Efektivitas Serangan Balik PSG Hancurkan Muenchen

Analisis

by Redaksi 24

Redaksi 24

Pandit Football Indonesia mengkhususkan pada analisis pertandingan sepakbola, statistik dan liga, juga sejarah perkembangan sepakbola dan evolusi taktiknya

Efektivitas Serangan Balik PSG Hancurkan Muenchen

Paris Saint-Germain (PSG) menunjukkan dominasinya sebagai kesebelasan yang patut ditakuti musim ini. Menghadapi Bayern Muenchen di Parc des Princes, Kamis (28/9) dini hari WIB, PSG berhasil meraih kemenangan telak tiga gol tanpa balas. Masing-masing gol PSG diciptakan melalui Dani Alves, Edinson Cavani, dan Neymar.

Hasil tersebut membuat PSG berhasil mempertegas superioritas mereka di awal musim 2017/2018 ini. Tercatat Les Parisiens belum sekali pun menelan kekalahan di semua ajang. Khusus di Liga Champions, hasil tiga poin atas Muenchen menjadi kemenangan telak kedua mereka, setelah sebelumnya meraih kemenangan lima gol tanpa balas atas Celtic di laga perdana. Sementara bagi Muenchen, ini menjadi kekalahan kedua mereka di semua kompetisi, sepanjang musim ini.

Dalam pertandingan itu, PSG turun dengan skema 4-3-3 dengan Neymar, Cavani, dan Kylian Mbappe ditempatkan sebagai tumpuan serangan yang ditopang oleh trio gelandang Thiago Motta, Marco Verratti, dan Adrien Rabiot.

Sementara Muenchen juga turun dengan formasi 4-3-3, namun yang mengejutkan adalah keputusan Carlo Ancelotti mencadangkan Mats Hummels, Franck Riberry, dan Arjen Robben. Di lini belakang, Ancelloti memilih menduetkan Javier Martinez dengan Niklas Suele. Sementara di sektor sayap, Thomas Mueller dan James Rodriguez dipasangkan.

Pertahanan Muenchen kalang kabut dalam situasi krusial

Dengan skema tersebut, Muenchen sebenarnya mengawali pertandingan dengan baik. Mereka mencoba bermain sabar dengan membangun serangan melalui umpan pendek dari belakang. Namun, pressing ketat yang dilakukan PSG membuat Muenchen gugup. Saat kehilangan bola, organisasi pertahanan mereka kacau, apalagi saat Neymar atau Mbappe yang memiliki agresivitas tinggi memegang bola.

Hasilnya langsung terlihat saat laga belum genap berjalan dua menit. Pergerakan Neymar yang menyisir sektor kiri berhasil memancing barisan belakang Muenchen untuk menghadang lajunya. Enam pemain Muenchen yang berada di kotak penalti terlalu fokus pada pergerakan Neymar yang membuat lubang menganga tercipta di sisi kanan.

Dani Alves yang melihat ruang tersebut pun merangsek ke kotak 16, dan ia pun berhasil lepas dari pengawasan James Rodriguez. Dengan tenang, Alves berhasil menaklukkan penjaga gawang Sven Ulreich, plus empat pemain Muenchen yang berdiam di gawang untuk menghalau bola hasil tendangan mantan pemain Barcelona itu.

Melihat proses gol yang terjadi, tampak bahwa para pemain Muenchen hanya terpaku pada pergerakan pemain PSG yang memegang bola. Hal tersebut kemudian menimbulkan celah yang mampu dimanfaatkan tim asuhan Unai Emery untuk menciptakan peluang atau bahkan gol. Dua gol tambahan PSG yang diciptakan Cavani dan Neymar semakin mempertegas kelengahan yang dilakukan pemain belakang Muenchen dalam mengantisipasi pergerakan tanpa bola pemain PSG.

Serangan Muenchen terlalu mudah dipatahkan

Tertinggal di menit-menit awal, mental para pemain Bayern tidak jatuh. Para pemain FC Hollywood justru mampu merespons dengan baik ketertinggalan mereka. Setelah gol Alves, Muenchen beraksi melalui pola permainan pendek yang memanfaatkan sisi sayap sebagai poros serangan, Die Roten terus menggempur sisi lapangan PSG.

Di sektor kiri, James Rodriguez dan David Alaba saling berkreasi untuk mengirimkan umpan silang kepada Lewandowski atau Thomas Mueller yang banyak berdiam di kotak penalti untuk menyambut bola. Sementara di kanan, menariknya yang lebih aktif melancarkan serangan adalah Joshua Kimmich, Mueller yang seharusnya bermain melebar terlihat lebih condong bergerak ke dalam untuk menemani Lewandowski.

Grafis operan Muenchen dan PSG - Sumber Squawka

Pergerakan cair Muenchen di sektor sayap juga takkan berfungsi dengan baik bila trio gelandang yang digalang Thiago Alcantara, Corentin Tolisso, dan Arturo Vidal tak memberikan distribusi bola ke sektor tersebut. Kombinasi serangan Muenchen memang terlihat gahar, PSG terkurung dan memaksa tim ibu kota Perancis itu banyak menumpuk pemain di kotak penalti.

Namun tidak hanya sekadar menumpuk, covering yang dilakukan pemain bertahan PSG kepada setiap pemain Muenchen yang masuk ke kotak penalti mereka juga cukup menyulitkan klub yang bermarkas di Allianz Arena itu dalam menciptakan gol balasan. Tercatat barisan pertahanan PSG mampu melakukan 56 sapuan, 11 intersep, dan 22 kali memenangi duel udara saat bertahan.

Meski begitu, bukan berarti pertahanan PSG tanpa celah, karena Muenchen juga beberapa kali mampu menciptakan ruang tembak yang menjadi peluang berbahaya. Tapi hanya sekadar peluang, karena dari total 16 tembakan yang dihasilkan Muenchen tidak ada satu pun yang berbuah gol. Selain rapatnya pertahanan PSG, kegagalan Muenchen mencetak gol adalah karena kurang tenangnya para pemain Muenchen memanfaatkan peluang.

PSG lebih efektif dengan serangan balik

Tekanan yang dilakukan Muenchen memang membuat PSG kesulitan untuk keluar dari tekanan. Satu fakta menarik tersaji dalam laga tersebut. Les Parisiens dikenal sebagai tim yang dominan dalam penguasaan bola, data statistik mengatakan bahwa rata-rata per pertandingan PSG mencatatkan 62 persen penguasaan bola. Namun saat berhadapan dengan Muenchen mereka hanya mencatatkan 37.6% penguasaan bola, berbanding 64.1 penguasaan bola milik Muenchen.

Grafis peta peluang PSG dan Muechen - sumber: Squawka

Meski begitu, hal tersebut tak membuat PSG kehilangan taring dalam upaya mengancam gawang Ulreich. Mereka justru tampil lebih efektif dengan pola serangan balik cepat yang memanfaatkan kemampuan individu dari Neymar, Mbappe, Kurzawa, dan Alves. Keempat pemain tersebut menjadi poros utama serangan balik PSG. Buktinya ada 12 dribel sukses yang enam kali dilakukan Neymar, tiga Alves, dua Mbappe, dan satu Kurzawa.

Kesimpulan

Kehadiran Neymar memiliki pengaruh besar dalam keberhasilan PSG menggulung Muenchen di Parc des Princes. Selain mencetak gol, pemain berusia 25 tahun itu juga memberikan asis kepada Dani Alves untuk gol pembuka PSG. Neymar bisa dibilang sebagai bintang lapangan di laga tersebut, karena perannya yang cukup vital.

Selain itu, sosok Thiago Silva juga tidak bisa dikesampingkan begitu saja. Mantan pemain AC Milan itu berhasil menjadi pemimpin yang baik di lini belakang PSG. Sebab, aksinya dalam menggalang pertahanan sangat menyulitkan Muenchen untuk mencetak gol di laga tersebut.

Sementara bagi Muenchen, selain serangan yang kurang efektif dan lini pertahanan yang kerap kelimpungan mengantisipasi kecepatan dari pemain sayap PSG, perjudian Ancelotti untuk membangku cadangkan Hummels, Riberry, dan Robben juga menjadi salah satu titik lemah Muenchen di laga tersebut.

Komentar