Betapa Kejamnya Sepakbola Indonesia

Cerita

by redaksi 45709

Betapa Kejamnya Sepakbola Indonesia

Pesta sepakbola Indonesia telah dimulai sejak pertengahan April 2017. Setelah lepas dari sanksi FIFA dan Pemerintah, kompetisi yang tertidur selama kurang lebih dua tahun lamanya itu akhirnya kembali menggeliat. Setelah kurang lebih tiga pekan kompetisi level tertinggi sepakbola Indonesia bertajuk Liga 1 bergulir, banyak peristiwa unik terjadi di dalamnya.

Paling mengejutkan, tentu mulai banyaknya pelatih-pelatih kontestan Liga 1 yang harus menanggalkan jabatannya. Kasusnya beragam, dari mulai dipecat hingga mengundurkan diri. Tentunya ini menarik, karena kompetisi belum genap berjalan satu bulan.

Umumnya, pergantian pelatih dilakukan saat atau menjelang paruh musim kompetisi. Namun saat ini kondisinya berbeda, belum juga mencapai pertengahan musim beberapa pelatih sudah bertumbangan. Ironisnya, beberapa nama lengser sebelum kompetisi dimulai.

Widodo Cahyono Putro dan Angel Alfredo Vera adalah dua nama yang harus menanggalkan jabatannya sebagai pelatih, saat Liga 1 Indonesia belum bergulir. Keduanya, dipecat setelah manajemen masing-masing kedua tim melakukan rapat evaluasi terhadap kinerja kedua pelatih tersebut.

Widodo Cahyono Putro

Widodo, harus memberikan tonggak kepelatihannya di Sriwijaya FC kepada Osvaldo Lessa. Bukan hanya Widodo, Khusairi (Asisten Pelatih), Francis Wawengkang (Pelatih Teknik), Irwansyah (Pelatih Fisik), dan Hendro Kartiko (Pelatih Kiper) juga ikut terdepak dari daftar susunan tim pelatih “Laskar Wong Kito”. Manajemen Sriwijaya memang tidak memberikan alasan pasti terkait pemecatan mantan bintang Petrokimia Putra itu. Namun, disinyalir suara suporter Sriwijaya yang meminta agar manajemen melakukan perombakan di sektor pelatih tampaknya menjadi salah satu faktor pemicu.

Dihimpun dari beberapa sumber, para loyalis kesebelasan tampaknya kurang suka dengan skema bermain Sriwijaya yang sering berubah-ubah. Hal tersebut dianggap membuat permainan Sriwijaya jadi kurang padu. Selain itu, mereka pun tidak setuju dengan munculnya wacana peminjaman Rizky Dwi Ramadhana ke tim lain. Suporter menganggap Rizky merupakan pemain asli binaan Sriwijaya dan memiliki kualitas yang bagus sebagai seorang pesepakbola.

Posisi Widodo di Sriwijaya sebenarnya sudah terancam setelah ia gagal membawa “Laskar Wong Kito” menjuarai Indonesia Soccer Championship (ISC) 2016. Di turnamen tersebut, Sriwijaya hanya menempati posisi keempat. Namun, saat itu manajemen masih memberikan kesempatan bagi Widodo untuk menukangi tim, hingga akhirnya kembali gagal di Piala Presiden 2017.

Alfredo Vera

Berbeda dengan Widodo, Vera didepak satu hari sebelum pertandingan perdana Persipura Jayapura melawan Gresik United. Tidak jelas alasan pemecatan Vera. Melihat prestasi, pelatih berkebangsaan Brasil itu sebenarnya cukup mumpuni. Terbukti, ia mampu membawa kesebelasan berjuluk “Mutiara Hitam” itu menjuarai turnamen jangka panjang ISC 2016.

Desas-desus mengatakan kalau Vera didepak lantaran lisensi kepelatihan yang dimilikinya. Namun, tentu itu bukan alasan logis. Sebab, selain memegang lisensi CONMEBOL yang diakui oleh 200 negara, ia juga memegang lisensi A AFC yang menjadi salah syarat pelatih yang mau menukangi kontestan Liga 1.

Namun, bila merunut pencapaiannya selama pra-musim terlihat prestasi yang ditunjukkan Persipura memang agak mengaburkan status mereka sebagai tim elit Indonesia. Di Piala Presiden 2017 misalnya, mereka bahkan gagal menembus babak perempat-final setelah kalah saing dengan kesebelasan-kesebelasan seperti Mitra Kutai Kartanegara dan Gresik United.

Bisa saja pencapaian tersebut menjadi salah satu faktor pemicu terdepaknya Vera dari singgasana kepelatihan Persipura. Namun, karena manajemen tidak memberikan alasan pasti terkait pemecatan mantan pelatih Persegres United itu, jadi pemecatannya pun hingga saat ini masih menjadi misteri. Posisi Vera, kemudian digantikan oleh Liestiadi.

Hans-Peter Schaller

Baru dua pekan Liga 1 Indonesia bergulir, langkah berani dilakukan manajemen Bali United. Mereka memecat pelatihnya Hans-Peter Schaller. Pemecatan pelatih asal Austria itu sebenarnya cukup beralasan, sebab dalam dua pertandingan awalnya, “Serdadu Tri Datu” meraih hasil minor saat jumpa Madura United (0-1) dan Persipura Jayapura (1-2).

Melihat pencapaian Schaller selama menukangi Bali United, memang agak kurang memuaskan. Memulai kiprahnya di Piala Presiden 2017, Schaller gagal membawa Bali United lolos ke fase gugur turnamen pra-musim itu. Padahal kala itu, Bali berstatus sebagai tuan rumah. Sayang, Stadion Kapten I Wayan Dipta tak bertuah bagi I Gede Sukadana dan kawan-kawan. Sebab pada akhir fase grup Piala Presiden, Bali United harus puas menempati posisi juru kunci dengan raihan dua poin, hasil dari dua imbang dan satu kalah. Mereka kalah saing dengan Borneo FC , Sriwijaya FC, dan Barito Putera.

Sebelum bergulirnya Liga 1, Bali United sebenarnya mampu menunjukkan permainan yang menjanjikan saat melakukan pertandingan uji tanding melawan Persib Bandung di Stadion Gelora Bandung Lautan Api (GBLA). Saat itu mereka berhasil menumbangkan Persib yang merupakan tim bertabur bintang itu dengan skor 2-1.

Secara permainan Bali United juga mampu mengungguli Persib. Selain mampu meredam kecepatan dua sayap “Maung Bandung”, mereka juga berhasil menerapkan permainan cepat yang membuat barisan belakang Persib gelagapan. Dua gol yang bersarang ke gawang Muhammad Natshir merupakan buah dari permainan cepat Bali saat itu.

Hanya saja kegemilangan Bali saat membekuk Persib tak terulang di kompetisi. Buktinya, dalam dua laga awal mereka harus menelan kekalahan yang membuat Schaller dipecat. Selain itu, faktor lain yang menyebabkan mantan asisten pelatih timnas yang diasuh Alfred Riedl itu terdepak adalah lantaran sudah tidak lagi memiliki kesamaan visi dan misi dengan manajemen.

Setelah mendepak Schaller manajemen Bali kemudian menunjuk sang asisten pelatih, Eko Purjianto, yang langsung memberikan kemenangan saat timnya bertandang ke Stadion Surajaya Lamongan, menghadapi tuan rumah Persela. Saat itu, Bali menang tipis 1-0 lewat gol yang diciptakan Marcos Flores melalui titik putih.

Laurent Hatton

Keputusan PS TNI mendepak Laurent Hatton dari kursi kepelatihan juga tak kalah mengejutkan dengan kabar lain. Ironisnya, pelatih asal Prancis itu terdepak usai membawa timnya meraih kemenangan atas Bhayangkara United 2-1. Melihat prestasi, dibandingkan Schaller misalnya, Hatton sebenarnya jauh lebih baik. Ia mampu membawa PS TNI sebagai salah satu tim yang belum terkalahkan dalam tiga pertandingan awal Liga 1. Dua imbang dan satu kemenangan merupakan raihan Hatton bersama PS TNI. Hasil tersebut, sama dengan apa yang diraih Djadjang Nurdjaman bersama Persib. Namun, nasib kedua pelatih itu berbeda.

Melihat gaya permainan yang diterapkan, Hatton memiliki filosofi permainan yang mengharuskan anak asuhnya bermain menyerang. Lihat bagaimana saat mereka mampu membuat lini tengah Persib tak berkutik. Selain itu, Hatton juga piawai dalam hal memotivasi pemainnya. Bagaimana tidak, saat mereka tertinggal dua gol di awal babak kedua dari Persib, mereka mampu mencetak dua gol dalam waktu lima menit saja, ketika laga akan berakhir. Tentu itu bukan perkara mudah apalagi Persib merupakan tim besar yang dihuni banyak pemain berkualitas. Namun berkat semangat juang yang tak pernah padam, mereka mampu melakukan hal tersebut.

Manajemen PS TNI sendiri beralasan kalau dicoretnya Hatton lantaran mereka ingin prestasi PS TNI bisa lebih baik lagi di Liga 1. Posisi Hatton digantikan oleh mantan pelatih tim nasional Indonesia, Ivan Kolev. Selain Hatton, manajemen PS TNI juga mencoret dua pemain asingnya asal Guinea, Aboubacar Leo Camara dan Aboubacar Sylla, untuk digantikan duo Argentina, Leonel Jorge Nunez dan Facundo Talin.

Timo Susilo Scheunemann

Kasus yang menimba Timo berbeda dengan empat pelatih yang harus merelakan jabatannya terlepas karena didepak oleh manajemen kesebelasan. Timo memutuskan mundur dari jabatannya sebagai pelatih karena merasa gagal mengangkat performa klub berjuluk “Beruang Madu” itu.

Keputusan Timo undur diri dilakukan setelah timnya ditumbangkan Arema FC 0-1. Wajar bila Timo merasa gagal, sebab dari tiga pertandingan yang dilakoni timnya harus menderita tiga kekalahan. Akibatnya, kini Persiba tertahan di posisi juru kunci tabel klasemen sementara.

Melihat sepak terjangnya, pelatih berdarah Jerman itu memang belum memiliki prestasi di sepakbola Indonesia. Hanya saja Timo piawai dalam memoles bakat pemain-pemain muda. Ketika masih menukangi Persema Malang, ia berhasil mengorbitkan Kim Jeffrey Kurniawan. Sementara di Persiba, ia mampu memunculkan sosok Kurniawan Kartika Ajie, seorang penjaga gawang muda yang memiliki talenta luar biasa. Kini Persiba ditangani oleh Haryadi pelatih yang sudah memiliki lisensi A AFC.

(SN)

Komentar