12 Mei 1985, Scudetto dan Masa Keemasan Hellas Verona

Backpass

by redaksi 33436

12 Mei 1985, Scudetto dan Masa Keemasan Hellas Verona

Tanggal 12 Mei akan selalu menjadi tanggal yang diingat bagi para penggemar Hellas Verona. Pada tanggal yang sama di tahun 1985, klub berjuluk “Gialloblu” itu berhasil meraih scudetto pertamanya dalam sejarah. Kepastian Hellas meraih gelar juara Serie A terjadi saat mereka berhasil menahan imbang Atalanta 1-1.

Lebih mengagumkan, saat itu Hellas Verona mengakhiri musim dengan catatan 15 kemenangan, 13 seri, dan 2 kekalahan dengan 43 point, empat poin di atas Torino, Inter Milan, dan Sampdoria yang berada di posisi empat besar.

Medio 1980-an bisa dibilang sebagai era emas bagi Hellas Verona. Pada rentang tahun tersebut, mereka menjadi tim yang rajin tampil di final Coppa Italia. Meski akhirnya sering dikandaskan lawan-lawannya, namun kala itu mereka tetap menjadi tim yang diperhitungkan. Puncaknya, pada musim 1984/85 saat mereka berhasil meraih gelar juara.

Saat itu, skuat Hellas memiliki komposisi yang bisa dibilang mentereng pada masanya. Beberapa nama seperti Hans-Peter Briegel, Preben Elkjaer, Pietro Fanna, Antonio Di Gennaro, dan Giuseppe Galderisi merupakan sosok sentral keberhasilan Hellas merengkuh Scudetto pada tahun tersebut.

Ereben Elkjaer mungkin bisa dikedepankan sebagai bintang yang bersinar dalam skuat Hellas pada masa itu. Penyerang Denmark, menjadi tokoh protagonis di lini depan Hellas. Gol-gol krusial kerap ia ciptakan. Paling diingat, gol spektakuler ke gawang Juventus dari luar kotak penalti.

Bukan hanya soal gol yang akhirnya mengantarkan Hellas memenangkan pertandingan dengan 2-0. Satu hal yang cukup menarik lainnya adalah sebelum proses gol tersebut Elkjaer menandang dengan kondisi satu kakinya tanpa sepatu, yang terlepas setelah dijegal lawan.

Namun, cerita indah Hellas di kompetisi utama Italia lambat laun memudar, terutama setelah memasuki medio 1990-an. Masa kejayaan mereka selama hampir satu dekade runtuh juga karena krisis finansial. Lebih miris, pada tahun 1991 Hellas Verona dibekukan, kemudian berganti menjadi Verona FC. Tapi nama Hellas kembali pada tahun 1995. Mereka, kemudian turun level ke Serie B.

Sempat naik ke Serie A, namun penurunan performa kembali ditunjukkan. Pada akhir musim 2002 Hellas kembali terlempar ke Serie B. Mirisnya, pada saat itu sebenarnya mereka dihuni pemain-pemain yang mempunyai kualitas baik seperti Adrian Mutu, Mauro Camoranesi, Alberto Gilardino, Martin Laursen, Massimo Oddo, atau Marco Cassetti. Mungkin, karena saat itu pemain-pemain tersebut belum terbilang matang, membuat Hellas harus mendekam di zona degradasi pada klasemen akhir.

Setelah itu, keberuntungan seperti tak lagi menaungi Hellas. Dari segi prestasi, mereka lebih sering turun naik dari Serie B ke Serie C1. Selain itu, mereka juga sering gonta-ganti pelatih. Beberapa nama seperti Franco Colomba, Davide Pellegrini, Maurizio Sarri, Gian Marco Remondina, hingga Giovani Vavasori pernah saling bergantian mengisi pos pelatih Hellas.

Setelah 11 tahun berkutat di divisi bawah sepakbola Italia, pada tahun 2013 mereka akhirnya kembali ke Serie A setelah menyelesaikan musim di urutan kedua Serie B. Hanya tiga tahun saja mereka bertahan di Serie A, karena pada musim 2016/2017 mereka kembali ke Serie B.

Kesetiaan Fans

Hellas Verona memang tidak secemerlang Juventus, AS Roma, atau AC Milan yang dikenal sebagai klub raksasa Italia. Performa mereka yang lebih sering terlempar ke kompetisi level dua hingga tiga Italia membuat Hellas tidak terlalu dipandang sebagai kekuatan besar di kompetisi Italia. Meski begitu, Hellas dikenal memiliki supporter yang setia.

Meski miskin prestasi, supporter tetap mendukung perjuangan Hellas. Musim 2002/2003, saat mereka harus berjuang menghindari degradasi ke Serie C, para fans tetap loyal memberikan dukungannya. Sekitar 5000 suporter datang ke Como untuk membangkitkan motivasi bermain Hellas. Hasilnya terbukti mereka akhirnya bisa terhindar dari ancaman degradasi, dan para supporter berpesta merayakan keberhasilan tersebut.

Lalu, pada musim 2009/10 meski bermain di Serie B, para supporter tetap setia datang ke stadion untuk menyaksikan mereka bertanding. Terbukti, penjualan tiket terusan melonjak hingga 10.000 dan membuat jumlah tersebut jauh di atas pencapaian tim-tim yang berlaga di Serie A. (SN)

Komentar