Semakin Melibatkan Messi, Semakin Efektif Serangan Barca

Taktik

by Ardy Nurhadi Shufi

Ardy Nurhadi Shufi

Juru Taktik Amatir
ardynshufi@gmail.com

Semakin Melibatkan Messi, Semakin Efektif Serangan Barca

Diprediksi akan tampil melempem setelah kehilangan Neymar yang hengkang ke Paris Saint-Germain (PSG), Barcelona membuktikan diri bahwa mereka tetap masih bisa bersaing di papan atas. Bahkan di liga, skuat asuhan Ernesto Valverde ini memuncaki klasemen sementara dengan enam kemenangan dari enam laga. Di Liga Champions, Juventus sebagai lawan terkuat di Grup D sudah mereka jungkalkan dengan skor telak, 3-0.

Tak hanya itu, Lionel Messi juga langsung tancap gas memamerkan kepiawaiannya dalam mencetak gol. Dari 9 laga, 12 gol sudah ia ciptakan. Di La Liga, ia pun memimpin daftar pencetak gol sementara dengan sembilan gol, unggul jauh dari Simone Zaza (Valencia) yang menguntit di bawahnya dengan lima gol.

Tanpa Neymar, ternyata Barca memang tetap tajam. Total 21 gol dicetak Barcelona dari total sembilan penampilan di segala ajang. Satu-satunya laga mereka tak mampu mencetak gol satu pun adalah pada leg kedua Piala Super Spanyol menghadapi Real Madrid. Barca saat itu kalah 2-0. Tapi secara keseluruhan, lini serang Barcelona punya serangan yang lebih efektif pada musim ini karena Valverde menitikberatkan serangan pada Messi.

***

Saat Neymar hengkang, Barcelona tampak kelimpungan mencari penggantinya. Akhirnya, Ousmane Dembele dari Borussia Dortmund berhasil direkrut dengan biaya 105 juta euro. Sial bagi Barcelona, Dembele harus menepi hingga awal tahun 2018 karena cedera yang ia derita melawan Getafe.

Meskipun begitu, tanpa Dembele pun Barcelona tetap menjadi momok bagi lini pertahanan lawan. Barcelona berhasil menang 6-1 melawan Eibar dan menang 3-0 menghadapi Girona pada dua laga setelah Dembele cedera.

Musim ini, Valverde pun tetap coba memaksimalkan permainan anak asuhnya dengan umpan-umpan pendek dari lini belakang saat membangun serangan dengan skema dasar 4-3-3. Possession football yang menjadi ciri khas permainan Barcelona pun tetap terjaga meski saat masih menukangi Atheltic Bilbao, pelatih berusia 53 tahun itu lebih sering mengandalkan direct football.

Dari enam pekan La Liga, Barcelona memimpin rataan penguasaan bola dengan 63,5%, unggul dari Real Madrid di bawahnya yang mengoleksi 56,9%. Rata-rata operan Barca per pertandingan pun mencapai 657,7 per pertandingan, meningkat dari musim lalu yang mencapai 520,3% operan per pertandingan.

Sementara itu saat bertahan, pressing agresif saat kehilangan bola di lini pertahanan lawan tetap dilakukan. Tapi untuk menangkal build-up serangan lawan, para pemain Barcelona tetap menjaga zona middle third tanpa pressing agresif dengan zonal marking. Ini sekilas hampir serupa dengan yang dilakukan Luis Enrique, pelatih Barcelona pada musim lalu.

Tiki-taka, begitu skema permainan Barcelona dikenal, memang tidak hanya permainan umpan pendek dalam membangun serangan, tapi juga dominasi permainan dan unggul penguasaan bola termasuk dalam mewujudkannya melalui permainan agresif saat defensif. "Rebut bola secepat mungkin, kuasai bola selama mungkin". Kalimat itu merupakan kalimat yang harus dipahami benar oleh para pemain Barcelona, yang sudah dikuasai betul oleh para pemain lulusan akademi La Masia.

Namun yang membedakan Barca asuhan Valverde musim ini adalah skema ketika menguasai bola yang bertumpu pada Messi. Musim lalu, serangan Barca bisa memanfaatkan Neymar di sisi kiri dan Messi di kanan. Sementara saat ini, begitu serangan Barca memasuki area middle third, maka serangan Barca akan berupaya melibatkan Messi di dalamnya.

Penumpuan serangan pada Messi sendiri terlihat dengan selalu bermainnya sang kapten Argentina tersebut di semua laga Barcelona. Hal ini berbeda dengan Luis Suarez yang baru bermain tiga kali di liga (dari enam laga). Selain itu, efektivitas serangan Barcelona memang menjadi lebih berbahaya jika selalu melibatkan Messi yang dibebaskan bergerak.

Walau begitu, Valverde masih mencoba sentuhan permainannya di Bilbao dengan menginstruksikan para pemain belakangnya, atau Ivan Rakitic/Sergio Busquets yang menjadi deep lying-playmaker, untuk lebih sering melepaskan operan penetrasi dari belakang langsung ke area kosong di belakang garis pertahanan lawan meski skema ini sebenarnya belum terlalu maksimal seperti skema umpan-umpan pendek khas Barcelona.

Sebagai seorang false nine, Messi dibebaskan bergerak untuk membangun serangan serta menciptakan ruang bagi dirinya sendiri maupun rekan setimnya yang lain. Dengan pergerakan cair (fluid) dari dua rekannya yang lain di depan, aliran operan pendek-cepat pun mampu memorak-porandakan lini pertahanan lawan karena Messi bisa mengetahui area mana yang paling tepat untuk diserang.

Grafis sentuhan Messi (vs Girona) yang menunjukkan awal mula ia menerima bola

Karena benar-benar bertumpu pada Messi, jumlah operan Messi selalu lebih tinggi dari dua penyerang lain, bahkan Iniesta sekalipun. Saat ini saja, rataan operannya sebesar 51 kali per laga, unggul dari Iniesta (47 operan per laga), Gerard Deulofeu (35), dan Suarez (23). Musim lalu, rataan operan Messi per laga 47 kali, kalah dari Neymar yang mencapai 51 kali.

Skema ini memang terlalu Messi-sentris. Efektivitas serangan Barca akan bergantung pada kondisi Messi. Karenanya jangan heran jika kita akan sering melihat Messi hanya berjalan kaki di lini pertahanan lawan bahkan ketika bola berada di dekatnya sekalipun karena mulai kelelahan.

Saat artikel ini ditulis, Barcelona "hanya" mencatatkan 14 tembakan per laga, jauh lebih sedikit dari Real Madrid yang memiliki rerata 20 tembakan per laga. Tapi soal efektivitas, Barca unggul jauh karena sudah mencetak 20 gol, Madrid baru 11 gol. Efektivitas itu lahir berkat berhasilnya strategi Valverde dengan memaksimalkan Messi, walau pada akhirnya dari jumlah tembakan tak banyak karena benar-benar bergantung pada Messi.

Komentar