Manajer PSPS: Dari Dulu Saya Sering Pukul Wasit

Berita

by Redaksi 24

Redaksi 24

Pandit Football Indonesia mengkhususkan pada analisis pertandingan sepakbola, statistik dan liga, juga sejarah perkembangan sepakbola dan evolusi taktiknya

Manajer PSPS: Dari Dulu Saya Sering Pukul Wasit

Kericuhan kembali mewarnai pentas sepakbola Indonesia. Kali ini terjadi dalam pertandingan terakhir Perempatfinal Grup Y Liga 2 Indonesia 2017, antara PSIS Semarang melawan PSPS Riau di Stadion Gelora Bandung Lautan Api (GBLA), Kota Bandung, Selasa (21/11) malam WIB.

Keributan bermula saat salah satu pemain PSPS dijatuhkan oleh pemain PSIS di area kotak penalti jelang pertandingan berakhir. Namun Wasit Saepudin yang memimpin jalannya pertandingan, menganggap bahwa kontak yang terjadi bukanlah pelanggaran.

Kubu PSPS yang tidak puas dengan keputusan Wasit Saepudin pun meradang. Protes keras dilancarkan, aksi dorong-dorongan antara pemain dengan wasit menjadi pemandangan yang terlihat saat itu. Merasa bahwa pertandingan sudah tidak lagi kondusif, wasit berlari ke luar lapangan sambil meniup peluit tanda pertandingan berakhir.

Tak disangka bahwa aksi wasit Saepudin yang berlari keluar lapangan itu memicu kemarahan pemain dan ofisial PSPS semakin menjadi. Aksi kejar-kejaran pun terjadi. Bahkan saat wasit hampir menuju tepi lapangan, laju wasit sempat dihalangi manajer PSPS, Alsitra, yang masuk ke lapangan. Tampak Alsitra akan memukul wasit, beruntung wasit asal Subang itu bisa menghindar hingga tak sampai terkena bogem mentah manajer PSPS yang emosi itu.

Pihak keamanan juga sigap dengan langsung mengamankan wasit Saepudin ketika di pinggir lapangan. Namun kubu PSPS yang kadung berang terus mencoba untuk memburu wasit Saepudin yang tengah diamankan itu. Alsitra yang kesal juga terlihat merusak papan pergantian pemain, sebagai pelampiasan amarahnya atas ketidakpuasannya terhadap kinerja wasit dalam pertandingan tersebut.

Seusai pertandingan, Alsitra mengungkapkan semua kekecewaannya kepada wasit Saepudin di depan awak media. Ia mengungkapkan bahwa selain hadiah penalti yang seharusnya didapatkan timnya, waktu pertandingan juga sebenarnya belum habis. Lebih lanjut, Alsitra mengatakan bahwa ia akan secepat mungkin melayangkan surat protes kepada PSSI untuk menindak lanjuti permasalahan tersebut.

“Saya sebagai manajer bertanggung jawab atas kekalahan ini tapi perlu diingat waktu belum habis kenapa wasit lari keluar dan malah meniupkan peluit panjang. Padahal jelas di kotak ada pelanggaran dia lari keluar coba dipikir ini ada apa. Saat ini juga saya layangkan langsung surat protes kepada PSSI,” terangnya seusai laga.

“Saat ada pelanggaran di dalam kotak penalti, kenapa dia (wasit) lari ke luar, ini tidak benar. Coba kapan sepakbola Indonesia ini akan maju, kalau permasalahan wasit terus berulang? Saya sudah lama urus tim bola, tapi masalah wasit terus berlanjut. Dari dulu sering saya pukul wasit itu saja urusannya karena mereka tidak benar. Saya jujur sering pukul wasit kalau dia memang salah,” sambungnya.

Alsitra berharap bahwa PSSI bisa bertindak atas kejadian yang terjadi dalam pertandingan tersebut, terlebih soal perbaikan kualitas wasit di sepakbola Indonesia. Andai PSSI tidak memberikan respons, PSPS mengancam untuk keluar dari sepakbola Indonesia.

“Saya pegang tim dari tahun 1990, penyakit wasit ini terus saja terjadi hingga sekarang. Dari dulu kalau menang, kami diminta uang padahal tidak pernah ada janji uang sebelumnya, itu semua wasit di Indonesia, saya alami sendiri. “

“Saya berharap PSSI bisa merespons atas kejadian, kalau tidak digubris, kami bisa saja pindah kompetisi ke Malaysia atau Singapura. Posisi kami di Riau dekat dengan dua negara itu. Kami tidak mau main di sepakbola Indonesia kalau kondisinya seperti ini terus,” tegasnya.

Panas Sejak Awal Laga

Kericuhan yang terjadi pada akhir pertandingan bisa dibilang sebagai puncak dari serentetan keributan yang terjadi selama pertandingan antara PSPS melawan PSIS itu. Sejatinya pertandingan tersebut memang laga penentuan bagi PSIS dan PSPS untuk meraih satu tiket babak semifinal Liga 2, yang masih tersisa dari Grup Y. Sebelumnya, Persebaya Surabaya sudah memastikan diri lolos setelah mengalahkan PSPS 1-0 di pertandingan keduanya, Sabtu (18/11) lalu.

Layaknya laga final, pertandingan antara PSIS melawan PSPS yang diguyur hujan lebat itu berlangsung panas. Permainan keras menjurus kasar diterapkan oleh kedua kesebelasan, hujan kartu pun terjadi karena total ada tujuh kartu kuning dan dua kartu merah tidak langsung yang dikeluarkan wasit Saepudin.

Tiga kartu kuning diterima pemain PSIS, masing-masing didapat Aldier Makatindu, Ahmad Agung, dan Hari Nur Yulianto. Sementara dua kartu merah diberikan kepada dua pemain PSPS, Viktor Pae (menit 77) dan Tegar Hening Pangestu (menit 90). Selain itu beberapa kali wasit Saepudin juga harus menghentikan pertandingan karena keributan yang melibatkan pemain dari kedua kesebelasan.

Laga antara PSPS melawan PSIS berakhir dengan skor imbang 1-1, hasil tersebut membuat PSPS harus mengubur mimpi lolos ke babak semifinal, yang memastikan peluang mereka untuk promosi ke Liga 1 Indonesia musim depan dipastikan tertutup. Pelatih PSPS, Marwal Iskandar pun meminta maaf atas kegagalan timnya melaju ke Semifinal Liga 2.

“Kepada masyarakat Riau, saya sebagai pelatih saya gagal mengantar PSPS masuk ke semifinal tapi saya bangga atas apa yang saya lakukan dan pemain lakukan selama ini,” ungkap Marwal.

“Soal pertandingan, apa yang terjadi bisa dijabarkan sendiri, memang tensi tinggi di pertandingan ini sangat berpengaruh kepada pemain tapi awal dari semua itu adalah keberpihakan seorang pengadil di lapangan, kalau kalian melihat langsung ya itu yang kalian tulis,” tandasnya.

Komentar