Sebuah Kisah Tentang Suporter Millwall Melawan Teroris

Cerita

by Redaksi 33 37491

Redaksi 33

Pandit Football Indonesia mengkhususkan pada analisis pertandingan sepakbola, statistik dan liga, juga sejarah perkembangan sepakbola dan evolusi taktiknya

Sebuah Kisah Tentang Suporter Millwall Melawan Teroris

Biasa bertengkar dan berkelahi dengan sesama suporter ataupun dengan pihak keamanan, membuat suporter sepakbola, termasuk suporter Millwall, tidak mengenal rasa gentar. Hal ini yang ditunjukkan oleh Roy Larner, 47 tahun, kala ia bertarung dengan tiga teroris yang menyerang London pada Sabtu (3/6/2017) malam waktu Inggris lalu.

Situasi London sempat mencekam pada Sabtu (3/6/2017) lalu, tepatnya di daerah London Bridge. Berdasarkan hasil investigasi pihak kepolisian London, tiga orang teroris yang masing-masing adalah Khuram Butt, Rachid Redouane, dan Youssef Zaghba, dianggap membuat kekacauan di sekitaran London Bridge. Dilansir dari BBC, mereka membunuh tujuh orang dan membuat 48 orang luka-luka.

Situasi mencekam itu akhirnya berakhir setelah pihak kepolisian menembak mati ketiga pelaku tersebut. Namun, cerita bukan hanya milik pihak kepolisian yang berhasil menetralisir situasi saja. Kisah lain diguratkan oleh seorang suporter sepakbola, yang melakukan sebuah hal gila dan berani, sekaligus menyelamatkan nyawa banyak orang.

Roy Larner, seorang suporter Millwall berusia 47 tahun, melakukan sebuah tindakan yang bisa disebut sebagai sebuah tindakan heroik pada Sabtu (3/6/2017) malam tersebut. Ketika itu, ia melihat ketiga teroris tersebut memasuki restoran Black & Blue di daerah Borough Market, dekat London Bridge, sembari berteriak-teriak mengancam orang-orang yang sedang berada di sana.

Tanpa ragu, ia pun langsung menghampiri ketiga teroris tersebut, juga dengan teriakan yang tak kalah intimidatif. "Bajingan kau, aku dari Millwall!" teriaknya sambil langsung menghadapi ketiga teroris, yang membawa senjata tajam, dengan tangan kosong. Alhasil ia pun dihajar habis-habisan oleh ketiga orang tersebut, dan ia pun mengalami luka-luka yang cukup parah.

"Saya hanya melakukan apa yang harus saya lakukan. Ketika mereka (ketiga teroris) berteriak-teriak, saya pun berteriak balik kepada mereka. Saya pikir bahwa saya harus memberi pelajaran kepada mereka. Mereka menyerang saya. Saya berdiri di depan mereka, dan mencoba untuk melawan mereka," ujar Larner seperti dilansir The Independent.

"Dalam kondisi satu lawan tiga, kalah jumlah, tak heran kalau saya luka sebegini parah. Saya melawan mereka semua, dengan tangan kosong saya ini. Seingat saya, saya ditusuk sebanyak delapan kali. Mereka menusuk saya di dekat kepala, dada, dan kedua tangan saya. Satu kali lagi tusukan mendarat di tubuh saya, mungkin saya akan mati," tambahnya.

Walau Larner dihajar habis-habisan oleh ketiga teroris itu, apa yang ia lakukan benar-benar heroik. Berkat keberaniannya melawan tiga orang tersebut, orang-orang yang berada di restoran Black & Blue bisa melarikan diri. Mereka memanfaatkan momen ketika Larner melawan tiga orang tersebut untuk kabur. Tindakan berani Larner ini membuat banyak nyawa orang terselamatkan.

Cerita tentang keberanian dan tindakan heroik Larner ini pun langsung menyebar ke penjuru negeri. Julukan "Singa dari London Bridge" pun langsung tersemat padanya. Tindakannya mengingatkan perilaku suporter Millwall yang kadang membuat orang sampai takut karena keberanian mereka. Tapi dalam keadaan genting macam Sabtu (3/6/2017) malam kemarin, tindakan berani Larner, si suporter Millwall tersebut, benar-benar diperlukan.

Ibunya, Phyllis Larner (78 tahun), mengungkapkan bahwa ia tidak heran atas tindakan anaknya ini. Ia yang tahu betul tabiat ini malah membenarkan sikap anaknya yang menurutnya tak gentar ketika berkelahi walau lawannya membawa senjata tajam maupun senjata api.

"Ia (Roy Larner) adalah tipikal pria yang tak akan mundur ketika berkelahi. Ia tidak akan peduli walau lawannya membawa senjata tajam atau senjata api sekalipun. Jujur saya tidak terkejut akan tindakannya ini. Ia akan bertarung sebaik mungkin," ujar ibunya seperti dilansir Daily Mail.

Atas tindakannya ini, ia pun harus dirawat kurang lebih selama seminggu di Rumah Sakit St. Thomas di London. Namun, atas tindakannya ini pula, salah seorang temannya yang bernama Archie Webber-Brown membuat sebuah petisi di Change.org. Petisi itu berisikan agar pihak kerajaan Inggris Raya menyematkan George Cross untuk Larner karena ia dinilai sudah menyelamatkan nyawa banyak orang.

George Cross adalah sebuah penghargaan bagi warga sipil yang melakukan hal luar biasa dan berani untuk kebaikan banyak orang. Penghargaan ini setara dengan Victoria Cross, yang biasa disematkan kepada anggota militer yang juga melakukan hal luar biasa dan berani untuk kebaikan banyak orang dalam medan perang. Webber Brown menilai bahwa kawannya layak dapat penghargaan ini.

Reputasi para suporter Millwall sebagai suporter yang keras dan berani memang sudah dikenal di seantero Inggris Raya. Saking menyeramkannya mereka, mereka bahkan masuk ke dalam empat kelompok suporter garis keras yang ditakuti. Mendengar nama mereka, mayoritas suporter Liga Inggris pun akan sedikit ciut.

Baca Juga: Millwall Bushwackers, Lawan yang Paling Tidak Diinginkan di Liga Inggris

Oleh karena itu, jangan heran jika Roy Larner yang pendukung Millwall sampai berani melawan ketiga teroris itu seorang diri. Jiwa keberanian dan pantang mundur sudah tertanam pada dirinya. Tapi setidaknya, pada Sabtu (3/6/2017) malam itu, keberaniannya telah menyelamatkan banyak orang, bukan melukai suporter lawan atau polisi seperti biasanya.

foto: @ODDSbible

Komentar