Kalah Populer, Favorit Ferguson

Backpass

by Redaksi 21

Redaksi 21

Pandit Football Indonesia mengkhususkan pada analisis pertandingan sepakbola, statistik dan liga, juga sejarah perkembangan sepakbola dan evolusi taktiknya

Kalah Populer, Favorit Ferguson

Manchester United terkenal sering mengorbitkan sejumlah pemain hebat dari akademinya. Di musim ini saja ada Marcus Rashford, Jesse Lingard , Axel Tuanzebe, dan Paul Pogba. Angkatan yang paling terkenal, walau demikian, tetap angkatan 1992.

Class of 92, begitu nama populernya, merujuk pada sekumpulan pemain muda berbakat yang meraih gelar juara FA Youth Cup bersama tim muda United. Alex Ferguson, manajer United saat itu, mempromosikan enam di antaranya ke tim utama: David Beckham, Gary Neville, Phillip Neville, Ryan Giggs, Paul Scholes, dan Nicky Butt.

Walau sama-sama bermain untuk United, ternyata ada dua pemain yang bisa dibilang "cupu" diantara para pemain angkatan termahsyur itu. Kedua pemain yang dimaksud adalah Nicky Butt dan Phillip Neville, yang memiliki jumlah penampilan paling sedikit bersama United. Phil Neville hanya mencatatkan 386 penampilan, sedangkan Butt hanya mencatatkan 387 penampilan.

Satu kesamaan lain: Butt dan Phillip Neville lahir ditanggal yang sama, 21 Januari. Butt, yang lahir pada 1975, lebih tua dua tahun dari Phil Neville.

Bukan Bintang Kelas

Walau Nicky Butt tak setenar pemain-pemain Class of 92 yang lain, Alex Ferguson menyukainya. Meski tidak mempunya kecepatan dan stamina kuat seperti Ryan Giggs atau memiliki sepakan setajam David Beckham, Butt memiliki sikap yang disukai oleh Ferguson.

Butt merupakan pemain yang sangat pemberani. Ia tidak akan sungkan langsung bertanya kepada Ferguson. Selain itu ia pun tidak takut untuk membela rekannya ketika menghadapi insiden di lapangan.

Tapi sikap yang disukai Fergie bukan jaminan tempat utama untuk Butt. Ia memang bermain untuk United selama 12 tahun, namun selama itu ia bukan andalan Ferguson. Pada masa itu ada nama Roy Keane dan Paul Ince di lini tengah United sehingga Butt kurang mendapat kesempatan.

Ince meninggalkan United pada 1995 dan Ferguson sangat berharap Butt mampu bermain baik ketika diduetkan dengan Keane. Pada musim 1997/98, Roy Keane mengalami cedera yang cukup panjang sehingga Ferguson pun memilih Butt untuk menggantikan posisi Keane yang kosong. Dan ia pun membuktikan dengan penampilan yang sangat baik sehingga masuk dalam PFA Player of the Year pada musim itu. Namun, setelah Keane kembali, Butt kembali gagal mendapat kesempatan bermain lebih. Apalagi pada saat itu Scholes muda sedang tampil bagus-bagusnya.

Walau demikian Butt adalah pemain yang akan selalu ada ketika Ferguson membutuhkannya. Contohnya ketika semifinal Liga Champions tahun 1999, melawan Juventus. Butt dimainkan Ferguson menggantikan Scholes yang akan terkena sanksi jika ia mendapatkan kartu kuning. Dan benar saja, Butt berhasil menjaga United menang dan melaju ke final.

Seperti yang dikatakan di awal tadi, Butt memang pemain yang akan selalu ada ketika United membutuhkannya. Namun, ia berada di dalam dilema karena kecintaan nya terhadap klub dan kesedihan karena tidak banyak bermain di tim utama.

Butt akhirnya meninggalkan United pada 2003, namun Ferguson pernah mengatakan bahwa pemain seperti Butt akan selalu dibutuhkan olehnya. Namun, apabila dengan menahannya klub akan akan mendapat kerugian, tentu melepasnya adalah hal yang harus dilakukan. Sebelum Butt pergi, Ferguson pernah mengatakan bahwa apabila Man United cocok menggunakan tiga gelandang tentu Butt akan menjadi pilihan utama bagi dirinya.

Selama bermain untuk United, Butt mencetak 26 gol.

Sama halnya dengan Butt, Phil Neville pun tidak terlalu populer di antara para pemain Class of 92. Bahkan jumlah penampilannya untuk United paling sedikit dibandingkan keenam rekannya yang lain. Dan seperti Butt, Phil Neville disukai Ferguson karena sikapnya. Alex Ferguson, dalam otobiografinya, mengatakan bahwa Phil Neville merupakan sosok pemain yang disiplin dan mau berbuat apa pun untuk tim.

Phil mengawali karir sebagai pemain senior Man United pada musim 1994/95 dengan mencatatkan tiga penampilan saja. Ia baru mendapatkan kesempatan bermain lebih banyak pada musim selanjutnya. Meski mendapat kesempatan bermain lebih banyak, ia hanya dipercaya sebagai bek kiri pelapis Denis Irwin. Selama bermain dengan United, hanya dua musim ia mendapatkan kesempatan bermain lebih dari 30 pertandingan.

Karena hanya mendapat sedikit kesempatan bermain, ia merasa tidak betah. Namun ia bukan orang yang blak-blakan seperti kakaknya, Gary Neville. Akhirnya Gary menghampiri Ferguson dan menyatakan apa yang sedang dirasakan oleh adiknya.

Ferguson akhirnya memanggil Phil ke rumahnya untuk membicarakan perihal tersebut. Ferguson mengatakan bahwa ia telah merugikan Phil Neville dengan cara memainkannya yang hanya sebagai pelapis tim utama. Istri Ferguson sempat menanyakan keputusan suaminya, namun Ferguson mengatakan bahwa ini memang keputusan yang sangat sakit tapi akan lebih sakit apabila Phil tetap bertahan di United dan tidak mendapat menit bermain yang lebih.

Mendengar perkataan Ferguson, akhirnya Phil setuju untuk meninggalkan tim yang telah membesarkan namanya dan pindah ke Everton setelah musim 2014/15 selesai.

Di antara para pemain Class of 92, Phil menjadi pemain yang paling sedikit bermain untuk United. Hanya 386 pertandingan yang ia mainkan -- lebih sedikit satu pertandingan dari Butt. Ia pun hanya mencetak delapan gol.

Melanjutkan karir sebagai pelatih

Dari enam pemain Class of 92, hanya David Beckham yang tidak melanjutkan dan merasakan karier sebagai pelatih usai pensiun sebagai pemain.

Nicky Butt mengambil keputusan untuk pensiun setelah mengakhiri musim 2011/12 bersama club South Cina. Ia bisa dibilang menjadi pemain angkatan 92 yang paling awal memutuskan untuk menjadi pelatih setelah pensiun dibandingkan rekan-rekan lainnya.

Setelah pensiun, ia langsung mendapatkan kepercayaan melatih tim muda Manchester United. Pada awal karier kepelatihannya, Butt melatih tim cadangan Man United dan pelatih pemain u-19 pada 2012. Pada 2014, ketika David Moyes diberhentikan menjadi manajer United, ia langsung ditunjuk pihak klub untuk membantu United menjalani sisa musim bersama Ryan Giggs dan Paul Scholes.

Karier kepelatihan Butt terus berlanjut. Pada tahun 2016 ia resmi ditunjuk oleh Wakil Direktur Eksekutif Man United, Ed Woodward, untuk menjadi kepala akademi United yang sebelumnya dipimpin oleh Brian McClair. Pengalamannya ketika menjadi pemain binaan akademi United pun ditularkan kepada pemain muda yang berada di akademi. Ia terbilang cukup sukses dan memiliki filosofi yang baik untuk menghasilkan pemain muda berkualitas.

Hasil kerja kerasnya melatih pun terbukti ketika United mengorbitkan Marcus Rashford ke tim utama Louis Van Gaal. Walaupun saat ini United dilatih oleh Jose Mourinho, Rashford tetap menjadi pemain andalan United. Selain Rashford ada pula Axel Tuanzebe yang ia orbitkan ke tim utama.

Beda halnya dengan Butt, Phil Neville telah mempunyai lisensi kepelatihan UEFA B sebelum mengakhiri karir sebagai pemain sepakbola pada 2012 dan memantapkan diri untuk maju menjadi seorang pelatih. Di tahun 2013 ia ditunjuk menjadi staf pelatih timnas Inggris U21 untuk menghadapi Piala Eropa.

Setahun berselang, ia melanjutkan karier kepelatihannya dengan menangani Salford City, tim yang setengah sahamnya dimiliki oleh angkatan Class of 92. Hanya satu pertandingan di Salford, Phil Neville diminta sang kakak, Gary Neville, untuk mendampinginya melatih tim La Liga Spanyol pada musim 2015/16. Tidak sampai setahun, ia pun hengkang bersama kakaknya dari Valencia dan ia lebih banyak terlihat menjadi komentator pertandingan sepakbola.

Pada 2017, ia menjadi kandidat kuat untuk menjadi pelatih timnas Inggris perempuan dan itu menjadi tantangan tersendiri baginya. Ia mengatakan bahwa ia mempunyai kesempatan untuk pergi ke Piala Dunia dan sukses bersama para pemain profesional dan ia mengatakan bahwa penjadi pelatih tim ini adalah pekerjaan yang terbaik yang bisa ia dapat. Kejelasannya untuk menjadi pelatih Timnas perempuan Inggris tinggal menunggu keputusan dari pihak FA.

Komentar