Hilang Ditelan (Angkatan) Laut

Backpass

by Redaksi 43

Redaksi 43

Pandit Football Indonesia mengkhususkan pada analisis pertandingan sepakbola, statistik dan liga, juga sejarah perkembangan sepakbola dan evolusi taktiknya

Hilang Ditelan (Angkatan) Laut

Peru, 15 Februari 1901. Para pembuat sepatu kuda keturunan Italia mendirikan klub sepakbola. Seiring berjalannya waktu, klub tersebut tumbuh menjadi salah satu yang paling berprestasi. Lebih penting lagi, klub tersebut tumbuh menjadi salah satu yang paling dicintai. Namanya Alianza Lima.

Tidak satu dekade pun berlalu tanpa Alianza memenangi gelar juara. Pengecualian terjadi pada 1980-an.

Tarik balik ke 1978. Lini tengah Peru, oleh El Grafico, majalah olahraga ternama Argentina, dinobatkan sebagai yang terbaik di dunia. Tahun itu, Argentina menggelar Piala Dunia. Lini tengah Peru berisi Cesar Cueto, Teofilo Cubillas, dan Jose Velasquez.

Ketiganya pemain kunci tim nasional Peru saat menjuarai Copa America 1975. Ketiganya juga pemain kunci Alianza saat memenangi gelar juara liga Peru dua tahun berturut-turut 1977 dan 1978.

Tahun 1978 menjadi kali terakhir ketiganya bermain bersama. Masing-masing tak lagi berseragam Alianza setelahnya. Rasanya bukan kebetulan jika prestasi Alianza, kemudian, tak lagi mentereng. Kepindahan bersama Cueto, Cubillas, dan Velasquez diikuti oleh puasa gelar.

Sembilan tahun puasa gelar tampak akan berakhir pada 1987. Diperkuat para pemain muda yang direkrut dari divisi bawah dan jalanan, Alianza tampil perkasa. Angkatan tahun itu dikenal dengan julukan Los Portillos -- Kuda Poni. Gaya main Alianza cepat dan lincah. Tenaga para pemainnya seolah tak bisa habis.

Salah satu bintang Los Portillos adalah Luis Escobar. Usianya baru 18 namun ia sudah mengantungi empat tahun pengalaman di sepakbola profesional. Pencetak gol terbanyaknya bernama Alfredo Tomasini. Francisco Bustamante dan Jose Casanova, selain berstatus bintang di Alianza, sudah punya nama sebagai pemain tim nasional. Mereka harapan tidak hanya Alianza, tetapi juga tim nasional Peru yang saat itu memang sedang terpuruk.

Mereka bermain di bawah arahan Marcos Calderon, pelatih terbaik Peru sepanjang masa. Sebelum menangani Alianza, Calderon sudah sepuluh kali mengangkat piala bersama Universitario, Sport Boys, dan Sporting Cristal. Calderon pula yang membawa Peru menjuarai Copa America 1975.

Calderon, dengan segudang pengalaman yang ia miliki, tahu kapan harus mengekang dan kapan harus membebaskan para pemain mudanya. Los Potrillos adalah sedekat-dekatnya Alianza dengan kejayaan era trio Cueto-Cubillas-Velasquez.

Pada 7 Desember 1987, Alianza bertolak ke Pucallpa, sebuah kota rimba -- lokasinya di Amazon -- di Peru bagian timur. Gol tunggal Bustamante di pertandingan melawan Deportivo Pucallpa membawa Alianza mengantungi tiga poin tambahan dan naik ke puncak klasemen Liga Peru.

Para pemain Alianza tak sabar merayakan kemenangan bersama kawan dan keluarga. Alianza menyewa pesawat Fokker F27-400M milik Angkatan Laut Peru untuk membawa mereka keluar dari rimba dan menuju ibu kota.

Pesawat lepas landas dari Pucallpa pada pukul 18.30 waktu setempat, 8 Desember 2017, menuju Bandara Internasional Jorge Chavez. Pesawat tak pernah tiba di tujuan.

***

Fokker F27-400M yang dipiloti Letnan Edilberto Villar mengangkut 44 orang. Menjelang pendaratan, Letnan Villar mendapati indikator dalam kokpit tak berfungsi. Ia menjalin komunikasi dengan pusat pengendali lalu lintas udara, meminta izin untuk terbang-lintas agar petugas di darat bisa melihat apakah roda pendaratan sudah siap sedia. Setelah mendapat konfirmasi bahwa roda pendaratan sudah keluar dan pesawat bisa mendarat, Letnan Villar terbang memutar.

Menuju landasan pacu, pesawat terbang terlalu rendah. Sayap kanan menabrak permukaan Samudra Pasifik. Pesawat jatuh di laut, 11 km dari bandara, dan tenggelam dengan moncong mengarah ke dasar.

Kecelakaan terjadi pukul 20.05 waktu setempat; keterbatasan peralatan membuat regu penyelamat baru bergerak pada pagi hari, 9 Desember 1987. Hanya satu yang ditemukan selamat: Letnan Villar. Kebanyakan korban tak ditemukan dan bahkan tak diangkat ke permukaan sama sekali. Namun yang paling menyakitkan adalah sikap Angkatan Laut menyangkut tragedi ini.

Hasil investigasi Angkatan Laut Peru mengenai kecelakaan ini tak pernah diumumkan ke publik. Permintaan keterangan dari pers tak pernah ditanggapi. Pihak swasta tak pernah diberi izin untuk menjalankan investigasi. Keluarga dan kerabat korban yang datang untuk mencari kabar dibubarkan dengan tembakan peringatan.

Kejelasan baru didapat pada 2006, 19 tahun setelah kejadian. La Ventana Indiscreta mendapat akses kepada laporan Komisi Penerbangan Angkatan Laut, yang oleh pemerintah Peru disimpan di Florida, Amerika Serikat. Dari laporan tersebut, diketahui bahwa pesawat memang dalam kondisi tidak layak terbang.

Altimeter tak berfungsi sehingga pilot tak bisa mengetahui ketinggian terbang pesawat. Itu saja sudah gawat. Yang lebih gawat, Letnan Villar mengantungi jam terbang malam yang rendah -- hanya 5,3 jam dalam 90 hari terakhir dari 8 Desember 1987 dan tidak sama sekali dalam 30 hari terakhir. Kombinasi pesawat tak layak terbang dan pilot tak cakap -- keduanya dari Angkatan Laut -- membawa generasi emas Alianza tenggelam ke dasar Pasifik.

Komentar