Kehilangan Thiago Cunha Berdampak Besar Pada Barito Putera

Analisis

by redaksi

Kehilangan Thiago Cunha Berdampak Besar Pada Barito Putera

Barito Putera sudah mengakhiri paruh pertama Liga 1 2017. Tim asal Kalimantan Selatan yang dijuluki Laskar Antasari ini sekarang bertengger di posisi 12 klasemen sementara dengan raihan 24 poin, hasil dari tujuh kali menang, tiga kali seri, dan tujuh kali kalah. Cukup banyak pekerjaan rumah yang harus dibenahi oleh Jacksen F. Tiago di tubuh Barito.

Sebenarnya, Barito Putera memiliki sebuah catatan unik selama putaran pertama Liga 1 2017. Mereka menjadi tim yang sulit untuk dikalahkan di kandang. Namun, ketika tampil dalam laga tandang, mereka seolah-olah tidak punya taji sehingga kerap gagal menuai poin dalam beberapa laga tandang.

Kuat di kandang sendiri

Sempat melaju mulus di tiga pertandingan awal dengan mencatatkan dua kemenangan dan satu kali imbang, Barito Putera yang dilatih oleh pelatih sarat pengalaman yaitu Jackson F. Tiago ternyata hanya kuat ketika bermain di kandang. Catatan enam kali kemenangan, satu kali imbang, dan satu kali kalah dari delapan pertandingan menunjukkan kuatnya Barito ketika main di kandang sendiri.

Namun, ketika bermain tandang, Barito sulit untuk mengalahkan lawannya. Ini terlihat catatan pertandingan tandang mereka yang hanya mampu mencatatkan satu kali kemenangan, enam kali kalah, dan dua kali imbang dari sembilan kali laga tandang yang sudah dijalani. Skor terbesar kekalahan mereka di tandang yaitu ketika mereka kalah 5-0 dari Bali United.

Sebenarnya, Barito Putera mempunyai pemain asing yang cukup mumpuni, yaitu Tiago Dos Santos Cunha. Ia berhasil mencetak dua gol dari dua pertandingan awal Barito, namun setelah pekan ke-11 melawan Persib Bandung, striker asal Brasil tersebut kembali membela mantan tim yang ia bela di Thailand, Chonburi. Alasan Thiago didepak pun karena sejak pekan ketiga sampai pekan kesepuluh pemain tersebut mengalami cedera sehingga jarang dimainkan.

Pertahanan Barito Putera

Kelemahan di dalam formasi dasar 4-3-3 yang diterapkan Jacksen terletak di sisi kiri pertahanan yang sering ditempati oleh Valentino Telaubun. Saat melawan Bali United, Barito Putera bahkan kemasukan empat gol yang bermula dari sisi kiri yang ditempati Valentino Telaubun saat itu.

Transisi dari menyerang ke bertahan kedua bek sayap yang sering terlambat dan koordinasi antara bek tengah untuk menutup posisi yang ditinggalkan ketika menyerang belum terjalin secara maksimal. Ketika Valentino telat untuk turun setelah menyerang, bek tengah, antara Hansamu atau Dandi Maulana telat menutup sisi kiri yang ditinggalkan Valentino. Sisi inilah yang kerap dimanfaatkan lawan untuk menyerang pertahanan Barito.

Bukan cuma di sisi kiri, masalah yang sama juga kerap terjadi di sisi kanan. Masalah di kedua sisi ini tampak dari 11 gol yang bersarang di gawang Barito yang terjadi karena umpan silang dari sisi kanan maupun sisi kiri.

Jika dibandingkan dengan Persija Jakarta yang saat ini memiliki kebobolan paling sedikit yaitu sembilan gol dari 17 pertandingan, Barito kalah dari segi duel udara, rataan blok tendangan, dan rataan penyelamatan. Selain itu Persija memiliki persentase duel udara sukses sebesar 62%, rataan sapuan bola per pertandingan sebanyak 17 kali, rataan blok tendangan lawan 2,4 per pertandingan, rataan intersep sebanyak 48 kali per pertandingan, persentase tekel sukses mereka mencapai 37,6%, dan rataan penyelamatan di tiap pertandingan sebanyak 3,8. Dari catatan tersebut, tampak lini pertahanan Barito Putera cukup buruk dalam mengantisipasi bola-bola umpan silang yang diperagakan oleh lawan.

Padahal ketika bertahan, Barito Putera punya pemain tengah yang cukup aktif dalam membantu pertahanan. Ia adalah Fajar Handika yang berposisi gelandang bertahan. Berikut adalah data statistik dari pemain bernomor punggung 24 ini.

Jika dilihat dari statistik di atas, gelandang bertahan berusia 27 tahun ini kerap membantu lini pertahanan Barito Putera yang terlambat mengantisipasi serangan balik lawan. Lewat pergerakannya ia mampu menahan serangan lawan lewat rataan intersep 6,7 per pertandingan, paling banyak setelah bek Barito Putera, serta persentase tekel sukses 32,9%, tertinggi diantara pemain Barito yang lain. Keikutsertaan Fajar dalam bertahan ini membuat para pemain bertahan Barito menjadi sedikit lebih terbantu.

Sisi penyerangan Barito Putera

Salah satu kelebihan dari para pemain yang berposisi sebagai pemain menyerang ini adalah kepiawaian mereka dalam mengeksekusi bola mati (tiga gol hasil tendangan bebas langsung, tiga gol dari umpan silang hasil tendangan bebas). Sisa 16 gol yang lain merupakan hasil dari sepak pojok, umpan silang dari sisi kanan maupun kiri, set play, dan tendangan penalti.

Pola permainan dari kaki ke kaki yang diperagakan pemain-pemain Barito kerap diakhiri dengan umpan silang. Hal ini ditunjang dengan kemampuan dari para full-back yang juga ikut membantu penyerangan. Hal ini bisa dilihat dari sepuluh gol yang tercipta melalui umpan silang sisi kanan maupun kiri.

Jika dibandingkan dengan Madura United sebagai juara paruh musim, Barito kalah dalam banyak aspek. Dari 30 gol yang diciptakan Madura, itu merupakan hasil dari persentase tembakan sukses ke gawang sebesar 40.7%. Madura United juga mencatatkan rataan umpan kunci per pertandingan sebanyak 4,5 kali (Barito 2,6 kali), rataan umpan terobosan per pertandingan sebanyak 6,4 kali (Barito 3,6).

Tidak bisa dimungkiri hengkangnya striker asing mereka ke Thailand, Tiago Dos Santos Cunha dan Gavin Kwan Adsit yang membela timnas U22 membuat daya gedor tim ini sedikit mengendur di paruh musim. Hal ini pun berefek pada rekor tandang Barito yang buruk, meski Barito pun memiliki rekor kandang yang cukup apik.

Sumber Data: Tim Statistik Pandit Football Indonesia

(gil/sfs)

Komentar