Kejutan yang Tertunda dari Mourinho untuk Conte

Analisis

by Dex Glenniza 43650

Dex Glenniza

Your personal football analyst. Contributor at Pandit Football Indonesia, head of content at Box2Box Football, podcaster at Footballieur, writer at Tirto.ID, MSc sport science, BSc architecture, licensed football coach... Who cares anyway! @dexglenniza

Kejutan yang Tertunda dari Mourinho untuk Conte

José Mourinho sudah menyiapkan segalanya untuk menghadapi mantan kesebelasannya, Chelsea. Ia bersama kesebelasannya saat ini, Manchester United, sudah dipecundangi dua kali oleh sang mantan, yaitu yang pertama adalah 4-0 di Liga Primer Inggris, dan yang kedua adalah 1-0 di Piala FA.

Kedua kesebelasan akan bertemu kembali malam ini (16/04) di Old Trafford, Manchester.

Keunggulan lainnya yang patut disyukuri Chelsea adalah waktu istirahat mereka yang lebih panjang dari United. Chelsea memiliki waktu istirahat satu pekan, sementara United baru saja kembali dari Kota Brussels setelah bermain imbang 1-1 dengan Anderlecht di Liga Europa UEFA pada Jumat (14/04) malam WIB.

“Mereka (Chelsea) lebih segar. Ini sangat penting dalam sepak bola,” kata Mourinho. “Media boleh saja menyebut laga ini emosional untukku. Tetapi sesungguhnya tidak sama sekali. Pertandingan melawan Chelsea sama saja dengan pertandingan lain.”

***

Antonio Conte, manajer Chelsea, bisa menjaga rekor kesebelasannya sehingga bisa terus berada di puncak klasemen Liga Primer dengan menerapkan skema tiga bek. Mourinho pun sebelumnya juga sempat menyiapkan taktik khusus ketika kedua kesebelasan berjumpa di Piala FA (13/03), yaitu dengan memainkan skema tiga bek juga.

Namun sayangnya, kita tidak melihat terlalu banyak hal pada pertandingan yang dimenangkan oleh Chelsea dengan skor 1-0 tersebut karena Ander Herrera harus diusir pada menit ke-35. Hasil memang tidak memihak strategi cermin (mirroring) taktik yang Mourinho lakukan, tapi jika kita melihat proses pada pertandingan tersebut, kita sebenarnya bisa tahu jika Mourinho benar-benar sudah belajar dari kekalahan 4-0 atas Chelsea di awal musim ini.

Dengan memainkan skema tiga bek tersebut, ia merancang kesebelasannya untuk mematikan lini tengah dan lini depan Chelsea.

Saya memang tidak bilang jika Herrera tidak diusir pada menit ke-35 (Chelsea mencetak gol melalui N’Golo Kante pada babak kedua), maka United bisa mengalahkan Chelsea. Tapi dari yang terlihat selama 35 menit tersebut, Kante yang biasanya selalu berhasil merusak lini tengah lawannya, pada pertandingan tersebut berhasil dijinakkan (akurasi operan 71%) serta Chelsea harus kehilangan bola sampai 10 kali.

Hal ini yang membuat saya cukup yakin jika Mourinho akan menampilkan skema tiga beknya lagi malam ini melawan Chelsea.

Mourinho sudah siap untuk memakai skema tiga bek juga

Sebelum Mourinho mencoba melakukan mirroring taktik Conte, ia pastinya sudah tahu jika ia bukan satu-satunya manajer yang mencoba melakukannya.

Selain United di Piala FA (kalah 1-0 atas Chelsea), ada sembilan kesebelasan yang pernah melakukan mirroring taktik Conte ini, yaitu Everton (kalah 5-0), Sunderland (kalah 1-0), Man City (kalah 3-1), Bournemouth (kalah 3-0), Stoke City (kalah 4-2), Leicester City (kalah 3-0), Hull City (kalah 3-0), dan Brentford (kalah 4-0). Namun, hanya Spurs yang berhasil menang (menang 2-0).

Kelebihan dari mencontek skema tiga bek Conte ini adalah akan terciptanya keseimbangan secara taktikal: skema tiga bek melawan skema tiga bek juga. Posisi, peran, dan arketipe sebelas pemain (termasuk kiper) di atas lapangan akan simetris. Maka dari itu, keseimbangan (imbang atau seri) adalah sesuatu yang seharusnya terjadi.

Tapi kenapa dari 10 kesebelasan yang meng-copy-paste Conte ini (termasuk United di Piala FA), hanya Spurs yang berhasil menang, sementara sisanya kalah (tidak ada satupun yang imbang)?

Ternyata kekurangan mirroring ini terletak pada ketidaksempurnaan dalam penerapannya, kecuali kesebelasan tersebut sudah berlatih khusus dan dalam jangka waktu yang panjang, seperti Spurs misalnya; dan bukan kebetulan juga, seperti Mourinho menyiapkan United juga.

Sepanjang musim ini, Mourinho sendiri sudah pernah menerapkan skema tiga bek dalam empat kesempatan, yaitu saat melawan FC Rostov di tandang (imbang 1-1) maupun kandang (menang 1-0), kemudian saat menghadapi Chelsea (kalah 1-0) dan Middlesbrough (menang 3-1).

Di atas lapangan, formasi atau skema tiga bek bisa bertransformasi menjadi skema tiga bek itu sendiri, skema lima bek (kedua wing-back turun), atau skema empat bek pendulum (salah satu wing-back turun dalam situasi tertentu).

Pakem ini diikuti dengan kedua wing-back berada di kanan dan kiri. Secara teoritis sangat sederhana.

Formasi ini dapat memicu banyak hal. Kesebelasan dapat menjadi gemuk di area pertahanan, lebih kosong di area sayap, lebih kosong di daerah tengah, atau mereka bisa menjaga keseimbangan dengan terus menerus bergerak.

Pertandingan berpotensi berakhir dengan seimbang

Kekuatan utama formasi tiga bek (3-4-3) Conte adalah kemampuan Chelsea bermain dengan kedua wing-back yang energik ditambah dua gelandang (bertahan) yang statis. Ketika tim lawan sedang bertahan, mereka akan berhadapan dengan lima pemain Chelsea (3-2-5). Ketika tim lawan sedang menyerang, mereka akan menghadapi dua gelandang bertahan kemudian di belakangnya ada lima bek (5-2-3).

Dalam aplikasinya, jumlah lima pemain Chelsea (penyerang ketika diserang, dan bek ketika menyerang) ini yang membuat jumlah pemain menjadi sangat penting. Chelsea hampir selalu memiliki keunggulan jumlah pemain pada dua situasi tersebut.

Namun bukan hanya itu, perbedaan utama mereka juga terletak pada kemampuan mereka dalam melakukan serangan balik, terutama lewat sayap. Ini yang menjadi alasan utama kenapa Mourinho bisa sampai dipecundangi 4-0.

Menghadapi United nanti, Chelsea bisa menurunkan seluruh pemain utama mereka. Ditambah waktu istirahat yang lebih panjang, apakah kemudian Chelsea layak diunggulkan?

Beberapa manajer biasanya merasakan dilema untuk memainkan skema tiga bek. Sistem tersebut biasanya akan berjalan baik jika sebuah kesebelasan memiliki dua wing-back murni serta satu bek tengah yang memiliki kemampuan taktik di atas rata-rata. Mourinho memiliki Antonio Valencia dan Luke Shaw atau Matteo Darmian, tapi ia harus kehilangan Chris Smalling dan Phil Jones akibat cedera.

Jika menerapkan skema tiga bek, Mourinho mungkin terpaksa harus memainkan trio bek tengah Eric Bertrand Bailly, Daley Blind, dan Marcos Rojo.

Secara pengetahuan taktik, Blind akan sangat cocok bermain sebagai salah satu dari tiga bek. Namun secara fisik, bermainnya Blind ini bisa juga menjadi titik lemah. Oleh karena itu lah ada kemungkinan juga Mourinho akan memainkan Timothy Fosu-Mensah atau Axel Tuanzebe yang bertipikal lebih fisikal.

Kemudian jika melihat fleksibilitas, jika Mourinho ingin menyetel skema tiga beknya (3-4-2-1) menjadi skema empat bek (4-3-3 dan/atau 4-2-3-1) secara berganti-gantian sepanjang pertandingan, maka pemilihan pemain utamanya ini menjadi sangat penting karena ia harus bisa membuat kesebelasannya tidak perlu melakukan pergantian pemain jika ia ingin melakukan perubahan formasi.

Hal-hal ini lah yang membuat pertandingan ini seharusnya berjalan sangat menarik, secara teknis maupun taktikal. Jika taktik tidak bisa memenangkan pertandingan, bisa jadi kebugaran akan memegang peranan penting, yang mana ini akan menguntungkan Chelsea.

Mourinho sendiri pastinya tidak ingin dipecundangi sampai tiga kali oleh mantan kesebelasannya di musim ini. Hal ini yang membuat saya agak yakin ia akan memainkan skema yang lebih defensif melalui mirroring taktik Conte ini meskipun ia bermain di kandang sendiri.

Melalui kemungkinan memainkan skema tiga bek juga, Mourinho jelas sudah menyiapkan kejutannya yang sempat tertunda di Piala FA (karena United harus bermain dengan 10 pemain sejak menit ke-35). Tapi jangan kecewa jika kejutan tersebut hanya mampu menghasilkan hasil imbang malam ini.

Juga patut untuk mempertimbangkan julukan baru Mourinho: "The Special Draw”, dengan sudah memperoleh 14 kali hasil imbang di musim ini meskipun ia tidak terkalahkan dalam 21 pertandingan terakhirnya di Liga Primer.

Komentar