Pembuktian Kelas Tedesco Soroti Kekacauan Pertahanan Dortmund

Analisis

by Redaksi 43

Redaksi 43

Pandit Football Indonesia mengkhususkan pada analisis pertandingan sepakbola, statistik dan liga, juga sejarah perkembangan sepakbola dan evolusi taktiknya

Pembuktian Kelas Tedesco Soroti Kekacauan Pertahanan Dortmund

Peter Bosz menyimpan kejutan. Ia mendaftarkan para pemainnya dalam formasi 4-3-3, dengan barisan belakang berisi (dari kanan ke kiri) Sokratis, Omer Toprak, Julian Weigl, dan Marcel Schmelzer. Di lapangan, Borussia Dortmund bermain dengan tiga pemain belakang. Weigl memainkan peran nomor enam, melindungi lini belakang sekaligus memberi Nuri Sahin keleluasaan untuk mengatur serangan.

Domenico Tedesco, sementara itu, menerapkan formasi 3-4-3. Wenston McKennie mengawani Max Meyer di lini tengah, karena Leon Goretzka belum cukup bugar untuk bermain sejak menit pertama. Situasi pertandingan, walau demikian, memaksa Tedesco memainkan Goretzka hanya beberapa menit lepas dari setengah jam pertandingan berjalan. Pergantian yang terhitung terlalu dini, namun pada akhirnya terbukti tepat.

Satu-dua Sentuhan dan Tekanan yang Efektif

FC Schalke 04 memulai pertandingan dengan tidak sungkan. Tiga penyerangnya menjadi baris pertahanan pertama, menekan Borussia Dortmund sedekat mungkin dari gawang tim tuan rumah. Schalke tidak hanya menciptakan peluang pertama dengan pendekatan ini, tetapi juga membuat Dortmund kesulitan membangun serangan. Karena tekanan Schalke, di awal pertandingan, banyak umpan Dortmund -- baik yang panjang atau yang pendek; bola lambung maupun umpan menyusur tanah -- yang tidak tepat sasaran.

Kebingungan tersebut, walau demikian, tidak berlangsung lama. Ketika penguasaan bola tak berhasil, Dortmund beralih ke umpan-umpan pendek cepat. Pendekatan ini terbukti berhasil melawan Schalke yang menekan secara agresif. Pertukaran umpan dengan satu-dua sentuhan, yang dilakukan dengan cepat antara para pemain yang aktif bergerak, terbukti ampuh. Bola yang dengan cepat berpindah dari satu sisi lapangan ke sisi lain membuat Schalke semakin kesulitan.

Gol pertama Dortmund dicetak dengan cara ini. Pertukaran umpan yang cepat antara Raphael Guerreiro, Mario Gotze, dan Pierre-Emerick Aubameyang di sisi kanan pertahanan Schalke membuka peluang untuk Dortmund. Tidak hanya membongkar sisi kanan pertahanan Schalke, pergerakan ketiga pemain tersebut juga membuat Schalke fokus ke satu sisi sehingga Christian Pulisic memiliki ruang gerak yang leluasa. Satu sentuhan Pulisic yang diikuti satu sentuhan Nuri Sahin kemudian diselesaikan oleh Aubameyang.

Gol kedua Dortmund memang tercipta dari tendangan bebas Sahin yang dibelokkan oleh Benjamin Stambouli, namun pelanggaran untuk tendangan bebas tersebut Dortmund dapatkan karena pertukaran umpan pendek mereka lebih cepat dari kaki-kaki perebut bola.

Aubameyang perlu mendapat pujian khusus. Ia memainkan peran sentral dalam serangan-serangan Dortmund. Penyerang tengah di atas kertas, Aubameyang menjelajah ke sana kemari. Dalam proses gol ketiga, Aubameyang memimpin serangan balik cepat di sisi kiri Schalke. Umpan silangnya tepat sasaran, sehingga Gotze dengan cukup mudah memperlebar keunggulan menjadi tiga gol.

Dalam proses terciptanya gol keempat, Aubameyang dan Gotze kembali bertukar umpan untuk membuka celah di pertahanan Schalke. Mereka berhasil namun sepakan Aubameyang membentur Thilo Kehrer. Namun Dortmund menyerang dengan banyak pemain sehingga kegagalan Aubameyang bukan masalah -- bola liar jatuh ke dalam penguasaan Guerreiro (yang bersama Pulisic memang aktif menyisir sayap dan masuk ke kotak penalti) dan terciptalah gol keempat.

Babak pertama menjadi milik Dortmund sepenuhnya. Mereka menyerang dengan efektif berkat keterlibatan banyak pemain. Mereka juga bertahan dengan efektif berkat keterlibatan banyak pemain. Pulisic dan Guerreiro bisa rutin mengancam di dalam kotak penalti Schalke karena mereka tak perlu menempuh jarak yang jauh untuk sampai ke sana. Pulisic dan Guerreiro tak harus mundur jauh untuk bertahan, karena Dortmund bertahan dari depan -- dan tekanan diterapkan dengan sangat baik sehingga Schalke tak mampu membangun serangan.

Pergantian Taktikal, yang Tepat dan yang Tidak

Tak mungkin FC Schalke 04 berhasil mengejar ketinggalan empat gol tanpa semangat juang yang sangat tinggi. Namun menyebut semangat juang sebagai satu-satunya penjelasan adalah merendahkan Domenico Tedesco -- dan menutupi kekacauan pertahanan Borussia Dortmund di babak kedua.

Semua pergantian pemain yang diterapkan Tedesco tepat. Di menit ke-33 ia menarik keluar Wenston McKennie dan Franco Di Santo untuk memainkan Leon Goretzka dan Amine Harit. Kehadiran Goretzka membuat Max Meyer lebih leluasa mengatur serangan dari kedalaman sekaligus meningkatkan kualitas serangan. Peran Harit lebih vital lagi. (Satu pergantian lain yang Tedesco terapkan adalah mengganti Thilo Kehrer, yang mendapat kartu kuning di menit ke-22, dengan Matija Nastasic pada masa turun minum. Pergantian ini memang apple to apple, namun menarik keluar pemain yang sudah mendapat kartu kuning mengurangi risiko kehilangan pemain.)

Pergantian-pergantian pemain yang diterapkan Peter Bosz, sementara itu, tak banyak berpengaruh. Dortmund tetap kebobolan walau Bosz menarik keluar Andriy Yarmolenko (penyerang sayap) untuk memainkan Marc Bartra (bek tengah). Mengganti Raphael Guerreiro dengan Dan-Axel Zagadou (juga bek tengah) pun sama saja. Pertahanan Dortmund begitu kacau sehingga pemain yang masih segar pun tak banyak membantu.

Bosz membuat kesalahan dengan meninggalkan pendekatan pertahanan proaktif yang membuat timnya menguasai babak pertama. Sampai batas tertentu, ini bisa dipahami karena para pemain Dortmund akan kelelahan jika terus menerus menekan. Namun Bosz kan punya pilihan untuk mengganti para pemain depan atau gelandangnya. Ia malah memilih bertahan di kedalaman.

Dortmund tidak langsung turun bertahan di kedalaman. Perubahan pendekatan dilakukan secara bertahap namun ini pun sudah salah. Tanpa tekanan dari lini depan Dortmund, Benjamin Stambouli cukup leluasa untuk melepas umpan panjang akurat, dari lini belakang langsung ke lini depan, sehingga terciptalah gol balasan pertama Schalke. Tiga menit berselang, umpan silang Yevhen Konoplyanka disambar Harit. Keunggulan empat gol terpangkas menjadi dua saja.

Momen itulah yang membuat Bosz memainkan Bartra di menit ke-68. Namun sepuluh menit berselang, Dortmund bermain dengan sepuluh orang setelah Pierre-Emerick Aubameyang mendapat kartu kuning kedua. Momen inilah yang membuat Dortmund mulai bertahan di kedalaman. Di menit ke-83, Bosz memainkan Zagadou. Sang pemain menjadi penyebab Dortmund kebobolan dua gol terakhir.

Pertama, Zagadou melakukan kesalahan dengan tidak menutup ruang ketika berhadapan satu lawan satu dengan Daniel Caliguri, sehingga terciptalah gol ketiga Schalke. Dalam proses terciptanya gol keempat Schalke, Zagadou kehilangan Naldo dalam situasi sepak pojok.

Menyalahkan satu pemain, walau demikian, tidak tepat. Sistem yang membuat Zagadou melakukan dua kesalahan fatal. Dortmund memang tidak fasih bermain reaktif, namun Bosz malah tetap memilih pendekatan tersebut.

Komentar