Jacksen F. Tiago Lebih Memilih Benahi Stadion Ketimbang Punya Marquee Player

Berita

by Randy Aprialdi

Randy Aprialdi

Pemerhati kultur dan subkultur tribun sepakbola. Italian football enthusiast. Punk and madness from @Panditfootball. Wanna mad with me? please contact Randynteng@gmail.com or follow @Randynteng!

Jacksen F. Tiago Lebih Memilih Benahi Stadion Ketimbang Punya Marquee Player

PSSI memberlakukan perekrutan marquee player tiga hari setelah Persib Bandung merekrut Michael Essien pada 13 Maret lalu. Kemudian berbagai klub calon peserta Liga 1 ramai-ramai mengambil sikap tentang kebijakan marquee player. Bahkan baru-baru ini PSSI baru memperbolehkan setiap klub Liga 1 memakai lima marquee player. Hal itu diputuskan setelah Carlton Cole tinggal tanda tangan kontrak di Persib Bandung.

Beberapa klub lain seperti Arema FC dan Madura United pun ikut-ikutan berburu pemain berstatus marquee player. Persipura Jayapura pun siap merekrut marquee player jika dana yang dibutuhkan untuk mengarungi satu musim ke depan telah terpenuhi. Di sisi lain, banyak juga kesebelasan yang tidak tergiur menggunakan marquee player, salah satunya seperti Barito Putra.

Jacksen F. Tiago, pelatih Barito, lebih memilih memanfaatkan dana klub untuk membenahi sarana dan fasilitas kesebelasannya. Apalagi Stadion 17 Mei yang merupakan kandang Barito dipakai rutin latihan maupun pertandingan resmi berbagi dengan akademinya.

"Saat ini Barito lebih membutuhkan sebuah lapangan latihan yang berkualitas daripada marquee player. Kami berlatih maupun bertanding di Lapangan 17 Mei. Selain itu, kami share (berbagi) lapangan tersebut dengan akademi Barito. Cepat atau lambat kualitas rumput lapangan kami akan rusak," terang Jacksen ketika dihubungi melalui pesan singkat, Kamis (30/3).

Barito sendiri cukup percaya dengan pemain asing yang sudah mereka miliki saat ini, yakni Aaron Evans, Matias Cordoba dan Thiago Cunha. Khusus Thiago, ia merupakan penyerang harus gol dari Brasil. Ia pernah memperkuat Palmeiras yang notabene kesebelasan besar di Liga Brasil. Thiago pun pernah membela Real Murcia di divisi segunda Spanyol dan Wigan Atheltic di Liga Primer Inggris. Kendati Thiago sempat berkarir di liga teratas Inggris, Jacksen mengkategorikannya sama seperti pemain asing pada umumnya.

"Kami mengambil Thiago Cunha sebagai pemain asing non-Asia," cetus pelatih yang pernah membawa Persebaya Surabaya dan Persipura Jayapura menjadi juara tersebut.

Jika berubah pikiran untuk merekrut marquee player pun Jacksen masih belum terpikirkan siapa pemain yang akan direkrutnya. "Sampai saat ini saya belum berpikir siapa yang akan menjadi marquee player kami karena memang belum ada instruksi dari manajemen atau staff pelatih ke arah sana," sambung Jacksen.

Kendati demikian, ia menganggap kebijakan marquee player di Indonesia merupakan sesuatu yang sangat luar biasa, terutama untuk mendongkrak sisi bisnis maupun brand sepakbola Indonesia di dunia luar sana. Hanya saja kebijakan marquee player di Indonesia dianggap kurang adil jika keputusannya diambil secara mendadak. Hal itu karena Jacksen menilai cuma 20 persen sampai 30 persen klub-klub di Indonesia yang memiliki finansial yang sehat untuk mendatangkan marquee player.

"Alangkah baiknya kalau ada pembagian subsidi dari sebuah konsorsium ataupun operator liga buat klub-klub peserta nanti. Seperti yang terjadi pada Liga Dunhil yang dulu. Yang mengontrak kami bukan klub secara langsung, tetapi operator liga dan selanjutnya kami dibagikan ke klub masing-masing. Itu sebenarnya bukan hal yang baru buat sepakbola Indonesia," pungkas Jacksen.

Komentar