Mereka yang Tinggalkan Papan Bawah Menjelang Akhir Tahun

Berita

by redaksi

Mereka yang Tinggalkan Papan Bawah Menjelang Akhir Tahun

Menjalani sebuah liga yang berjalan dalam satu musim, membutuhkan konsistensi yang tinggi setidaknya dalam menjalani pertandingan selama hampir 10 bulan. Hal tersebut tentu bukan hal yang mudah, terlebih ketika adanya pemain dan pelatih baru dalam tim, adaptasi akan membutuhkan waktu bagi kesebelasan tersebut untuk tampil dalam permainan terbaiknya.

Dalam menjalani kompetisi yang panjang, sebuah kesebelasan akan mengalami naik-turun dalam klasemen. Hal tersebut tak lepas dari tren positif atau negatif yang ditampilkan klub itu sendiri. Ada yang di awal musim tampil gemilang namun mulai menurun di pertengahan musim, ada juga yang terseok-seok di awal musim namun mulai bangkit ketika paruh musim.

Dibanding tren menurun, tren menanjak dengan tampil impresif setelah rentetan hasil negatif jelas menjadi modal berharga dalam menjalani sisa musim. Moral pemain semakin membaik yang bisa membantu hasil-hasil positif lainnya. Hal itu juga yang dialami oleh empat kesebelasan di bawah ini, yang berhasil keluar dari papan bawah, setidaknya bisa merangsek ke papan tengah menjelang akhir tahun dan paruh musim. Siapa saja mereka?

Udinese

Serie A hampir menyelesaikan paruh musim 2017/2018 karena sudah memasuki pekan ke-18. Posisi Udinese mungkin tidak terlalu istimewa karena mereka hanya menempati posisi 12 klasemen. Tapi perlu menjadi catatan, mereka kini punya poin 24, poin yang sama dengan poin milik Bologna, Torino, dan AC Milan yang berada di atasnya. Terlebih lagi mereka masih punya satu laga tunda, yang artinya sebenarnya bisa saja mereka bisa menempati posisi 9 yang sekarang ditempati oleh AC Milan.

Tapi lebih spesialnya, Udinese berada di posisi yang cukup pantas untuk mereka saat ini setelah berhasil melewati awal musim yang buruk. Pada pekan ke-9, Udinese menempati posisi ke-15 dengan hasil dua menang dan tujuh kalah. Saat itu, jarak dengan posisi ke-12, posisi yang mereka tempati saat ini, berselisih enam poin.

Udinese berhasil bangkit setelah pergantian pelatih dari Luigi Delneri ke Masimmo Oddo membuahkan hasil. Oddo menukangi kesebelasan yang kini bermarkas di Dacia Arena ini sejak pekan ke-14. Delneri dipecat setelah Udinese kalah dari Cagliari dengan skor 0-1. Kekalahan itu merupakan kekalahan ke-8 Udinese.

Oddo menjalani debut dengan kekalahan 0-1 dari Napoli. Tapi setelah itu, laju Udinese mulai tak terhenti. Empat laga berikutnya diraih dengan poin penuh. Salah satunya adalah dengan mengalahkan Internazionale Milan yang merupakan pemuncak klasemen sementara saat itu, dengan skor 1-3. Berkat empat kemenangan beruntun itulah Udinese kembali bersaing di papan tengah, terlebih pekan berikutnya akan menghadapi Bologna yang berada satu strip di atasnya dengan poin sama.

SD Eibar

Pada pekan ke-8, SD Eibar menyentuh zona degradasi karena kekalahan 3-0 dari Villareal membuat mereka terbenam ke peringkat 18. Tiga laga berikutnya, mereka masih menempati posisi 17 klasemen La Liga. Delapan poin mereka hanya berselisih dua poin dari jurang degradasi. Dari 11 laga, Eibar hanya berhasil menang dua kali, ditambah dua kali seri dan tujuh kali menelan kekalahan.

Tapi Eibar masih percaya pada kemampuan sang pelatih, Jose Luis Mendilibar, yang sudah menukangi tim sejak 2015. Kepercayaan itu dibayar tuntas oleh Mendilibar yang berhasil membuat Eibar terus menerus meraih hasil positif usai kalah dari Real Sociedad pada pekan ke-11. Saat ini, hingga pekan 17, Eibar tak terkalahkan dalam enam pertandingan; dan lima di antaranya diraih dengan kemenangan.

Secara berurutan Eibar mengalahkan Real Betis, Alaves, Espanyol, Valencia dan Girona. Hanya Getafe yang mampu menahan imbang Eibar dalam enam laga terakhir. Tak ayal Eibar langsung melesat jauh meninggalkan papan bawah La Liga. Kini mereka menguntit Villareal dan Sevilla untuk berebut tempat di Liga Europa 2018/2019.

SD Eibar saat mengalahkan Valencia (sumber: mundodeportivo.com)

Eibar saat ini menempati posisi tujuh, melesat 10 peringkat dalam enam pekan. Poin mereka kini 24, jumlah tersebut hanya terpaut tiga poin dari Villareal yang duduki posisi enam, dan lima poin dari Sevilla yang berada di posisi kelima. Posisi mereka akan semakin aman jika pada laga berikutnya bisa mengalahkan Girona, kesebelasan yang menguntit Eibar di posisi delapan dengan selisih satu poin.

SC Freiburg

Pada awal musim Bundesliga 2017/2018, Freiburg diprediksi bisa kembali memberikan kejutan seperti musim lalu di mana mereka mengakhiri klasemen di posisi 7 meski berstatus tim promosi. Tapi yang terjadi sebaliknya, hingga pekan ke-12 mereka menempati posisi ke-17 (zona degradas) hasil dari satu kali menang, lima imbang dan enam kalah.

Akan tetapi Christian Streich yang sudah lima tahun menukangi Freiburg tak habis akal. Formasi 5-4-1 andalannya yang tak ampuh ia ubah menjadi 5-3-2 pada laga melawan Mainz pada pekan ke-13. Hasilnya Freiburg meraih kemenangan keduanya karena berhasil menang dengan skor 2-1.

Empat laga berikutnya, Freiburg berhasil tampil impresif dengan belum lagi menelan kekalahan. Borussia Moenchengladbach yang berada di papan atas berhasil dikalahkan. Mereka juga tak menyia-nyiakan kesempatan meraih poin penuh saat menghadapi tim juru kunci, FC Koln. Dua laga lainnya berakhir imbang saat menghadapi HSV dan Augsburg.

Berkat lima laga tanpa kekalahan, Freiburg mulai meninggalkan zona degradasi. Mereka kini menempati posisi 13. Posisi yang cukup ideal sebelum menghadapi tiga lawan kuat pada pekan-pekan berikutnya, yakni Frankfurt, RB Leipzig, dan Borussia Dortmund.

Crystal Palace

Crystal Palace menjalani musim 2017/2018 dengan berat sejak awal musim. Frank de Boer yang tak mampu berbuat banyak. Empat laga awalnya di Liga Primer berakhir dengan kekalahan untuk Palace. Parahnya lagi, tak sekalipun skuatnya bisa mencetak gol ke gawang lawan. Palace pun akhirnya tak sabar untuk memecatnya, yang menjadikannya sebagai pelatih dengan karier terpendek di Liga Primer sepanjang sejarah.

Palace lantas menunjuk pelatih berpengalaman, Roy Hodgson. Hodgson sempat tak berkutik dan meneruskan catatan De Boer; kalah tanpa mampu mencetak gol, pada tiga laga berikutnya dan Palace tetap berada di juru kunci. Tapi hasil tersebut cukup wajar mengingat dua kesebelasan yang mengalahkannya saat itu adalah Manchester City dan Manchester United, dua kesebelasan yang hingga saat ini tempati dua teratas Liga Primer.

Baru pada pekan ke-8 Hodgson bisa membuat Palace mencetak gol sekaligus memberikan kemenangan pertama untuk Palace. Tanpa disangka, kemenangan pertama Palace musim ini diraih Hodgson dengan mengalahkan juara Liga Primer Inggris musim lalu, Chelsea. Ketika itu Palace menang dengan skor 2-1.

Setelah merasakan kemenangan pertama tak serta merta membuat Palace langsung tancap gas. Mereka dikalahkan Newcastle dan Tottenham serta ditahan imbang West Ham. Baru setelah pekan ke-12, imbang 2-2 melawan Everton, Hodgson mulai menemukan formula anti-kalah setelah menjalani delapan laga tanpa kekalahan.

Stoke City, Watford, dan Leicester City berhasil mereka kekalahan. Meski mereka juga lebih sering mendapatkan hasil imbang (melawan Brighton, WBA, Bournemouth, dan Swansea, tapi setidaknya mereka telah lepas dari zona degradasi dan kini menempati posisi ke-16. Catatan yang cukup positif apalagi jarak mereka dengan peringkat 10 (Watford) kini hanya empat poin saja.

***

Menurut kalian, siapa kesebelasan yang paling impresif bangkit jelang akhir tahun?

Komentar