Kisah Nyata Nostalgia Sebenar-benarnya dengan Championship Manager

Cerita

by Redaksi 33

Redaksi 33

Pandit Football Indonesia mengkhususkan pada analisis pertandingan sepakbola, statistik dan liga, juga sejarah perkembangan sepakbola dan evolusi taktiknya

Kisah Nyata Nostalgia Sebenar-benarnya dengan Championship Manager

Jika Anda bermain game Championship Manager atau sekarang Football Manager, pernahkah Anda terbayang untuk mengunjungi klub yang Anda manajeri dalam game Championship Manager atau Football Manager tersebut? Huang Wenbin tahu bagaimana rasanya mengunjungi secara langsung klub yang pernah ia manajeri di dalam sebuah game.

Ketika Anda bermain game Championship Manager atau Football Manager, Anda seakan terbawa ke dalam sebuah alam sendiri. Memanajeri sebuah klub, beserta dengan segala masalah-masalah yang terjadi selama Anda menangani klub tersebut, adalah sebuah sensasi tersendiri. Lebih hebat lagi, ketika Anda berhasil membawa klub yang Anda manajeri menjadi juara di sebuah kompetisi, terutama jika klub yang Anda tangani adalah klub yang berasal dari divisi bawah.

Huang Wenbin adalah pria yang pernah merasakan sensasi tersebut. Memainkan game Championship Manager pada musim 2001/2002, ia berhasil membawa sebuah klub kecil dari Conference League (kompetisi level lima Inggris) bernama Runcorn FC Halton merangkak naik secara perlahan, sampai akhirnya klub ini berkompetisi di Liga Primer. Nama-nama seperti Steven Gerrard, Roy Keane, David Beckham, serta Ruud van Nistelrooy berhasil ia daratkan di Runcorn.

Walau itu semua hanya terjadi dalam game Championship Manager, hal tersebut tetaplah sebuah pencapaian tersendiri bagi Wenbin. Sekarang, 15 tahun setelah keberhasilan yang ia raih pada musim 2001/2002 tersebut, Wenbin berkesempatan untuk mengunjungi Runcorn FC, klub yang pernah ia tangani dalam game Championship Manager.

Sebuah perjalanan yang menghabiskan jarak sejauh 12.000 mil jauhnya.

Motivasi awal Wenbin ingin menemukan Runcorn

Pada awalnya, Wenbin tidak memiliki niatan untuk berkunjung ke Runcorn, klub yang pernah ia manajeri di game Championship Manager tersebut. Namun pada 2015, motivasi untuk menemukan Runcorn tiba-tiba muncul, setelah ia berkunjung ke Liverpool untuk menyaksikan partai terakhir Steven Gerrard bersama The Reds.

"Ketika itu 2015, dan saya sedang dalam perjalanan untuk menyaksikan pertandingan terakhir Steven Gerrard bersama Liverpool di Anfield. Dalam perjalanan menuju Anfield, saya menemukan plang penunjuk jalan ke Runcorn. Saya pun berkata kepada teman saya bahwa kelak saya akan kembali lagi ke sini dan berkunjung ke Runcorn," ungkap Wenbin.

Setelah bernazar seperti itu, Wenbin pun mulai melakukan usaha-usaha agar ia bisa berkunjung ke Runcorn. Akhirnya pada 2017 ini, pria yang sekarang berusia 37 tahun ini memiliki kesempatan untuk berkunjung ke Runcorn, yang sekarang sudah berganti nama menjadi Runcorn Linnets FC yang bertarung di kompetisi level kesembilan Inggris (North West Counties League). Lewat akun Twitter nya, ia menyusun janji dengan petinggi klub Runcorn FC.

"Saya bahkan sempat tersesat terlebih dahulu sebelum akhirnya menemukan kandang dari Runcorn Linnets ini. Mungkin karena bahasa Inggris saya kurang baik, sehingga saya tidak mendengarkan petunjuk dan arahan yang diberikan orang-orang. Saya sampai butuh waktu tiga jam untuk sampai di markas Runcorn FC ini," curhatnya.

Sambutan hangat, dan perasaan puas yang tak tergantikan

Setelah sempat tersesat, pada akhirnya ia sampai di markas dari Runcorn FC, yang sekarang sudah berubah menjadi Runcorn Linnets FC setelah Runcorn FC Halton mengalami kebangkrutan pada 2006. Sesampainya di sana, Wenbin beserta dengan istri dan kedua anaknya, disambut dengan hangat oleh jajaran direksi klub Runcorn Linnets FC.

Wenbin menceritakan pengalamannya berkunjung ke klub yang pernah ia manajeri di game Championship Manager 2001/2002 tersebut. Ia terkesan dengan sambutan hangat yang diberikan oleh Mark Buckley, chairman dari Runcorn Linnets, dan juga berbagai suvenir klub yang dihadiahkan kepadanya.

"Perjalanan panjang kami dari Tiongkok ke Liverpool ini pun tidak sia-sia. Sambutan yang diberikan oleh pihak klub cukup hangat. Mark (Buckley) adalah orang yang ramah dan ia mengenalkan Runcorn kepada kami. Ia juga memberikan kami beberapa suvenir, yang pada akhirnya langsung dipakai oleh anak saya," ujar Huang.

"Ia juga mengizinkan anak saya untuk menendang bola di atas lapangan yang biasa dipakai oleh tim Runcorn. Ia benar-benar orang yang baik, dan anak saya menikmati itu semua," tambahnya.

Anak Huang memegang jersey Runcorn. Sumber: Akun Twitter pribadi Huang Wenbin

Mark juga mengaku terkesan dengan hasrat yang ditunjukkan oleh Huang ini. Meski Runcorn sendiri memiliki basis pendukung yang cukup kuat di daerah Eropa lain semisal Swedia dan Norwegia, namun Huang yang berasal dari Tiongkok ini adalah sebuah kasus spesial. Ada semacam pertukaran budaya juga yang terjadi di sana.

"Saya kira kedatangannya ke sini bukanlah berita besar bagi klub, namun hasrat yang ia tunjukkan dan ketertarikannya kepada klub ini membuat kami dengan senang hati menyambutnya. Memang kami memiliki basis pendukung yang kuat di Swedia dan Norwegia, namun kami tidak menyangka bahwa kami juga punya suporter di Tiongkok," ujar Mark.

"Ada semacam pertukaran budaya yang terjadi di antara kami, karena Tiongkok berasal dari daerah yang cukup jauh. Kami senang ia berkunjung, dan ia juga tampak senang berkunjung ke tempat kami," tambahnya.

***

Ketika ada sebuah impian yang memang sulit tersalurkan di dunia nyata, bermain video game adalah salah satu cara menyalurkan impian tersebut. Salah satunya adalah menjadi manajer sebuah kesebelasan sepakbola. Namun bukan berarti impian untuk mengunjungi klub tersebut tidak bisa terwujud sama sekali, dan Huang Wenbin adalah contoh bagaimana hal tersebut bisa terwujud.

Meski memang ini terlihat sederhana, mengunjungi sebuah klub yang pernah dimainkan dalam permainan Championship Manager, tapi setidaknya hal itu mencerminkan sebuah hasrat yang kuat bagi permainan sepakbola itu sendiri. Jika bukan karena hasrat, mana mau Huang menghabiskan banyak uang menempuh perjalanan sejauh 12.000 mil dari Tiongkok ke Liverpool?

Selamat untuk Anda, Huang. Setidaknya hasrat yang Anda tunjukkan membuat impian Anda menjadi nyata.

foto: @huangandersson

Komentar