Timnas Inggris U20 dan U18, di Manakah Mereka Pada 2022 Nanti?

Cerita

by Redaksi 33

Redaksi 33

Pandit Football Indonesia mengkhususkan pada analisis pertandingan sepakbola, statistik dan liga, juga sejarah perkembangan sepakbola dan evolusi taktiknya

Timnas Inggris U20 dan U18, di Manakah Mereka Pada 2022 Nanti?

Mari kita meramalkan dan berandai-andai sejenak. Akan berada di manakah generasi timnas Inggris U18 yang menjuarai Toulon Tournament dan timnas Inggris U20 yang menjuarai Piala Dunia U20 pada 2022 nanti?

Tahun 2017 adalah tahun yang menggembirakan untuk timnas Inggris usia muda. Dua timnas mereka, yaitu timnas U18 dan U20 berhasil menjuarai dua kejuaraan internasional berbeda: Toulon Tournament dan Piala Dunia U20. Terkhusus untuk Piala Dunia U20, ini adalah gelar juara dunia mereka yang baru setelah terakhir timnas Inggris jadi juara dunia pada 1966 silam, level senior.

Sedangkan terkhusus untuk Toulon Tournament, Inggris sukses menjadi juara bertahan setelah pada edisi 2016 silam juga berhasil menjadi juara. Dalam gelaran 2017 ini, Inggris berhasil menjadi juara setelah menaklukkan Pantai Gading lewat babak adu penalti dengan skor 5-3.

Menorehkan gelar juara pada dua turnamen berbeda, berskala internasional pula (bukan regional Eropa saja), tentu adalah pencapaian yang cukup luar biasa. Hal tersebut menandakan cerahnya masa depan sepakbola Inggris, walau para pemain yang meraih sukses di Toulon Tournament dan Piala Dunia U20 ini perlu juga mendapatkan bimbingan sebelum terjun di dunia sepakbola sesungguhnya yang keras.

Baca Juga: Final yang Terasa Dekat dan "Masa Depan yang Cerah" bagi Timnas Inggris

Tapi, melihat sepak terjang Inggris dalam mengorbitkan pemain muda sejauh ini, apakah masa depan cerah itu memang ada bagi timnas Inggris? Mari kita lihat sesuai dengan kacamata yang ada dalam film 500 Days of Summer, yaitu ekspektasi yang diharapkan dan realita yang sekarang terjadi dan mungkin akan terulang di masa depan.

Ekspektasi: Pemain-Pemain ini Akan Bersinar pada 2022 Nanti

Melihat bibit-bibit muda tampil baik, yang mampu menjadi juara dalam dua ajang turnamen muda berbeda pada 2017 (ditambah dengan ajang Toulon Tournament 2016), ekspektasi pun muncul. Setidaknya pada Piala Dunia 2022 nanti, beberapa pemain ini sudah menjadi andalan di timnas Inggris.

Apakah ekspektasi ini salah? Tidak. Menuju 2022, masih ada waktu sekira empat sampai lima tahun lagi. Pemain-pemain timnas Inggris U18 dan U20 ini, pada 2022 mendatang mulai akan memasuki awal usia matang mereka. Para penggawa timnas U20 akan mulai berusia 23-25 tahun, sedangkan para penggawa timnas U18 akan memasuki usia 21-23 tahun.

Para pemain ini, pada 2022 kelak, sudah berkembang menjadi pemain yang lebih matang. Pengalaman bermain yang mereka dapatkan, baik itu dari klub maupun dari beberapa caps bersama timnas yang mereka dapatkan akan membuat kemampuan mereka berkembang. Pada akhirnya, hal ini bermuara pada sebuah timnas Inggris yang baru, yang berisikan pemain-pemain yang pernah juara Piala Dunia U20 2017 dan Toulon Tournament 2016 dan 2017.

Terbayang kemampuan Dominic Solanke, Ademola Lookman, serta Sheryl Ojo yang sudah berkembang pesat pada 2022 mendatang. Ekspektasi pun bisa bertambah, selain berisikan skuat juara Piala Dunia U20, timnas Inggris pada 2022 akan menjadi juara dunia bersama dengan generasi baru timnas Inggris ini.

Berekspektasi begitu tinggi boleh-boleh saja kan?

Realita: Bagaimana Keadaan Mereka di Masa Depan, dengan Realita yang Ada Sekarang

Berekspektasi memang hal yang sah dilakukan. Namun melihat realita juga adalah hal yang perlu dilakukan agar ekspektasi tidak menjadi sesuatu yang terlalu terbang tinggi ke angkasa sampai lupa berpijak kepada bumi.

Inggris, dibandingkan dengan Italia dan Jerman, dikenal sebagai salah satu negara yang kurang bersahabat dengan para pemain muda, bahkan dengan pemain muda asli Inggris sendiri. Dalam ajang Liga Primer 2016/2017 saja, total pemain muda asal Inggris yang menjadi pemain inti di klub-klub Liga Primer tidak kelewat banyak. Jangankan pemain muda asal Inggris, pemain Inggris pun kerap tidak banyak dapat kesempatan di Liga Primer.

Di antara lima klub Liga Primer yang dipastikan lolos ke Liga Champions musim 2017/2018, hanya Tottenham Hotspur, Liverpool, dan Manchester United-lah yang terhitung cukup ramah bagi pemain asli Inggris. Spurs tercatat menggunakan jasa delapan pemain asli Inggris, sedangkan Manchester United dan Liverpool masing-masing menggunakan jasa pemain asli Inggris sebanyak 11 dan 12 pemain.

Rataan umur klub Liga Primer terhitung cukup tinggi, berkisar di angka antara 25-28 tahun. Hal ini menandakan bahwa Liga Primer, belum terlalu terbuka untuk para pemain muda, apalagi para pemain yang berusia 23 tahun ke bawah. Walau Inggris mengadakan kompetisi kelompok usia, dan juga adanya aturan home-grown player, tapi para pemain muda Inggris pada akhirnya sulit untuk bersaing memperebutkan tempat inti di skuat.

Hal ini diperparah juga dengan maksud dan tujuan dari penyelenggaraan Liga Primer ini. Berbeda dengan Bundesliga yang menjadi tempat penggemblengan para pemain muda, kompetisi Liga Primer hanya memiliki tujuan untuk mendapatkan keuntungan komersil saja. Tak heran para pemain Inggris, walau bergaji dan berbiaya besar, biasanya tidak memiliki kualitas yang cukup mumpuni. Berbeda dengan pemain asal negara Eropa lain yang punya kualitas, tapi tidak punya harga yang kelewat mahal.

Semua realita yang ada ini, menunjukkan bahwa ada sebuah tembok besar yang harus para pemain muda Inggris, termasuk para pemain U20 dan U18 Inggris yang juara pada 2017 ini, lewati terlebih dahulu. Ada suasana tidak ramah bagi mereka yang harus mereka alami, dan jika bisa melewati itu, maka mereka bukan tidak mungkin akan menjadi pemain sukses yang membawa Inggris juara di level senior di masa depan.

***

Masa depan itu tidak ada, begitu juga masa lalu. Yang ada hanyalah masa kini, yang merupakan hasil dari perbuatan kita di masa lampau, dan masa yang akan membentuk masa depan kita. Oleh karena itu, menerka masa depan adalah sesuatu yang tidak salah, jika kita berkaca pada apa yang terjadi di masa kini.

Inggris bukannya tidak memiliki pemain berbakat, seperti yang diujarkan dalam blog The Hairdryer. Banyak pemain bertalenta asal Inggris, tapi di masa lampau mereka kerap tersia-siakan, dan jadilah masa kini, masa saat para pemain Inggris sulit untuk bersaing di level internasional.

Bola ada di tangan para pemangku jabatan di Inggris, dan para pemainnya sendiri. Jika di masa kini mereka bisa melakukan sesuatu dengan baik, di masa depan hasil yang baik pasti mengikuti. Di sisi lain, jika di masa kini mereka tidak berbuat apa-apa, pada 2022 nanti, mungkin karier para pemain ini akan tersendat dan tidak jalan ke mana-mana.

Komentar