Mengendus Persoalan di Balik Pemecatan Carlo Ancelotti

Analisis

by Randy Aprialdi

Randy Aprialdi

Pemerhati kultur dan subkultur tribun sepakbola. Italian football enthusiast. Punk and madness from @Panditfootball. Wanna mad with me? please contact Randynteng@gmail.com or follow @Randynteng!

Mengendus Persoalan di Balik Pemecatan Carlo Ancelotti

Pemecatan Carlo Ancelotti menjadi kabar yang mengejutkan di awal musim 2017/2018. Usai kalah dari Paris Saint-Germain (PSG) di pekan kedua Liga Champions, pelatih asal Italia itu didepak Bayern Muenchen. Ini di luar dugaan karena sebenarnya Bayern musim lalu cukup berprestasi.

Ancelotti sudah mempersembahkan tiga gelar untuk Bayern Muenchen, yaitu Bundesliga 2016/2017 dan Piala Super DFL 2016 dan 2017. Tapi memang isu tidak sedap sudah berembus setelah menyelesaikan musim perdananya dengan gemilang tersebut.

Saat itu Ancelotti dikabarkan bakal meninggalkan Bayern pada Januari 2018 untuk hijrah ke Liga Tiongkok. Apalagi isu itu muncul ketika sedang mendapat sorotan karena Bayern baru dikalahkan dari tuan rumah Hoffenheim dengan skor 2-0. Kekalahan itu membuat Bayern di posisi teratas klasemen sementara Bundesliga tergeser oleh Borussia Dortmund. "Saya telah diberitahu bahwa Ancelotti telah menandatangani kontrak dengan klub Tiongkok," beber Mario Blaser yang merupakan mantan pemain Bayern.

"Dari apa yang saya pahami, dia bisa pergi pada Januari karena saat itulah musim baru di di Tiongkok dimulai. Begini saja, saya tidak bisa mengatakan sesuatu yang negatif tentang sumber saya yang benar-benar dipercaya. Saya tidak mengatakan itu benar, tapi itulah yang telah diberitahukan kepada saya," sambungnya seperti yang dikutip dari Daily Mail.

Bayern pun mendapatkan hasil minor lagi ketika ditahan imbang tamunya VfL Wolfsburg dengan skor 2-2 pada pertandingan Bundesliga di Stadion Allianz Arena, Sabtu (23/9). Namun Ancelotti masih bisa santai menanggapi hasil itu karena tetap terlihat ceria pada acara Oktoberfest yang dirayakan bersama beberapa pemain Bayern. Acara itu digelar jelang pertandingan yang lebih sulit, yaitu menghadapi Paris Saint-Germain (PSG) pada ajang Liga Champions 2017/2018 di Stadion Parc des Princes.

Konferensi pers sebelum pertandingan pun digelar. Di sana, ia pun disinggung tentang nasib kursi kepelatihannya di Bayern atas penurunannya pada musim ini. "Memang benar bahwa kami belum memiliki awal yang sempurna untuk musim ini. (melawan) PSG adalah pertandingan yang penting dan bergengsi bagi kami, tapi ini tidak akan menentukan. Tentunya kami ingin menang dan berakhir di puncak grup. Itulah tujuan kami," tegas Ancelotti seperti dikutip dari ESPN FC.

Namun ternyata pertandingan melawan PSG memiliki makna lain bagi manajemen Bayern. Apalagi pada laga melawan PSG, Ancelotti justru mencadangkan beberapa pemain pentingnya, yaitu Arjen Robben, Franck Ribery dan Mats Hummels pada laga tersebut. Keputusan ambigu ini bukan pertama kalinya dilakukan Ancelotti. Ia pun mencadangkan Jerome Boateng dan Hummels ketika ditahan imbang 2-2 oleh Wolfsburg. Ini adalah salah satu faktor lain yang membuat manajemen Bayern tak puas dengan kinerjanya.

Selain itu, keputusan-keputusannya itu dianggap membuat tidak harmonis di ruang ganti Bayern semakin kuat. Namun mantan pelatih Real Madrid itu menepisnya. "Saya memiliki hubungan yang sama dengan semua pemain yang lain, begitu pun yang berada di bangku cadangan. Saya tidak memiliki masalah dengan dia (Ribery). Setiap pemain tahu bahwa terkadang mereka harus pergi ke bangku cadangan," tampiknya.

Pemain-pemain Bintang Bayern Muenchen yang Semakin Menua

Bayern merupakan salah satu kekuatan dominan pada sepakbola di Eropa. Kesebelasan itu selalu dipimpin pelatih kelas atas yang didukung anggaran besar serta pemain hebat. Maka tidak heran jika mereka selalu mendominasi Bundesliga dan kuat ketika berkompetisi di Eropa. Lihat saja pembelian pemain pada bursa transfer musim panas lalu, gelontoran uang Bayern telah mendatangkan Corentin Tolisso, Niklas Sule, James Rodriguez dan Sebastian Rudy.

Tapi saat melawan PSG, Bayern seperti kehilangan kelasnya dan mampu direndahkan lawannya itu melalui tiga gol tanpa balas. PSG memang kesebelasan kaya raya dan mampu mendatangkan pemain-pemain bintang. Tapi jika berbicara kedalaman skuat Bayern, mereka pun dipenuhi pemain -pemain yang tidak kalah berkualitas. Bayern memiliki kesebelasan yang dipenuhi pemain bintang dan berpengalaman dari kiper sampai lini depan.

Skuat mereka pun ditopang pemain-pemain muda berbakat seperti Joshua Kimmich, Kingsley Coman dan Niklas Sule yang membuat masa depan Bayern dipastikan aman-aman saja. Tapi perlu diingat bahwa banyak juga pemain bintang yang sudah berusia di atas 30 tahun seperti Robben, Arturo Vidal, Ribery, dan Manuel Neuer. Sementara Boateng, Hummels, Robert Lewandoski dan Thomas Muller hampir mencapai usia tersebut.

Faktor itu menjadi salah satu penyebab seringnya cedera melanda Bayern dalam beberapa tahun terakhir ini. Robben dan Ribery pun perannya sudah berkurang dibanding musim-musim sebelumnya. Inkonsistensi fisik beberapa dari mereka bisa menciptakan masalah di lapangan. Jika banyak pemain senior yang absen, pemain cadangan yang dimainkan tentu akan membawa gaya permainan yang berbeda ke lapangan.

Di sisi lain, kabarnya ada kerinduan skuat Bayern kepada sosok Josep "Pep" Guardiola dalam beberapa waktu terakhir. Kabar itu diungkapkan Raphael Honigstein yang merupakan pengamat Bundesliga. Jika ungkapannya itu benar, tentu hal tersebut bisa menciptakan situasi negatif yang pada akhirnya menjadi malapetaka bagi Bayern.

Tapi seyogyanya situasi itu bukan menjadi alasan kuat untuk wacana pemecatan Ancelotti. Bayern hanya membutuhkan waktu waktu untuk mendapatkan penyegaran skuat dan taktiknya agar bangkit kembali. Lagipula ini bukan pertama kalinya sebuah kesebelasan papan atas menjalani fase keterpurukan. Namun pada akhirnya Ancelotti dan Muenchen sudah tidak berjodoh lagi. Situasi semakin keruh karena Bayern pun berada di peringkat tiga klasemen sementara Bundesliga musim ini.

Kemudian para petinggi klub Bayern mengadakan rapat yang juga dihadiri Karl-Heinz Rummenigge sebagai CEO dan Hasan Salihamidzic yang menjabat Direktur Olahraga. Dari situlah keputusan pemecatan Ancelotti diambil. "Ini adalah kerugian yang harus kami bicarakan dan harus dianalisis. Dari situ kami harus menarik konsekuensi yang jelas. Saya pikir apa yang kami lihat malam ini bukanlah Bayern Muenchen. Saya pikir kami semua sepakat tentang itu," geram Rummenigge.

"Jika saya melihat ke kanan atau ke kiri, maka tidak ada yang salah paham atau salah menafsirkan. Saya pikir penting untuk membalikkan keadaan setelah kekalahan ini, untuk hadir kembali sebagai Bayern Muenchen dan menunjukkan bahwa kami adalah sebuah tim yang tampil bagus di Eropa dan Jerman tahun lalu," kata sambungya seperti dikutip dari Metro.

"Setelah menganalisis situasi internal di Munich pada Kamis 28 September 2017, FC Bayern Muenchen telah mengumumkan bahwa klub ini akan berpisah dengan pelatih kepala, Carlo Ancelotti, dengan segera. Asisten pelatih, Willy Sagnol, akan memimpin tim ini untuk sementara," tulis pernyataan resmi Bayern dalam rilis yang disebar.

Sambil dipimpin Sagnol, ada pun beberapa pelatih berkualitas yang menganggur bisa dilirik Bayern. Thomas Tuchel menjadi nama yang paling sering disebutkan sebagai calon pertama pelatih Bayern selanjutnya. Terakhir, Tuchel menangani Dortmund selama tiga musim dan dipecat meski menjuarai Piala DFB-Pokal 2016/2017. Tuchel sendiri masih tetap mampu membawa Dortmund berada di papan atas Bundesliga selama tiga musim walau kariernya sering dibayang-bayangi kesuksesan Jurgen Klopp.

Jika pun gagal menggaet Tuchel, masih ada beberapa pelatih berkualitas yang menganggur. Salah satunya Luis Enrique yang belum melatih lagi sejak mundur dari Barcelona pada akhir musim lalu. Setidaknya keberadaan Enrique bisa mengobati rasa kehilangan skuat Bayern terhadap Pep. Enrique juga sukses membawa Barcelona menjuarai dua gelar La Liga, tiga Copa del Rey, satu Piala Super Copa, satu Liga Champions, satu Super UEFA dan Piala Dunia Antar Klub.

Di sisi lain, Thomas Schaaf yang merupakan pelatih berpengalaman di Bundesliga pun sedang menganggur. Ia belum melatih kesebelasan manapun sejak dipecat dari Hannover 96 pada April 2016 lalu. Schaaf layak masuk dalam calon pelatih Bayern karena ia pun cukup bergelimang gelar di Jerman ketika masih menangani Werder Bremen dari 1999 sampai 2013. Schaaf sudah mempersembahkan satu gelar Bundesliga dan tiga Piala DFB pokal. Ia juga pernah mengantarkan Bremen menjadi runner-up Liga Eropa pada 2009 silam.

Frank de Boer, Paulo Sousa dan Walter Mazzarri pun masih menganggur. Tapi di antara mereka, yang berkemungkinan cocok melatih Bayern adalah Sousa yang terakhir kali melatih Fiorentina pada musim lalu. Sousa mundur dari Fiorentina karena tidak mendapatkan sokongan transfer dari petinggi klub. Padahal ia sanggup membuat Fiorentina menjadi disegani lagi di Serie-A walaupun dengan skuat seadanya. Maka bayangkan jika dia melatih kesebelasan bertabur bintang seperti Bayern.

sumber lain: Daily Record

Komentar