Liverpool Juarai Mini-Liga Enam Besar Liga Primer

Analisis

by Ardy Nurhadi Shufi 31170

Ardy Nurhadi Shufi

Juru Taktik Amatir
ardynshufi@gmail.com

Liverpool Juarai Mini-Liga Enam Besar Liga Primer

Pada awal musim 2016/2017 hingga pertengahan musim, Liverpool begitu perkasa di Liga Primer. Walau hanya sepekan mampir ke posisi puncak klasemen, skuat asuhan Juergen Klopp ini sempat memanaskan papan atas Liga Primer dan sempat diprediksi bisa menjadi kandidat juara, apalagi mereka memiliki lini serang terbaik pada 2016.

Akan tetapi, Liverpool hanya hanya "sempat" alias hanya sementara, tidak permanen. Karena saat ini, setidaknya hingga pekan ke-29 untuk mereka, Liverpool berada di posisi keempat dengan 56 poin. Kans juara mengecil karena di sembilan sisa yang mereka miliki, Liverpool terpaut 13 poin dari Chelsea yang baru menjalani 28 pertandingan.

Kemungkinan juara untuk Liverpool secara hitung-hitungan memang masih terbuka. Apalagi sembilan pertandingan terakhir mereka tidak akan lagi menghadapi kesebelasan papan atas Liga Primer. Melawan Manchester City kemarin (Minggu, 19 Maret 2017) merupakan terakhir kalinya pada musim ini Liverpool menghadapi kesebelasan papan atas. Ini artinya, Liverpool akan menghadapi kesebelasan yang lebih mudah (jika mengacu pada peringkat) di laga sisa mereka.

Namun akan menghadapi kesebelasan yang peringkatnya berada di bawah mereka tidak berarti mudah bagi Liverpool. Karena kenyataannya pada musim ini, Liverpool lebih kesulitan saat menghadapi kesebelasan kecil (mengacu peringkat klasemen) daripada kesebelasan papan atas.

Liverpool hingga 29 pertandingan yang sudah dijalani, berhasil menang 16 kali, imbang delapan kali, dan kalah lima kali. Nah uniknya, lima kekalahan yang diderita Liverpool tak ada satupun yang didapat saat menghadapi peringkat enam teratas Liga Primer. Ya, tak ada satupun kesebelasan enam teratas Liga Primer yang berhasil mengalahkan Liverpool musim ini.

Dari tabel di atas terlihat jika Liverpool memimpin klasemen mini-liga di antara enam kesebelasan teratas Liga Primer dengan tanpa terkalahkan sekalipun. Berbeda dengan kesebelasan lain yang semuanya pernah merasakan kekalahan. Bahkan Chelsea yang saat ini menjadi kandidat kuat juara, tiga kali mengalami kekalahan saat menghadapi kesebelasan enam besar (melawan Liverpool, Arsenal dan Tottenham).

Lima kekalahan yang didapat Liverpool terjadi justru saat menghadapi kesebelasan yang di atas kertas harusnya bisa mereka kalahkan. Mereka adalah Burnley, Bournemouth, Swansea City, Hull City dan Leicester City. Belum lagi tiga hasil imbang lain saat menghadapi Southampton, West Ham United dan Sunderland.

Tampaknya hal ini terjadi karena Liverpool lebih nyaman menghadapi kesebelasan yang terbiasa mendominasi pertandingan seperti yang ditunjukkan kesebelasan enam besar. Gegenpressing yang menekankan tekel-tekel agresif di lini pertahanan lawan yang sedang membangun serangan membuat lawan tak bisa membangun serangan dengan baik. Hal ini berbeda dengan kesebelasan di luar enam besar yang lebih mengandalkan serangan balik atau tidak terlalu banyak menguasai bola.

Dari lima kesebelasan yang mengalahkan Liverpool, jika mengacu statistik saat ini, hanya Bournemouth yang tergolong baik dalam penguasaan bola (51% per pertandingan). Sementara itu sisanya, Burnley, Swansea, Hull dan Leicester, saat ini menempati urutan ke-13, 15, 17 dan 19 soal rataan penguasaan bola. Selain itu Sunderland yang menahan imbang Liverpool 2-2 juga memiliki rataan penguasa bola terendah ke-18 di Liga Primer.

Sementara itu catatan di atas berbanding terbalik dengan enam kesebelasan teratas, termasuk Liverpool sendiri. Keenam kesebelasan tersebut saat ini menjadi enam kesebelasan teratas perihal rataan penguasaan bola. Manchester City di urutan pertama dengan 60,7% per pertandingan, disusul Liverpool (58,1%), Arsenal (56,6%), Tottenham (56,5%), Manchester United (55,9%), dan Chelsea (54,1%). Maka bisa jadi memang Liverpool lebih nyaman saat menghadapi kesebelasan yang terbiasa menguasai bola lebih banyak.

Mungkin saja saat menghadapi kesebelasan yang terbiasa mendominasi permainan, mereka tidak terbiasa ketika harus mendapatkan tekanan secara agresif dari Liverpool. Selain kesulitan membangun serangan lewat umpan-umpan pendek, lawan juga harus meminimalisasi kesalahan-kesalahan di lini pertahanan sendiri, yang seringkali dimanfaatkan oleh kecepatan-kecepatan trio lini serang Liverpool. Berbeda dengan kesebelasan papan bawah yang lebih banyak membuang bola atau mengandalkan umpan panjang untuk serangan balik ketika mendapatkan tekanan.

Jika semua kesebelasan berupaya menguasai jalannya pertandingan, mungkin Liverpool akan lebih mudah untuk memenangi pertandingan, seperti yang sudah terlihat ketika mereka menghadapi kesebelasan yang termasuk dalam enam kesebelasan teratas Liga Primer. Hanya saja liga tidak hanya diikuti enam kesebelasan saja, namun terdapat 14 kesebelasan lain yang juga harus menjadi lawan Liverpool.

Pada akhirnya kegagalan penyesuaian taktik Klopp saat menghadapi kesebelasan yang tak handal dalam menguasai bola-lah yang membuat Liverpool tak mampu meraih kemenangan di saat mereka sepatutnya mendapatkan tiga poin. Juaranya Liverpool dalam mini-liga di atas pun mungkin hanya menunjukkan gengsi semata saat menghadapi kesebelasan-kesebelasan rival, karena pada kenyataannya (tampaknya) tak ada piala yang mereka raih musim ini, termasuk piala untuk hadiah karena mereka berada di puncak klasemen mini-liga di atas.

Komentar