Romantisme PSMS Medan-TNI dan Tentara yang Memerangi Rakyatnya Sendiri

Cerita

by Ardy Nurhadi Shufi 25102

Ardy Nurhadi Shufi

Juru Taktik Amatir
ardynshufi@gmail.com

Romantisme PSMS Medan-TNI dan Tentara yang Memerangi Rakyatnya Sendiri

Kericuhan suporter terjadi usai laga antara Persita Tangerang menghadapi PSMS Medan di babak 16 besar grup B Liga 2. Dimulai dari saling lempar batu, sampai ke pemukulan dan pengeroyokan terjadi. Tidak hanya di dalam stadion, "perang" antar suporter ini berlanjut di luar stadion. Korban-korban luka pun berjatuhan.

Kerusuhan ini pun banyak diabadikan oleh penonton yang hadir langsung pada laga yang digelar di Stadion Mini, Cibinong, Rabu (11/10). Di media sosial hingga YouTube, kita bisa dengan mudahnya menemukan tayangan aksi barbar para perusuh tersebut.

Di antara sejumlah komentar terhadap tayangan-tayangan tersebut, tak sedikit yang mempertanyakan identitas suporter PSMS. Dalam setiap tayangan, "suporter" PSMS tersebut identik dengan seragam training militer dengan rambut cepaknya, khas tentara. Banyak juga yang masih menanyakan apa hubungannya PSMS dengan TNI (Tentara Nasional Indonesia).

***

PSMS Medan saat ini memang sudah lekat dengan TNI. Keterkaitan antara TNI dengan PSMS bermula ketika terjadi konflik internal dalam tubuh PSMS pada 2014 silam. Masalah yang terjadi dalam internal itu selesai atas bantuan Panglima Kodam Bukit Barisan saat itu, Edy Rahmayadi, orang yang kini menjabat sebagai Ketua Umum PSSI.

Ketika itu, Edy Rahmayadi prihatin dengan kondisi PSMS yang semakin menghilang namanya di kancah sepakbola Indonesia. Lantas pada 2015, ia menjadi pembina PSMS Medan. Baginya ini bukan kali pertama mengurus sebuah kesebelasan. Sebelum itu, pada 2000 hingga 2005, ia merupakan ketua Persatuan Sepakbola Angkatan Darat (PSAD) yang berkompetisi di Divisi 2 Liga Indonesia. Jabatan sebagai pembina PSAD dipegang Edy sejak menjadi Danlanud 100 hingga sebagai Kepala Staf Korem 031/Wirabraja.

Pengalamannya itu membuat PSMS berbenah. Saat mempersiapkan PSMS untuk berlaga di Piala Kemerdekaan 2015, Suharto AD yang berstatus sebagai TNI ditunjuk sebagai pelatih. Para pemainnya dilatih dengan khas militer. Lewat proses seleksi, sebanyak delapan pemain dari PSAD, yang tentu berstatus tentara, direkrut untuk memperkuat PSMS.

“Kalau mengingat ke belakang waktu masuk tentara, wah sangat luar biasa sekali. Tapi, setelah masuk, akhirnya bisa merumput lagi bahkan memperkuat PSMS. Saya senang dan bangga di sini,” ujar Asrul Reza yang berposisi sebagai gelandang pada 2015 silam.

“Saya semakin mencintai PSMS, suporternya loyal dan fanatik. Saya semakin nyaman dengan karakter Medan. Saya bersama tujuh pemain lain yang berstatus tentara, semuanya senang memperkuat PSMS,” kata Erwin Ramdani saat bergabung dengan PSMS pada 2015 lalu.

Delapan pemain berstatus tentara plus para pemain PSMS lama yang pada 2014 tak dibubarkan meski tak ada liga membuat mereka padu pada Piala Kemerdekaan 2015. Dipimpin oleh gelandang gaek, Legimin Raharjo, PSMS akhirnya mampu menjuarai Piala Kemerdekaan 2015 setelah mengalahkan Persinga Ngawi di final.

Setelah Piala Kemerdekaan 2015 berakhir, PSMS lantas merger dengan PS TNI yang akan mengikuti Piala Jenderal Sudirman 2015. Saat itu, PS TNI menjadi satu-satunya kesebelasan non-profesional yang mengikuti Piala Jenderal Sudirman 2015. PS TNI berkompetisi dengan 14 kesebelasan lain yang sebelumnya bermain di Indonesia Super League (2014).

Berlandaskan pembinaan pemain muda, PS TNI lantas merekrut pemain-pemain muda. Mereka yang direkrut bahkan dijadikan anggota TNI. Untuk skuat Piala Jenderal Sudirman sendiri tercatat ada 15 pemain yang berstatus TNI di PS TNI, termasuk pemain-pemain seperti Manahati Lestusen, Abduh Lestaluhu, Wawan Febrianto dll.

Walau begitu PS TNI di Piala Jenderal Sudirman masih lekat dengan PSMS karena para pemainnya mayoritas pemain PSMS yang berlaga di Piala Kemerdekaan 2015, termasuk Legimin Raharjo yang kembali menjadi kapten tim di PS TNI. Suharto AD yang berstatus sebagai pelatih PSMS pun masih menjadi bagian dari tim pelatih meski sudah ada Edy Syahputra.

Dari situlah TNI semakin lekat dengan PSMS. Hanya saja PS TNI resmi "memisahkan diri" dengan PSMS pada 2016 sebagai persiapan mereka berlaga di Indonesia Soccer Championship A 2016. Hal ini dilakukan karena syarat untuk berlaga di kompetisi pengganti sementara ISL itu harus merupakan peserta ISL 2015 yang dihentikan di tengah jalan. Karenanya, PS TNI lantas membeli lisensi Persiram Raja Ampat dan berhak tampil di ISC A 2016, bahkan hingga Liga 1 2017 saat ini.

Berpisah dengan PS TNI, PSMS Medan kembali mandiri. Sebagian pemain kembali ke PSMS, sebagian yang lain membela PS TNI. Walau begitu, Edy Rahmayadi yang sekarang menjadi Presiden Direktur PS TNI ini tak begitu saja melepaskan PSMS. Bahkan ia menjadi penggagas laga klasik antara PSMS Medan menghadapi Persib Bandung pada awal 2017 lalu. Hal itu ia lakukan sebagai pendorong PSMS untuk bangkit dan bisa kembali berlaga di divisi tertinggi Indonesia.

"Saya ingin membangkitkan lagi gairah sepak bola tanah air. Medan punya potensi untuk itu, jadi harus kita dorong lagi supaya bangkit," jelas Edy, yang kini sudah berpangkat letnan jenderal, dalam laman resmi Maung Bandung (persib.co.id). "Semua tahu, sejarah persaingan kedua tim itu sejak era perserikatan dahulu."

Dalam beberapa pertandingan PSMS di Liga 2 pun Edy Rahmayadi menyempatkan hadir langsung ke stadion untuk menyaksikan PSMS berlaga. Pada dasarnya, Edy Rahmayadi, yang tidak melepaskan jabatannya di Pangkostrad setelah jadi ketum PSSI, ingin mendukung PSMS terus melaju dan bisa berlaga di Liga 1.

"Saya yakin PSMS Medan bisa masuk 8 besar, dan itu sangat saya harapkan," ujar Edy ketika menyaksikan langsung laga antara PSMS melawan PSIS Semarang di Stadion Teladan, Medan, Oktober silam. "Selain itu, saya juga berharap PSMS Medan bisa masuk dalam Liga 1."

Dengan dukungan penuh terhadap PSMS, apalagi Edy Rahmayadi hendak mencalonkan diri menjadi Gubernur Sumatera Utara pada 2018 nanti, anggota TNI baik itu anggota Angkatan Darat, Laut maupun Udara, dikerahkan untuk mendukung PSMS (selain tentunya mendukung PS TNI). Para anggota TNI tersebut akan mendapatkan surat tugas jika menyaksikan pertandingan di hari kerja juga uang saku (dispensasi). Oleh karenanya mereka menyaksikan pertandingan PSMS pun mengenakan baju training militer, bukan jersey, karena termasuk dalam penugasan.

Baca juga: Ketika Para Tentara Indonesia Mencari Hiburan di Tribun Stadion

***

Itulah yang menyebabkan PSMS kini didukung oleh anggota TNI. Sebuah hal yang wajar, namun menjadi tidak wajar jika para anggota TNI tersebut ternyata malah terlibat dalam kerusuhan. Terlepas siapa yang memulai "perang", sungguh ironis melihat kenyataan tentara yang punya tugas berperang untuk melindungi rakyatnya malah "memerangi" rakyat sendiri.

Komentar