Derbi Athena, Lebih Dari Sekadar Politik Sepakbola Antara Olympiakos dan Panathinaikos

Cerita

by Randy Aprialdi

Randy Aprialdi

Pemerhati kultur dan subkultur tribun sepakbola. Italian football enthusiast. Punk and madness from @Panditfootball. Wanna mad with me? please contact Randynteng@gmail.com or follow @Randynteng!

Derbi Athena, Lebih Dari Sekadar Politik Sepakbola Antara Olympiakos dan Panathinaikos

Dua tahun yang lalu, Liga Super Yunani sempat dibekukan sementara hanya karena satu pertandingan saja, yaitu antara Panathinaikos melawan Olympiakos Piraeus! Pembekuan itu karena pertandingan bertajuk Derby of the Eternal Enemies atau biasa disebut Derby Athena itu terjadi kericuhan untuk kesekian kalinya.

Tapi pada dua tahun lalu itu adalah puncaknya. Memang saat itu sepakbola Yunani tengah panas karena adanya penyelidikan yang tidak beres tentang penyuapan dan pengaturan pertandingan Liga Super Yunani 2011. Kasus itu diduga melibatkan Evangelos Marinakis selaku presiden Olympiakos. Penyelidikan yang berlangsung selama empat tahun itu justru tidak membuktikan Marinakis dibebaskan dari semua tuduhan dari Jaksa Penuntut di Pengadilan Yunani.

Bahkan Marinakis bisa bebas atas tuduhan keduanya dengan kasus yang sama karena adanya jaminan berupa wajib lapor ke kepolisian setiap 15 hari selama penyelidikan. Tentu kebebasan yang dihirup Marinakis menuai kecaman dari hampir seluruh kesebelasan sepakbola di Yunani.

Terutama dari pihak Panathinaikos yang merupakan musuh bebuyutan Olympiakos. Kemudian terjadilah kerusuhan pada pertandingan Derby Athena yang dilakukan para suporter Panathinaikos sebagai salah satu dampak dari kecaman dan protesnya pada 22 Februari 2015.

Kerusuhan itu menjadi pokok utama terbesar Liga Super Yunani dibekukan sementara selain karena korupsi dan pengaturan skor pada kompetisi tersebut. Bahkan kerusuhan dan pembekuan itu juga membuat presiden Panathinaikos meletakan jabatannya. Dan pada malam nanti, sepakbola dunia akan diwarnai dengan kerasnya pertandingan Derby Athena di Stadion Apostolos Nikolaidis, Sabtu (28/10).

Peperangan Antar Kelas Sejak Zaman Yunani Kuno

Pertandingan Derby Athena lebih dari sekadar tensi politik di Liga Super Yunani. Persaingan mereka memang selalu mengundang tensi yang panas di mata sepakbola dunia. Buktinya, situs Football Derbies menempatkan Derby Athena merupakan pertandingan derby terpanas keempat setelah Fenerbahce-Galatasaray, Boca Juniors-River Plate dan Celtic FC-Rangers FC.

Kerusuhan Derby Athena pun dianggap satu tingkat lebih panas di atas Derby della Capitale antara AS Roma melawan SS Lazio. Asal usul utama permusuhan antara Olympiakos dengan Panathinaikos sendiri disebabkan karena perbedaan kelas antara pendiri dan pendukung klub tersebut.

Panathinaikos yang berbasis di Athena merupakan contoh dari modernitas Ibu Kota Yunani. Kebanyakan masyarakat di sana merupakan kelas elit menengah ke atas yang kaya raya. Sementara Olympiakos yang berbasis di Piraeus merupakan kota pelabuhan terbesar sejak zaman Yunani Kuno.

Secara historis, pendukung Olympiakos berasal dari kelas pekerja dan lebih banyak masyarakat berstatus miskin di sana. Kebanyakan mereka bekerja di industri perkapalan dan jarak dengan Athena cukup dekat, yaitu hanya sekitar 9 mil sehingga masyarakat antara dua kota itu lebih mudah saling bersinggungan.

Tapi seiring dengan berkembangnya zaman, masing-masing klub tersebut memiliki pendukung dari segala latar belakang sosial dan ekonomi dalam waktu belakangan ini. Walau begitu, permusuhan dan kebencian mereka tetap terpatri sampai sekarang. Hanya saja Olympiakos lebih berbangga hati daripada musuhnya itu karena mengkoleksi gelar Liga Super Yunani jauh lebih banyak.

Sudah 44 gelar Liga Super Yunani dikoleksi mereka ketimbang Panathinaikos yang baru meraihnya 20 kali. Bahkan Olympiakos merupakan juara bertahan Liga Super Yunani dalam lima tahun terakhir secara beruntun. Begitu pun dengan Piala Yunani karena Olympiakos sudah meraih 27 kali dan Panathinaikos baru mendapatkannya 18 kali.

Era emas Panathinaikos justru terjadi antara tahun 1959 sampai 1974. Mereka berhasil meraih delapan gelar dari seluruh kompetisi yang digelar di sepakbola Yunani. Jumlah itu berhasil mengalahkan raihan empat gelar yang direngkuh Olympiakos. Persaingan antara Olympiakos dengan Panathinaikos selalu sangat kuat sepanjang tahun.

Apalagi lebih dari dua sepertiga pendukung sepakbola Yunani mendukung salah satu dari kesebelasan tersebut. Salah satu pemain yang mengalami momen kontroversial pada Derby Athena ini adalah Antonios Nikopolidis. Semula, ia adalah kiper utama Panathinaikos sejak 1990 dan membuatnya menjadi pilihan pertama penjaga gawang Tim Nasional (timnas) Yunani.

Nikopolidis juga yang menjadi kiper utama Yunani ketika mendapatkan gelar Piala Eropa 2004. Prestasi itu membuat namanya kian melambung dan bersamaan dengan kontraknya yang akan habis di Panathinaikos. Namun ia justru menolak sodoran kontrak baru senilai 400 ribu euro permusim setelah menjuarai Piala Eropa 2004.

Nikopolidis ingin kontraknya diberikan nilai 600 ribu euro permusim dan akhirnya Panathinaikos membiarkannya bebas transfer. Momen itu pun dimanfaatkan Olympiakos dengan menyodorkan kontrak 600 ribu euro untuk menghianati Panathinaikos. Alhasil, Olympiakos pun berhasil mendapatkan Nikopolidis dengan gratis dari musuh abadinya tersebut.

Bagi para pendukung Panathinaikos, transfer itu rasanya sudah seperti pendukung Barcelona yang kaget atas kepindahan Luis Figo ke Real Madrid. Para pendukung Panathinaikos pun melihat Nikopolidis sebagai penghianat dan tidak akan pernah memaafkannya sejak transfernya pada bursa transfer musim panas 2004 tersebut.

Padahal, Nikopolidis pernah dilukai oleh pendukung Olympiakos ketika pertandingan Derby Athena pada 25 Februari 1990. Pada saat itu adalah pertandingan Derby Athena pertamanya dan ia masih berusia 19 tahun. Nikopolidis pun langsung merasakan panasnya pertandingan itu karena dilempar sebuah benda oleh pendukung Olympiakos.

Kemudian antara kedua pendukung dua kesebelasan itu berkelahi di tribun sehingga wasit menghentikan laga dan meninggalkan lapangan. Kemudian yang pasti adalah bukan satu atau dua kali wasit harus menghentikan pertandingan lebih cepat. Kisruh-kisruh itu nampak berbebeda ketika Yunani mengejutkan sepakbola dunia dengan menjuarai Piala Eropa 2004.

Gelar yang bisa dibilang menjadi daya tarik beberapa bintang sepakbola dunia seperti Djibril Cisse, Gilberto Silva, Michael Essien, Rivaldo dan lainnya tertarik kepada sepakbola Yunani. Tapi di balik itu semua, sepakbola Yunani lebih menarik perhatian atas permusuhan abadi antara Olympiakos dengan Panathinaikos sebagai salah satu rival paling ganas di sepakbola dunia.

Sumber lain: Outside of the Boots.

Komentar