PSG Seperti Belum Siap untuk Memiliki Megabintang Seperti Neymar

Cerita

by Redaksi 24

Redaksi 24

Pandit Football Indonesia mengkhususkan pada analisis pertandingan sepakbola, statistik dan liga, juga sejarah perkembangan sepakbola dan evolusi taktiknya

PSG Seperti Belum Siap untuk Memiliki Megabintang Seperti Neymar

Keberhasilan Paris Saint-Germain memboyong Neymar dari Barcelona merupakan salah satu tajuk utama yang paling menyita perhatian selama bursa transfer musim panas lalu. Maklum, di Barcelona bersama Lionel Messi dan Luiz Suarez, Neymar menjadi sosok penting di kesebelasan berjuluk Blaugrana itu.

Satu hal lain, PSG juga menjadikan Neymar sebagai pemain termahal dunia. Itulah yang kemudian membuat keberhasilan PSG menggaet bintang asal Brasil itu bisa menyita perhatian publik sepakbola dunia.

Banyak yang beranggapan bahwa kehadiran Neymar akan menjadikan PSG sebagai salah satu kesebelasan yang disegani di Eropa. Prediksi bahwa mereka bisa menggondol trofi Liga Champions juga banyak disuarakan setelah kehadiran Neymar di Parc des Princes.

Jika mereka berhasil menjuarai semua kompetisi domestik dan Liga Champions, maka jalan Neymar menjadi pemain terbaik dunia pun akan terbuka lebar. Apalagi jika ia juga berhasil menjuarai Piala Dunia 2018. (Baca selengkapnya: Skenario Indah yang Sudah Disiapkan untuk Neymar)

Sejauh ini kontribusi Neymar untuk PSG terbilang besar. Sudah 11 pertandingan dilakoni di semua ajang dengan torehan 10 gol dan delapan asis. Dari catatan tersebut sudah bisa disimpulkan bagaimana klinisnya pemain asal Brasil itu bersama PSG.

Namun bukan berarti kehadiran Neymar tak berpotensi menimbulkan permasalahan yang bisa mengganggu kondisi ruang ganti PSG. Pemain berusia 25 tahun itu datang dengan status sebagai megabintang, dikhawatirkan ada kecemburuan yang dirasakan pemain lama PSG karena kemungkinannya bakal ada perlakuan khusus dari manajemen untuk Neymar, yang mereka jadikan sebagai pemain termahal dunia saat ini.

Entah sebuah kebetulan atau tidak, kekhawatiran bahwa kehadiran Neymar bisa mengganggu harmonisasi dalam tim lambat laun mulai terlihat. Beberapa permasalahan internal kesebelasan yang melibatkan Neymar dengan para pemain PSG lainnya mulai bermunculan.

Paling fenomenal tentunya ‘perseteruan’ antara Neymar dan Edinson Cavani, kedua pemain tersebut terlihat dua kali berebut untuk mengeksekusi tendangan penalti, yang membuat banyak gosip akhirnya beredar bahwa hal tersebut membuat hubungan Neymar dan Cavani merenggang.

Namun permasalahan yang ditimbulkan dengan kehadiran Neymar tak terhenti sampai di sana. Baru-baru ini dikabarkan bahwa para pemain PSG mulai merasa cemburu terhadap sikap para petinggi kesebelasan kepada mantan pemain Santos itu. Salah satu media kenamaan Spanyol, Marca, mengabarkan bahwa setidaknya ada empat privilege yang didapatkan Neymar, namun tidak dengan pemain lainnya.

Disebutkan bahwa Neymar memiliki dua ahli fisioterapi pribadi, dalam latihan rekan satu timnya tidak diizinkan untuk menekel Neymar terlalu keras, Neymar juga dibebaskan dari tugas membantu pertahanan dalam pertandingan, dan yang paling konyol adalah Neymar diperbolehkan untuk menggunakan tas pribadi yang merupakan sokongan sponsor, sementara rekan satu timnya harus memakai tas yang diberikan oleh apparel kesebelasan mereka. (Baca juga: Neymar Sebabkan Keretakan dalam Rumah Tangga PSG)

Ini jelas bukan hanya soal perbedaan tas yang dijinjing Neymar dengan para pemain PSG lainnya, lebih dari pada itu, berbagai keistimewaan yang didapatkan Kapten Brasil itu bisa dibilang terlalu berlebihan karena sangat mencerminkan perbedaan perlakuan yang diberikan para petinggi kesebelasan kepada Neymar dan para pemain PSG lainnya.

Ini bukan hanya tugas bagi pelatih PSG, Unai Emery, untuk meredam ego para pemain bintangnya. Pada kenyataannya, bukan hanya Neymar yang merupakan pemain bintang. Bahkan pemain yang tidak berstatus bintang juga punya hak dan kewajiban serta ego yang setara.

PSG bisa berkaca pada Real Madrid atau kesebelasan besar lainnya

Satu hal lain, keistimewaan yang didapatkan Neymar juga memperlihatkan bahwa PSG belum terlalu bagus dalam mengelola tim bertabur bintang. Dalam beberapa tahun terakhir, utamanya sejak kepemilikan kesebelasan diambil alih oleh pengusaha kaya asal Qatar, Nasser Al-Khelaifi, banyak pemain bintang yang berhasil mereka gaet seperti Zlatan Ibrahimovic, Angel Di Maria, Thiago Silva, hingga Edinson Cavani.

Namun level kebintangan para pemain tersebut juga bisa dibilang belum setara dengan pemain-pemain seperti Lionel Messi atau bahkan Cristiano Ronaldo, sementara Neymar bisa dikatakan adalah pemain yang paling mendekati atau setara dengan dua sosok tersebut.

Tidak ada masalah sebenarnya bila PSG ingin memberi perlakuan khusus kepada Neymar, namun seharusnya keistimewaan yang diberikan masih dalam batas wajar. Biar bagaimanapun sepakbola adalah permainan kolektif, semua pemain yang berada di lapangan masing-masing memiliki peran penting dalam kesuksesan sebuah kesebelasan meraih kemenangan.

Neymar mungkin saat ini punya kontribusi yang cukup baik untuk PSG, namun mustahil Neymar bisa tampil cemerlang andai tak ada peran dari pemain lainnya. Bayangkan apa yang terjadi andai dalam sebuah pertandingan Neymar tak mendapatkan suplai bola dari rekan lainnya, maka mustahil mantan pemain Barcelona itu bisa menjadi bintang lapangan.

Dalam menyikapi permasalahan ini, manajemen PSG harus lebih bersikap adil kepada para pemain lainnya. PSG juga belajar lebih banyak kepada Real Madrid, Bayern Muenchen, Manchester United, atau Barcelona yang memang merupakan kesebelasan yang dipenuhi banyak pemain-pemain bintang, agar mereka lebih piawai dalam mengelola tim bertabur bintang. (Baca juga: Hanya Ada Tiga Kesebelasan Besar di Dunia)

Misalnya Real Madrid, mereka memiliki Cristiano Ronaldo yang dianggap sebagai megabintang. Namun keistimewaan yang diberikan Los Blancos kepada pemain asal Portugal itu bisa dibilang masih dalam batas wajar.

Ketika Ronaldo kali pertama tiba di Santiago Bernabeu, Ronaldo yang identik dengan nomor punggung tujuh pun rela dan mau untuk mengenakan nomor punggung sembilan. Sebab saat itu masih ada sosok Raul Gonzales yang menggunakan nomor punggung tujuh. Madrid enggan memaksa Raul untuk melepas nomor punggung tujuh yang lama ia kenakan selama berkiprah di Madrid hanya karena kedatangan Ronaldo.

Dari hal-hal kecil soal perlakukan Madrid kepada Ronaldo di awal kedatangannya ke Santiago Bernabeu, PSG tentu bisa belajar bagaimana caranya memperlakukan pemain bintang dengan baik, tanpa harus membuat pemain lainnya merasa cemburu.

Biar bagaimanapun, PSG yang saat ini dikenal sebagai salah satu tim kaya berpotensi menjadi salah satu kekuatan besar di kancah sepakbola Eropa, dengan pemain-pemain bertabur bintang yang menghias di skuatnya. Kasus Neymar mungkin bisa menjadi pembelajaran lain bagi PSG untuk bisa bersikap lebih adil kepada para pemain lainnya, jika PSG memang ingin benar-benar menjadi kesebelasan besar nantinya.

Komentar