dengan gaya bermain Persela musim selanjutnya pasti hengkang tanpa ada kejelasan. Seharusnya pihak manajemen dan tim memberikan durasi kontrak jangka panjang kepada para pemain Persela yang sudah nyetel dengan gaya bermain klub. Kedepannya lagi Persela tidak memikirkan gonta ganti pemain untuk membuat kerangka tim, tetapi membenahi kekompakan tim dan daya saing untuk merengkuh prestasi.


Penulis lahir di Lamongan; sekarang berdomisili di Surabaya dan sedang menempuh pendidikan Ilmu Sejarah di UNAIR. Dapat dihubungi lewat alamat sur-el rizalandip@gmail.com.Tulisan ini merupakan hasil kiriman penulis lewat rubrik Pandit Sharing, dalam rangka Pesta Bola Indonesia 2018. Isi dan opini tulisan merupakan tanggung jawab penuh penulis.

Komentar