Masa Lalu yang Bisa Menjegal Keinginan Ryan Giggs Melatih Timnas Wales

Cerita

by Redaksi 24

Redaksi 24

Pandit Football Indonesia mengkhususkan pada analisis pertandingan sepakbola, statistik dan liga, juga sejarah perkembangan sepakbola dan evolusi taktiknya

Masa Lalu yang Bisa Menjegal Keinginan Ryan Giggs Melatih Timnas Wales

Tim Nasional Wales tengah mencari sosok pelatih baru sepeninggal Chris Coleman yang memutuskan mundur pada November lalu, usai gagal membawa Wales lolos ke Piala Dunia 2018. Beberapa nama dijagokan untuk menjadi pengganti Coleman. Salah satunya adalah Ryan Giggs. Gayung bersambut, sosok berusia 44 tahun itu menyatakan ketertarikannya untuk menjadi pelatih timnas Wales.

Dilansir dari Sky Sports, Giggs mengungkapkan bahwa alasan dirinya tertarik melatih Wales karena ia ingin melakoni peran sebagai pelatih. Saat ini Giggs memang tengah menganggur, setelah dua musim (2014-2016) menjadi asisten Louis Van Gall di Man United. Sebelum menjadi asisten Van Gaal, Giggs pernah menjadi pelatih interim United, menggantikan David Moyes yang kontraknya diputus pada pertengahan musim 2013/14.

"Tentu saja saya tertarik. Saya bermain untuk Wales, saya telah mengatakan bahwa saya ingin kembali menjadi pelatih dan itu jelas salah satu pekerjaan terbaik. Saya bermain untuk United, saya bermain untuk Wales, itu dua pekerjaan yang bagus dalam hidup saya. Saya belum berbicara dengan siapa pun saat ini tapi saya pasti tertarik," terang Giggs.

Tidak ada yang menyangkal bahwa Giggs merupakan salah satu pesepakbola terbaik yang pernah dilahirkan Wales. Pengalamannya bertarung di atas rumput hijau juga terbilang mumpuni. Saat masih aktif bermain, Giggs yang biasa beroperasi di sektor sayap kiri memiliki daya jelajah tinggi hingga membuat lawan kesulitan menghentikan pergerakannya.

Selain mobilitas, Giggs juga punya kemampuan melepaskan umpan silang akurat yang bisa memanjakan para penyerang Man United dari era 1990 hingga 2000-an. Nama-nama seperti Eric Cantona hingga Rudd van Nistelrooy, atau siapa pun figur yang berdiri di garis depan serangan Setan Merah, semasa Giggs masih aktif bermain pasti pernah merasakan servis umpan silang akuratnya.

Di level tim nasional, Giggs pun masuk dalam jajaran tokoh terkemuka timnas Wales. Namanya bisa disejajarkan dengan beberapa sosok tenar seperti John Carles, Ian Rush, dan Mark Hughes. Enam belas tahun Giggs bermain untuk Wales. Dalam kurun waktu tersebut, ia mampu mencatatkan 64 penampilan bersama The Dragons.

Melalui rekam jejak dan reputasinya itu, sekilas Giggs memang memiliki banyak pengalaman di dunia sepakbola. Namun hal tersebut tak menjamin pria asal Cardiff itu bisa dengan mulus menduduki kursi pelatih timnas Wales. Salah satu batu sandungan yang bisa menghambat keinginannya menggantikan posisi Chris Coleman adalah minimnya pengalaman dalam dunia kepelatihan dan buruknya hubungan Giggs dengan para pendukung timnas Wales.

Sejak pensiun sebagai pesepakbola pada 2014 lalu, Giggs memang langsung dipercaya menjadi pelatih sementara Man United, yang dilanjutkan dengan menjadi asisten pelatih Louis van Gaal selama dua musim. Tapi setelah tampuk kepelatihan Man United beralih ke Jose Mourinho, Giggs lebih banyak berkarier di layar kaca sebagai pengamat sepakbola.

FAW tentu tidak akan sembarangan dalam memilih pengganti Coleman yang sukses membawa Wales menapak babak semifinal Piala Eropa 2016. Apalagi potensi Wales sangat besar untuk menjadi salah satu tim kuat di pentas sepakbola Eropa. Mereka memiliki banyak pemain muda potensial seperti Ben Woodburn, Ethan Ampadu, hingga David Brooks yang di masa depan bisa menjadi tulang punggung tim nasional.

Hal lain yang bisa menjadi penghalang Giggs menjadi manajer The Dragons adalah kurang harmonisnya hubungan Giggs dengan sebagian besar publik sepakbola Wales. Ini sebenarnya sudah menjadi rahasia umum. Publik sepakbola Wales menganggap loyalitas dan dedikasinya kepada Wales tak sebanding dengan yang ia tunjukkan kepada Man United.

Kekesalan para penggemar terjadi saat Giggs memutuskan pensiun dari timnas Wales pada 2007. Padahal pada saat itu ia masih kuat bermain, bahkan selama tujuh musim setelah memutuskan pensiun dari tim nasional, ia masih bermain untuk United.

Kekesalan para pendukung Wales memuncak saat Giggs tampil membela tim Great Britania (GB) di Olimpiade 2012, padahal lima tahun sebelumnya ia telah menyatakan pensiun dari Wales. Hal tersebut membuat para penggemar mempertanyakan kesetiaan dan dedikasi kepada negaranya sendiri.

"Dia hanya bermain dalam 64 pertandingan untuk Wales. Padahal, jika dia bisa terus bermain dia bisa membantu membawa begitu banyak perubahan khususnya mengembang pesepakbola muda Wales. Dia tidak memiliki kepentingan di Wales sejak dia pensiun," kata salah satu penggemar Wales, Tommie Collins, seperti dilansir dari BBC. “Tapi kemudian bermain untuk Tim GB di Olimpiade. Saya rasa itu tidak masuk akal. Pada saat ini dan bagaimana dia memperlakukan Wales di masa lalu, dia bukan orang yang tepat."

Bukan hanya Collins yang tidak setuju Giggs menjadi pelatih Wales. Banyak penggemar The Dragons lainnya yang menyampaikan ketidaksetujuan itu di media sosial. Saat Coleman memutuskan mundur, berbondong-bondong masyarakat Wales mengucapkan ungkapan terimakasih kepada Coleman melalui tweet ber-hastag #DiolchChris.

Namun selang beberapa menit kemudian, tagar #AnyoneButGiggs juga mengudara di media sosial twitter. Menurut situs Spredfast yang dilansir dari BBC, cuitan dengan tagar #AnyoneButGiggs mengudara selama 72 jam dan digunakan oleh kurang lebih 220 orang, dengan jangkauan lebih dari 200.000 pengguna Twitter.

Secara tidak langsung, sudah banyak pendukung Wales yang menyatakan ketidaksetujuan bila Giggs menjadi sosok pengganti Coleman. Hal tersebut tentu bisa menjadi tembok kokoh yang menghalangi keinginan Giggs untuk memangku jabatan manajer timnas Wales.

Komentar