Cheick Tiote Tidak Perlu Bekerja Keras Lagi

Cerita

by Redaksi 25 71223

Redaksi 25

Pandit Football Indonesia mengkhususkan pada analisis pertandingan sepakbola, statistik dan liga, juga sejarah perkembangan sepakbola dan evolusi taktiknya

Cheick Tiote Tidak Perlu Bekerja Keras Lagi

Mantan gelandang Newcastle United, Cheick Tiote, meninggal dunia kemarin, Senin (5/6) setelah dilaporkan mengalami gangguan jantung saat menjalani sesi latihan bersama kesebelasannya, Beijing Enterprise. Sempat dirujuk ke rumah sakit, Tiote menghembuskan nafas terakhirnya sejam setelah kolaps.

Kematian Cheick Tiote mengejutkan banyak orang termasuk mantan rekan dan pelatihnya di Newcastle United. Newcastle United adalah klub yang berperan membesarkan namanya di Eropa. Selama 6,5 tahun kariernya di klub berbasis di kota Tyne itu, Tiote telah tampil sebanyak 156 kali di semua kompetisi. Meski hanya mencetak satu gol, namun kemampuan Tiote menjaga stabilitas lini tengah menjadi kehebatan tersendiri bagi pemain asal Pantai Gading tersebut.

Satu-satunya gol yang diciptakan Tiote pun cukup membekas di hati para penggemarnya karena gol itu ia cetak saat menyelamatkan Newcastle dari kekalahan memalukan oleh Arsenal. Sempat tertinggal 0-4, Newcastle mengejar defisit gol dengan cepat hingga gol fantastis Tiote di menit akhir menyamakan kedudukan.

Namun, sosok Tiote juga tak lepas dari hal negatif. Pemain yang mengawali kariernya di klub Belgia, Anderlecht, itu pernah tersandung kasus penyitaan mobil mewah miliknya pada 2011. Penyitaan tersebut dilakukan diduga karena tidak ada asuransi resmi pada mobil tersebut. Selain itu, mobilnya juga menggunakan plat nomor asing.

Tiote juga pernah bermasalah dengan urusan rumah tangganya. Sebelumnya, ia menikah dengan istri pertamanya, Madah, di Newcastle di mana mereka memiliki dua anak. Namun, ternyata diketahui pula Tiote juga memiliki kekasih lain bernama Nikki Mpofu dan memiliki satu orang anak. Mpofu mengklaim Tiote akan menjadikan ia istrinya, namun setelah melihat pernikahannya dengan istri keduanya di Pantai Gading, ia langsung meninggalkan Tiote. Pada 2014, Tiote memang menikah lagi dengan istri keduanya, Laeticia Doukrou.

Terlepas dari masalah di luar lapangan tersebut, Tiote adalah sosok yang sangat pekerja keras. Ia rela putus sekolah sejak kecil demi mengejar impiannya menjadi pesepakbola profesional. Dilansir dari wawancara eksklusifnya dengan Evening Chronicle, Tiote mengungkapkan dirinya rela bekerja keras setiap hari agar bisa bermain di Eropa.

Kerja kerasnya pun terbayar lunas. Tiote mampu mewujudkan mimpinya untuk bermain di Liga Primer Inggris. Didier Drogba dan Kolo Toure menjadi inspirasinya saat ia memutuskan untuk merasakan atmosfer Inggris. Namun, mantan striker Chelsea-lah yang menjadi inspirasi terbesarnya untuk pindah ke Inggris.

“Didier dan Kolo menyuruh saya untuk datang ke Inggris dan bermain untuk Newcastle, jadi saya harus berterima kasih kepada mereka. Didier juga mengatakan Newcastle adalah klub yang besar dan saya harus bermain untuk mereka. Dia juga memberikan saya banyak rekomendasi tempat disana. Saya tak sabar ingin menjajal kemampuannya [Drogba]. Dia merupakan salah satu pemain berbahaya di Liga Primer dan itu bagus karena banyak pemain di sini yang juga berbahaya.”

“Saya rela tidak menyelesaikan pendidikan saya dan sudah bermain untuk klub-klub kecil di Abidjan [Pantai Gading]. Itu membuat saya semakin yakin dengan tujuan saya. Saya terus bekerja keras dan karena itulah saya bisa bermain di Inggris.”

Selain itu, Tiote juga memiliki banyak sanak saudara di kampung halamannya. Ia diketahui punya 18 saudara di keluarganya. Dan untuk menghidupi mereka, ia selalu mengirimkan uang setiap bulannya hasil dari pekerjaannya sebagai pemain bola di Inggris. Karena hal itulah ia selalu bekerja keras.

“Saya memiliki sembilan saudara laki-laki dan perempuan di keluarga saya. Itu keluarga yang besar dan saya selalu mengirimkan uang untuk menghidupi mereka. Mereka semua berada di Abidjan, bersama istri dan anak-anak saya. Mereka juga sering menyaksikan saya bertanding di rumah.”

Beberapa manajer yang sempat membesutnya mengaku terkejut mendengar kabar meninggalnya Tiote. Steve McClaren adalah salah satu yang sangat kehilangan Tiote. McClaren pernah membesut Tiote saat masih di Twente dan Newcastle United. Ia mengatakan Tiote adalah seorang pejuang dan pekerja keras di lapangan.

“Saya tahu dia pertama kali sebagai pemain muda di Twente. Dia adalah pemain tangguh yang pernah saya lihat. Saat di lapangan maupun saat latihan, dia senang bersaing. Dia ingin memenangkan setiap pertandingan, menghalau setiap pemain dan merebut setiap bola. Saya juga tahu jika dia tersenyum bersama rekan duetnya [Papiss Cisse] saat itu di Newcastle, maka kami akan baik-baik saja,” kenang Steve dilansir BBC Sport.

“Dia adalah seorang pemenang. Pernah suatu ketika saya harus menariknya keluar karena dia seorang petarung yang sangat ulet. Merupakan mimpinya untuk bisa bermain di Tiongkok dan saya senang untuknya ketika itu terjadi. Ia bisa mendapatkan uang untuk menghidupi keluarganya. Semua kerabatnya, paman, bibi, dan orang tuanya mengandalkan dia untuk menafkahi mereka.”

Kesedihan yang sama juga ditunjukkan mantan manajernya, Alan Pardew. Mantan pelatih Crystal Palace itu mengaku sangat terpukul ketika mendengar mantan kabar anak asuhnya sudah tiada. Ia menyebut Tiote adalah pemain yang diinginkan oleh semua klub.

Pardew juga berperan atas pengadaan fasilitas ruang ibadah untuk pemainnya yang muslim seperti Demba Ba, Hatem Ben Arfa, Papiss Cisse, dan Cheick Tiote sendiri. Ia menyatakan perbedaan agama di Newcastle harus dihormati dan dihargai.

“Cheick adalah pribadi yang sangat menyenangkan di ruang ganti dan penampilannya di lapangan luar biasa. Takkan ada yang bisa melupakan gol indah Tiote pada saat kami tertinggal 0-4 dari Arsenal pada Liga Primer musim 2010/11 lalu di saat terakhir pertandingan tersebut. Saya mencintainya, dia adalah pemain yang anda inginkan dimanapun.”

“Mendengar dia harus meninggal pada usia 30 membuat saya sedih dan saya bersimpati kepada keluarga yang ditinggalkan. Saya akan selalu mengenang Cheick Tiote sebagai gelandang terhebat yang pernah saya latih,” ungkap Pardew dilansir Belfast Telegraph.

Beberapa saat sebelum Tiote meninggal, ia sempat berbincang dengan rekan sekaligus desainer fashionnya, Yusuf Abu Bakar Tumi via WhatsApp. Dalam chatnya, Tiote menyinggung soal kehidupan yang tidak akan abadi. "Semoga Allah membuat kita lebih besar di surga, tidak hanya di dunia. In Shaa Allah, karena dunia akan berakhir, surga tidak."

***

Sosok Tiote yang dikenal selalu memberikan keceriaan di ruang ganti Newcastle kini sudah tiada. Tak ada lagi aksi-aksinya yang enerjik di lapangan dalam menghalau bola tanpa kenal lelah. Si pemain dengan senyum manis itu kini sudah pergi ke lapangan yang lebih besar. Selamat jalan, Cheick Tiote.

Komentar