Piala Indonesia, Kepingan Kompetisi Sepakbola Indonesia yang Hilang

Cerita

by Redaksi 24

Redaksi 24

Pandit Football Indonesia mengkhususkan pada analisis pertandingan sepakbola, statistik dan liga, juga sejarah perkembangan sepakbola dan evolusi taktiknya

Piala Indonesia, Kepingan Kompetisi Sepakbola Indonesia yang Hilang

Menyambut kompetisi Liga Indonesia musim 2018, Persatuan Sepakbola Seluruh Indonesia (PSSI) berencana menggulirkan kembali Piala Indonesia. Rencana bergulirnya turnamen domestik itu menjadi angin segar bagi kompetisi sepakbola Indonesia, yang dalam enam tahun terakhir berkutat di kompetisi. Kalau pun ada turnamen yang diselenggarakan, sifatnya tak lebih dari turnamen pra-musim seperti Inter Island Cup (IIC) atau Piala Presiden.

Padahal, turnamen pengiring kompetisi layaknya Piala Indonesia itu rutin diselenggarakan di kompetisi sepakbola seluruh dunia. Sekretaris Jenderal (Sekjen) PSSI, Ratu Tisha Destria, mengungkapkan bahwa kembalinya Piala Indonesia seolah melengkapi puzzle kompetisi sepakbola Indonesia yang hilang.

“Kita pun berharap penyelenggaraan Piala Indonesia bisa menjadi gegap gempitanya daerah di kala tim amatir bisa menjajal kekuatan tim profesional. Misalnya, Persigu Gunung Bintang berkesempatan menjajal kekuatan Persib Bandung,” kata Tisha.

***

Merunut sejarah penyelenggaraan Piala Indonesia, turnamen tersebut kali pertama bergulir pada 2005. Namun akar sejarah dari penyelenggaraan Piala Indonesia ada di tahun 1985 di kompetisi Liga Sepakbola Utama (Galatama). Saat itu, PSSI menggelar turnamen domestik bertajuk Piala Galatama yang diikuti oleh semua kesebelasan yang tergabung dalam kompetisi Galatama.

Piala Galatama edisi pertama pada 1985 memunculkan Arseto Solo sebagai juara. Jejak prestasi Arseto Solo diikuti Makassar Utama yang menjadi kampiun di Piala Galatama 1986. Setelah itu, gelar juara Piala Galatama dimonopoli Krama Yudha Berlian yang menjuarai turnamen dalam tiga edisi beruntun – 1987, 1988, dan 1989.

Memasuki era 1990-an, kompetisi Galatama dihantam berbagai masalah seperti krisis keuangan hingga pengaturan skor. Permasalahan tersebut berimbas pada agenda penyelenggaraan Piala Galatama. Tidak seperti musim-musim sebelumnya, Piala Galatama pun tak lagi menjadi agenda tahunan, tapi berubah menjadi seperti turnamen dua tahunan.

Piala Galatama edisi ke-6 baru digulirkan kembali pada 1992, dengan memunculkan Semen Padang sebagai juaranya. Dua tahun berselang, Gelora Dewata Denpasar keluar sebagai juara Piala Galatama 1994.

Gelora Dewata Denpasar pun tercatat sebagai juara terakhir Piala Galatama. Turnamen tak lagi diselenggarakan seiring dengan dileburnya kompetisi Galatama dan Perserikatan menjadi Liga Indonesia.

Sayangnya selama lebih satu dekade Liga Indonesia bergulir, PSSI tak menggelar turnamen domestik seperti halnya Piala Galatama. Namun cerita berubah pada 2005. PSSI akhirnya kembali menggelar turnamen domestik, bertajuk Piala Indonesia.

Dalam dua edisi awal penyelenggaraan Piala Indonesia, Arema Malang menjadi raja turnamen dengan meraih gelar juara pada penyelenggaraan 2005 dan 2006. Memasuki penyelenggaraan ketiga pada 2007, distribusi gelar juara berpindah ke Sriwijaya FC. Klub berjuluk Laskar Wong Kito itu merajai turnamen dalam tiga edisi beruntun dari 2007 hingga 2010.

Sayangnya, dualisme kompetisi sepakbola Indonesia pada 2010 sempat membuat Piala Indonesia terhenti selama kurang lebih dua tahun. Hingga pada 2012, Piala Indonesia kembali bergulir, dengan memunculkan Persibo Bojonegoro sebagai jawara. Bisa dibilang Persibo merupakan juara terakhir Piala Indonesia. Sebab setelah itu, turnamen tak lagi diselenggarakan.

***

Menjelang bergulirnya kompetisi musim 2018, PSSI kembali berencana menggulirkan Piala Indonesia sebagai pengiring kompetisi resmi. Rencananya, Piala Indonesia 2018 akan bergulir pada 7 April mendatang, dengan melibatkan 128 kesebelasan asal Liga 1, Liga 2, dan Liga 3. Selain itu, gengsi Piala Indonesia dipastikan bertambah mengingat juara di turnamen tersebut akan mewakili Indonesia di Piala AFC 2019.

Rencana PSSI menghidupkan kembali Piala Indonesia sempat mengalami hambatan. Operator kompetisi, PT Liga Indonesia Baru (LIB) keberatan dengan diselenggarakannya Piala Indonesia di musim 2018. Bukan tanpa alasan, PT LIB memprediksi jadwal timnas bakal sangat padat tahun depan. Salah satunya dengan adanya rangkaian Asian Games 2018 yang bakal didahului dengan test event. Itu masih ditambah dengan Piala AFF dan Piala Asia U19.

“Piala Indonesia 2018 akan menggunakan sistem gugur. Ini tidak akan mengganggu jalannya Liga 1 sampai Liga 3, karena waktunya di sela-sela jadwal kompetisi,” kata Ketua Umum PSSI, Edy Rahmayadi, beberapa waktu lalu.

Rencana digulirkannya kembali Piala Indonesia mendapat respons positif, salah satunya Pelatih Sriwijaya FC, Rahmad Darmawan. Menurut sosok yang membawa Siriwijaya FC meraih gelar juara Piala Indonesia dalam tiga tahun beruntun itu, gelaran Piala Indonesia perlu diselenggarakan rutin pada setiap tahunnya. Menurutnya, turnamen Piala Indonesia berdampak positif terutama bagi para pemain yang jarang mendapat kesempatan tampil di kompetisi

“Piala Indonesia ini bisa menambah frekuensi pertandingan untuk lebih kompetitif lagi. Nuansanya juga berbeda, di sini ada kombinasi antara home tournament dan sistem knock-out dan itu berbeda dengan kompetisi. Saya pikir, ini akan sangat membantu sekali, terutama bagi pemain yang di kompetisi tidak terlalu banyak mendapat kesempatan tampil,” terang pria yang karib disapa RD itu.

Komentar