Buruknya Organisasi Pertahanan Liverpool Mudahkan Tottenham

Analisis

by Redaksi 24

Redaksi 24

Pandit Football Indonesia mengkhususkan pada analisis pertandingan sepakbola, statistik dan liga, juga sejarah perkembangan sepakbola dan evolusi taktiknya

Buruknya Organisasi Pertahanan Liverpool Mudahkan Tottenham

Tottenham Hotspur berhasil menumbangkan Liverpool 4-1 di Stadion Wembley, Minggu (22/10) Malam WiB. Empat gol Spurs masing-masing diciptakan Harry Kane (dua gol), Heung Son Min, dan Bamidele Alli. Bagi Spurs kemenangan telak itu membuat mereka akhirnya mampu mengakhiri tren buruk saat jumpa Liverpool. Sebelumnya Spurs tidak pernah menang atas The Reds dalam 10 pertemuan terakhir sebelum laga tersebut.

Selain itu, kemenangan atas Liverpool juga membuat Spurs semakin nyaman duduk di posisi tiga klasemen sementara Liga Primer Inggris dengan 20 poin. The Lilly White hanya kalah selisih gol dari Manchester United yang berada di posisi dua. Liverpool sendiri semakin terbenam di papan tengah. Kekalahan itu membuat The Reds turun ke posisi sembilan dengan 13 poin.

Melihat susunan pemain yang diturunkan, Mauricio Pochettino menerapkan formasi 3-4-2-1, dengan mengandalkan Kane sebagai juru gedor utama yang ditopang Heung Son Min dan Christian Eriksen di belakangnya. Sementara Liverpool turun dengan formasi 4-3-3, memercayakan James Milner untuk mengisi kekosongan yang ditinggalkan Georginio Wijnaldum di lini tengah.

Kecerdikan Spurs Memanfaatkan Buruknya Organisasi Pertahanan Liverpool

Absennya Wijnaldum nyatanya cukup berpengaruh bagi Liverpool, terlebih saat mereka dalam kondisi tertekan. Milner yang diproyeksi sebagai pengganti Wijnaldum kerap terlambat turun melakukan covering untuk mengantisipasi serangan cepat yang diperagakan Spurs.

Lubang menganga di lini tengah akibat ketidakhadiran Wijnaldum pun diperparah dengan inferiornya penampilan Dejan Lovren. Akibatnya Spurs yang menerapkan permainan agresif sejak awal pertandingan langsung menciptakan gol saat laga baru berjalan empat menit melalui Harry Kane. Gol tersebut berawal dari operan terobosan Kieran Trippier yang gagal diantisipasi Lovren, Kane yang lepas dari jebakan offside mampu menyongsong bola yang langsung melepaskan bola ke gawang Mignolet.

Celah yang menganga di sektor tengah Liverpool kembali dimanfaatkan Spurs untuk menciptakan gol kedua pada menit 12. Lemparan Hugo Lloris berhasil melewati garis tengah lapangan. Lagi-lagi Lovren salah mengantisipasi bola tersebut, Kane yang berhasil menyambut umpan Lloris langsung melakukan penetrasi yang diakhiri dengan umpan silang yang langsung disambar Heung-Min Son untuk membawa Spurs menjauh 2-0.

Liverpool langsung bereaksi setelah tertinggal dua gol saat pertandingan belum genap berjalan 15 menit. The Reds terus melakukan tekanan, dengan mengandalkan kecepatan dua pemain sayap mereka, Philippe Coutinho (kiri) dan Mohammed Salah (Kanan). Namun pertahanan Spurs sangat disiplin dan rapat untuk menutup celah bagi para pemain Liverpool menusuk ke area kotak penalti.

Namun, satu kesalahan yang dilakukan Kane yang kehilangan bola di lini tengah langsung dihukum telak oleh gol yang diciptakan Salah. Bola lepas Kane berhasil direbut Jordan Henderson yang langsung memberikan operan terobosan ke sektor kiri pertahanan Spurs. Salah berhasil lepas dari tekanan Aurier dan Vertonghen, yang membuatnya leluasa menempatkan bola ke sisi kanan gawang Lloris.

Gol yang diciptakan Salah menumbuhkan asa bagi Liverpool untuk bisa mengejar ketertinggalan, Klopp kemudian mencoba melakukan perubahan dengan memasukkan Alex Oxlade-Chamberlain pada menit 26 untuk menggantikan Lovren. Pergantian tidak biasa yang dilakukan Klopp membuat prediksi bahwa The Reds sepertinya akan tampil dengan menggunakan tiga bek.

Namun nyatanya tidak ada perubahan skema yang dilakukan, masuknya Chamberlain hanya membuat perubahan posisi saja. Pemain yang akrab disapa Chambo itu diinstruksikan menempati sektor sayap kiri, sementara Coutinho yang sebelumnya bermain di sektor tersebut di geser ke tengah. Kemudian Emre Can ditarik untuk menjadi bek kanan.

Perubahan tersebut membuat Liverpool mampu meredam keagresifan serangan Spurs. The Lilly White cukup kesulitan untuk menembus jantung pertahanan Liverpool, barisan tengah The Reds mampu menutup pergerakan Alli dan Eriksen. Beberapa kali serangan balik cepat Spurs juga berhasil dipatahkan, akibatnya mereka lebih banyak menerapkan umpan direct yang mengarah langsung kepada Kane dan Son untuk membongkar pertahanan Liverpool.

Meski begitu, pertahanan Liverpool bukan tanpa cela. Ketika Klopp akhirnya berhasil menutup lubang di tengah, masalah lainnya justru terjadi karena buruknya organisasi pertahanan Liverpool dalam mengantisipasi bola mati. Dua gol tambahan Spurs yang diciptakan Alli dan Kane menjadi buktinya.

Grafis set piece Tottenham. Sumber: Squawka

Gol Ali pada menit 45, berawal dari kesalahan antisipasi Joel Matip dalam melakukan sapuan tendangan bebas Kane, sapuan Matip justru mengarah ke Alli yang langsung melepaskan tembakan keras yang gagal diantisipasi Mignolet.

Kemudian gol kedua Kane pada menit 56 juga terjadi karena kurang sempurnanya sapuan pemain belakang Liverpool dalam mengantisipasi tendangan bebas Trippier di sektor kanan pertahanan mereka. Bola lepas, membuat kemelut di depan gawang Liverpool yang bisa dimanfaatkan Kane untuk membawa timnya menjauh 4-1.

Gaya Bertahan Spurs yang Membuat Liverpool Kesulitan Membangun Serangan

Dalam laga tersebut, Spurs memang pantas untuk meraih tiga poin, selain klinisnya para pemain depan mereka, sektor belakang pun memiliki pengaruh besar dalam kemenangan tersebut. Cara bertahan Spurs sejak awal sangat menyulitkan Liverpool, pressing tinggi yang diterapkan membuat The Reds kesulitan untuk membangun serangan melalui bola-bola pendek.

Total ada 23 tekel sukses, 29 sapuan, dan sembilan intersep untuk menggagalkan upaya Liverpool untuk menjebol gawang mereka. Catatan tersebut, merupakan bukti bagaimana disiplinnya para pemain Spurs dalam bertahan. Mereka hampir tidak pernah membiarkan para pemain Liverpool berlama-lama memegang bola, terutama di babak pertama.

Grafis pergerakan pemain Liverpool. Sumber: Squawka

Selain itu cover yang dilakukan pun cukup baik, ketika Salah atau Coutinho memegang bola, selalu ada dua sampai tiga lapis pemain Spurs yang mencoba untuk menghentikan pergerakan mereka. Pada babak kedua, Mauricio Pochettino sedikit mengubah gaya bertahan timnya. Pressing tinggi yang dilakukan sepanjang babak pertama tak terlalu sering dilakukan.

Unggul dengan skor jauh pun tampaknya cukup memengaruhi perubahan gaya bertahan Spurs. Kane dan Son juga kerap turun membantu pertahanan, yang membuat Liverpool semakin kesulitan untuk menembus jantung pertahanan Spurs. Akibatnya pada babak kedua, aliran bola Liverpool lebih banyak tersendat di lini tengah.

Beberapa upaya mencetak gol Liverpool dari mulai lebih banyak mengirim bola silang ke area kotak penalti dan melepaskan sepakan jarak jauh pun tak berbuah hasil, menyusul penampilan apik Hugo Lloris di bawah mistar gawang. Tercatat ada 28 umpan silang dan 12 tembakan dengan delapan di antaranya dilepaskan para pemain Liverpool dari jarak jauh.

***

Secara permainan, organisasi pertahanan Liverpool cukup menjadi sorotan pada laga ini. Gol-gol Spurs pun lahir dengan mudahnya, terlebih sejumlah pemain bertahan Liverpool melakukan kesalahan-kesalahan fatal. Sebaliknya, lini pertahanan Spurs tampil impresif untuk mengunci agresivitas para penyerang Liverpool.

Manajer Liverpool, Juergen Klopp, juga mengakui bahwa kesalahan para pemainnya yang membuat Spurs menang mudah. "Seluruh permainan dan hasil ini adalah kesalahan kami. Kami membuatnya menjadi mudah buat mereka," kata Klopp usai pertandingan.

Komentar