Kamboja Akan "Mengalah" Sekarang untuk Menang di Masa Depan

Analisis

by Redaksi 24

Redaksi 24

Pandit Football Indonesia mengkhususkan pada analisis pertandingan sepakbola, statistik dan liga, juga sejarah perkembangan sepakbola dan evolusi taktiknya

Kamboja Akan "Mengalah" Sekarang untuk Menang di Masa Depan

Tim Nasional Indonesia akan memainkan pertandingan "hidup-mati" melawan Kamboja di pertandingan terakhirnya di Grup B pada ajang SEA Games 2017, Malaysia. Indonesia wajib memenangkan pertandingan untuk menjaga asa lolos ke babak semifinal. Bukan hanya menang, skuat asuhan Luis Milla itu juga dituntut bisa memenangkan pertandingan dengan skor telak, minimal dengan skor 3-0.

Kemenangan telak dibutuhkan untuk mengantisipasi bila pertandingan antara Vietnam melawan Thailand berakhir imbang. Sebab nasib Indonesia juga ditentukan dengan hasil pertandingan tersebut, bila Vietnam dan Thailand berbagi angka di laga terakhirnya maka poin Indonesia, Vietnam dan Thailand akan sama-sama 11. Tentunya penentuan siapa yang lolos ke babak semifinal ditentukan dengan penghitungan selisih gol.

Kondisi tersebut cukup memberatkan Indonesia yang memiliki jumlah goal paling sedikit dengan +4 dibandingkan Vietnam (+11), dan Thailand (+6). Jadi tidak pilihan lain bagi Indonesia untuk bisa memenangkan pertandingan melawan Kamboja dengan skor lebih dari 3-0. Sebagai antisipasi hasil imbang di laga lainnya yang mempertemukan Thailand melawan Filipina.

Berbicara kans, di atas kertas Indonesia punya peluang untuk bisa menaklukkan Kamboja. Beberapa faktor mendukung prediksi tersebut, yang salah satunya adalah hasil pertandingan yang mempertemukan kedua kesebelasan di ajang uji tanding sebelum SEA Games 2017. Indonesia berhasil menekuk Kamboja dua gol tanpa balas di hadapan pendukungnya sendiri. Bahkan Kamboja punya rekor kekalahan terbesar dalam sejarah yakni 10-0, dan itu merupakan "ulah" Indonesia pada 1995.

Selain itu, performa Kamboja di SEA Games 2017 pun memberikan optimisme pada Indonesia karena mereka seakan menjadi bulan-bulanan kesebelasan lainnya. Tercatat di tabel klasemen sementara, Kamboja berada di posisi juru kunci, dengan tanpa satu pun poin yang bisa mereka hasilkan dari empat pertandingan yang sudah dilakoni.

Artinya, lawan-lawan mereka seperti Filipina, Thailand, Vietnam, hingga Timor Leste sekalipun tidak menemui kendala berarti untuk meraih tiga poin atas Kamboja. Hal tersebut diprediksi bakal terjadi juga bagi Indonesia, yang sebelumnya berhasil menahan imbang Thailand 1-1 di laga perdana, kemudian meraih kemenangan telak 3-0 atas Filipina, 1-0 atas Timor Leste, dan menahan imbang Vietnam 0-0.

Kans untuk menang besar juga cukup terbuka bagi Indonesia dalam pertandingan menghadapi Kamboja nanti. Melihat rentetan kekalahan yang dialami kesebelasan berjuluk The Royal Khmers itu, rata-rata marjin golnya di atas satu gol, hanya dengan Timor Leste saja mereka kalah dengan skor 0-1. Melihat selisih gol Kamboja di tabel klasemen pun mereka hanya mampu sekali menjebol gawang lawan, dengan total 10 kali kebobolan.

Selain itu, Kamboja juga dihuni oleh banyak pemain berusia rata-rata di bawah 21 tahun yang secara pengalaman belum terlalu mumpuni tentunya. Tercatat dari total 20 pemain yang diboyong ke Malaysia, delapan pemain berusia di bawah 20 tahun (tiga pemain di antaranya satu pemain berusia 17 tahun, dua 18 tahun, dan tiga pemain berusia 19 tahun), sementara sisanya dihuni pemain berusia 20 tahun (tiga pemain) dan 21 tahun (enam pemain).

Berbanding terbalik tentunya dengan Indonesia yang rata-rata pemain berusia 20 sampai 21 tahun. Tercatat hanya Saddil Ramdani (18 tahun), Asnawi Mangkualam (17 tahun), Osvaldo Haay, Andy Setyo, dan Ezra Walian (19 tahun) yang merupakan pemain berusia di bawah 20 tahun. Tidak berbeda jauh memang, namun rata-rata usia pemain Kamboja lebih di bawah Indonesia.

Ancaman Kamboja

Melihat faktor-faktor pendukung tadi seperti performa Kamboja, rataan jumlah kebobolan, hingga rataan usia skuat agaknya banyak pihak khususnya para pendukung Indonesia percaya kalau Tim Garuda bisa menang mudah atas Kamboja.

Di atas kertas kepercayaan tersebut bisa terwujud nyata. Kuncinya, Indonesia diharapkan tidak overconfidence dan mereka tidak boleh menganggap enteng lawan. Fokus utama adalah kemenangan, dan mencetak gol sebanyak-banyaknya. Sebab, kalau sudah overconfidence lebih dulu dan malah menganggap enteng lawan justru itu bisa menjadi bumerang bagi Indonesia.

Satu hal lain yang tak kalah penting selain soal tidak boleh percaya diri berlebih dan menganggap remeh Kamboja adalah kepekaan Indonesia terhadap misi yang diusung oleh kesebelasan yang bermarkas di Stadion Olimpade Phnom Penh itu. Artinya, dua hal tersebut tidak boleh dimiliki Indonesia sekarang (menjelang pertandingan) dan di masa yang akan datang.

Sepakbola Asia Tenggara kini kondisinya tidak seperti tahun-tahun 2000-an awal. Indonesia, Thailand, Vietnam, dan Malaysia bisa dibilang sebagai kekuatan besar pada masa-masa itu. Tapi setiap negara tampak mulai bosan dengan superioritas empat negara tersebut. Satu per satu mulai muncul kekuatan baru yang dimulai dengan Singapura, yang dilanjutkan Filipina dengan sistem naturalisasi.

Kemudian Myanmar yang kini juga mulai menunjukkan tajinya sebagai kekuatan yang tak bisa dipandang remeh. Kamboja, bisa saja ingin mengubah nasib mereka di pentas sepakbola ASEAN. Tidak ada satu pun kesebelasan yang ingin terus menerus dipandang remeh. Seburuk-buruknya prestasi sebuah tim, adalah siklus yang pada suatu saat nanti siklus tersebut harus berhenti. Kamboja tampak ingin menghentikan siklus minor tersebut melalui sebuah proses yang berjenjang.

Kalau melihat performa Kamboja di SEA Games 2017 ini, mereka memang tak lebih dari lumbung poin bagi kesebelasan lainnya. Hal yang tidak mengejutkan sebenarnya, mengingat mereka baru saja menunjuk Leonardo Vitorino sebagai pelatih kepala pada Maret 2017 ini. Bisa saja, keikutsertaan mereka di SEA Games kali ini tak lebih dari sekadar menambah jam terbang dan pengalaman bermain di level internasional pemain-pemain muda mereka.

Artinya, SEA Games kali ini adalah jenjang awal dari perubahan yang ingin mereka canangkan. Gagal total di hari ini bukan berarti mimpi buruk. Karena mereka masih bisa belajar dari kesalahan untuk semakin memperbaiki diri di masa yang akan datang. Intinya, Kamboja diprediksi akan menjadi kekuatan besar lainnya di sepakbola ASEAN, dengan proses pembinaan pemain muda yang matang.

Prediksi tersebut terlihat dari penunjukan Vitorino sebagai arsitek baru Kamboja untuk menggantikan Lee Tae Hoon, pelatih berkebangsaan Korea Selatan. Vitorino yang merupakan pelatih asal Brasil memiliki rekam jejak kepelatihan yang mentereng khususnya di usia muda.

Ia memulai karier kepelatihannya di timnas Amerika Serikat U-17, secara berjenjang ia terus melebarkan pengalamannya hingga akhirnya bisa menjadi asisten pelatih di timnas Trinidad and Tobago, juga menjadi asisten di kesebelasan Brasil, America Football Club pada tahun 2006.

Hal yang membuat Vitorino spesial adalah kemampuannya dalam pengembangan pemain muda. Pengalamannya dalam menukangi tim pemuda didapatkan di Amerika Serikat dan Brasil saat menukangi Botafogo U-20. Hal tersebut kemudian ia aplikasikan ketika merambah karier di Asia Tenggara. Pada tahun 2014 ia menerima pinangan Buriram United, untuk menjadi pelatih di tim B atau tim junior.

Dua musim berada di tim junior Buriram, ia berhasil membawa kesebelasan tersebut meraih 17 gelar di kompetisi regional pemuda dan tiga kompetisi internasional (dua kali di Malaysia dan satu kali di Qatar). Melihat prestasi tersebut, cukup menyiratkan bagaimana kemampuan Vitorino dalam memoles bakat pemain muda. Bukan tidak mungkin Kamboja bisa ia buat berprestasi melalui pembinaan yang berjenjang.

Kemungkinan tersebut juga ditunjang dengan pengetahuannya soal sepakbola Asia Tenggara. Sebab, selain Buriram, pelatih berkebangsaan Brasil itu juga tercatat pernah menukangi Lanexang United di kompetisi utama Laos. Jadi sedikit banyaknya ia pasti sudah mengetahui cara untuk mengembangkan pemain-pemain Asia Tenggara, karena secara tidak langsung ia sudah mengenal karakter permainan mereka.

Maka dari itu, dengan prospek masa depan Vitorino bersama Kamboja, mungkin pada laga kelima SEA Games 2017 nanti Indonesia bisa menang mudah melawan pemain-pemain muda Kamboja. Tapi yang perlu menjadi perhatian Indonesia lainnya adalah Kamboja sedang menyiapkan skuat untuk tiga hingga lima tahun ke depan. Karena di timnas senior mereka pun mulai dihuni pemain-pemain muda dengan memanggil pemain-pemain berusia di bawah usia 20 tahun, jangan sampai Indonesia menang sekarang tapi justru jadi tak berdaya saat berjumpa lagi dengan Kamboja di masa yang akan datang.

Foto: Camsosial news, Lich thi dau, Kuala Lumpur 2017

Komentar