Respons Strategi Defensif yang Tepat Buat Laga Chelsea-Arsenal Minim Peluang Terbuka

Berita

by redaksi

Respons Strategi Defensif yang Tepat Buat Laga Chelsea-Arsenal Minim Peluang Terbuka

Arsenal berhasil mengakhiri rekor tidak pernah menang di Stamford Bridge dalam enam tahun terakhir. Menghadapi Chelsea pada pekan ke-5 Liga Primer Inggris 2017/2018, dua kesebelasan asal London ini bermain imbang tanpa gol. Hasil imbang ini merupakan hasil imbang pertama manajer Chelsea, Antonio Conte, di Stamford Bridge dari 22 pertandingan Liga Primer yang ia pimpin.

Meski tanpa gol, kedua kesebelasan tercatat memiliki 13 tembakan untuk Chelsea dan 11 tembakan untuk Arsenal. Namun peluang yang mereka miliki mayoritas bukan peluang terbuka. Kedua kesebelasan memang sama-sama kesulitan menembus baris pertahanan terakhir lawannya.

Kedua kesebelasan sama-sama menggunakan pola dasar 3-4-2-1. Namun kedua kesebelasan punya cara yang berbeda dalam upaya menciptakan peluang. Arsenal, lewat umpan-umpan pendek, coba menembus pertahanan Chelsea di area depan kotak penalti. Sementara itu Chelsea memainkan umpan-umpan jauh dari belakang ke depan untuk memanfaatkan lini pertahanan Arsenal yang naik hingga tengah lapangan saat menguasai bola.

Arsenal menguasai babak pertama. 10 tembakan berhasil mereka ciptakan pada 45 menit pertama, sementara Chelsea hanya empat. Serangan yang diarahkan ke sayap lalu diakhiri dengan umpan-umpan di depan kotak penalti begitu merepotkan pertahanan Chelsea. Bahkan Arsenal nyaris mencetak gol ketika Aaron Ramsey, memanfaatkan kelengahan pemain Chelsea di depan kotak penalti mereka, masuk ke kotak penalti dan tendangannya mengenai tiang gawang.

Pada babak kedua Chelsea tampil lebih baik. Perubahan gaya bertahan mereka lakukan. Jika pada babak pertama The Blues memainkan garis pertahanan rendah, pada babak kedua garis pertahanan dinaikkan ditambah pressing agresif pada pemain-pemain Arsenal yang menguasai bola. Apa yang dilakukan Chelsea pada babak kedua merupakan hal yang dilakukan Arsenal pada babak pertama, yang berhasil membuat Cesc Fabregas tak bisa berkreasi di tengah.

Aliran bola Arsenal mulai terhambat. Jika pada babak pertama mereka mencatatkan 299 operan dengan 81% tingkat akurasi, pada babak kedua operan Arsenal berkurang hingga 277 kali dengan akurasi yang menurun, 77%. Meski tidak signifikan, namun ini sangat berpengaruh pada kualitas build-up serangan mereka. Tekel-tekel agresif para pemain Chelsea membuat Arsenal harus lebih cepat mengalirkan bola.

Menyadari hal ini, manajer Arsenal, Arsene Wenger, memasukkan Olivier Giroud menggantikan Danny Welbeck (setelah lebih dulu memasukkan Alexis Sanchez). Penyerang asal Prancis itu dimasukkan agar The Gunners bisa lebih lama menguasai bola. Ketangguhannya dalam duel-duel udara coba dimanfaatkan Arsenal agar umpan jauh dari pertahanan Arsenal yang mendapatkan pressing bisa tetap menjaga penguasaan bola Arsenal.

Walau begitu, dengan masuknya Tiemoue Bakayoko pada babak kedua, Chelsea jadi memiliki dua pemain yang handal dalam perebutan bola. Lini tengah pun semakin dikuasai Chelsea pada babak kedua. Umpan-umpan ke sepertiga akhir lebih banyak setelah Fabregas mengisi pos yang ditinggalkan Pedro (diganti Bakayoko). Sembilan tembakan berhasil mereka ciptakan, meningkat dari babak pertama yang hanya empat kali.

Hanya saja Chelsea minim peluang emas pada laga ini. Satu-satunya peluang emas Chelsea adalah ketika tendangan Eden Hazard mengarah ke gawang namun berhasil diamankan dengan baik oleh Petr Cech, kiper Arsenal. Sisanya, tendangan-tendangan Chelsea lebih sering membentur pemain bertahan Arsenal.

Chelsea empat on target, Arsenal dua on target plus satu tiang

Kunci keberhasilan Arsenal menumpulkan lini serang Chelsea adalah buah dari keberhasilan Skhodran Mustafi mematikan pergerakan Alvaro Morata. Sepanjang pertandingan, bek asal Jerman tersebut mengikuti pergerakan Morata. Total 11 kali duel terjadi di antara keduanya. Mustafi berhasil merebut bola tiga kali (lima kali) dan unggul duel udara empat kali (dari enam percobaan) dari Morata.

Selain itu, pada babak kedua (khususnya setelah Eden Hazard masuk) Arsenal juga bermain lebih defensif dengan menginstruksikan kedua wing-back (Hector Bellerin dan Sead Kolasinac) tidak terlalu agresif dalam membantu serangan. Arsenal lebih mengandalkan Alexis Sanchez untuk menyerang pada babak kedua.

Hasil imbang menjadi hasil yang adil bagi kedua kesebelasan. Baik Conte maupun Wenger sangat berhati-hati dalam menentukan skema penyerangan. Namun respons strategi bertahan yang tepat dari kedua kesebelasan membuat laga ini harus berakhir tanpa gol. Dicadangkannya Sanchez dan Hazard pada laga ini pun cukup berpengaruh pada minimnya peluang terbuka di laga ini.

Komentar