Deja Vu di Stadion Emirates

Analisis

by Redaksi 33

Redaksi 33

Pandit Football Indonesia mengkhususkan pada analisis pertandingan sepakbola, statistik dan liga, juga sejarah perkembangan sepakbola dan evolusi taktiknya

Deja Vu di Stadion Emirates

Deja vu terjadi di Stadion Emirates, Rabu (8/3/2017) dini hari dalam leg kedua babak 16 besar Liga Champions kala Arsenal menjamu Bayern Muenchen. Untuk kedua kalinya, Arsenal kembali dikalahkan dengan skor yang juga mereka dapat di Allianz Arena pada leg pertama, yaitu 1-5.

Lima gol yang dicetak masing-masing oleh Robert Lewandowski (`54), Arjen Robben (`67), Douglas Costa (`77), serta Arturo Vidal (`79 dan `84) menenggelamkan satu gol yang dicetak oleh Theo Walcott pada menit ke-19. Arsenal pun gagal melenggang ke babak selanjutnya dengan total agregat 10-2 dari Bayern, kekalahan dengan skor terbesar yang dialami oleh klub Inggris dalam ajang Liga Champions.

Dengan starting line-up yang menggunakan formasi dasar 4-3-3, dengan trio Alexis Sanchez, Olivier Giorud, dan Theo Walcott di lini depan, hal tersebut seakan menegaskan motivasi Wenger untuk mengejar ketertinggalan.

Namun, yang terjadi di lapangan, hampir-hampir mirip seperti yang terjadi di leg pertama silam.

***

The Gunners sebenarnya memulai pertandingan dengan baik. Mereka langsung menekan lini pertahanan Bayern dengan begitu ketat. Tiga pemain di lini serang, ditopang oleh dua winger andal di kanan dan kiri (Sanchez dan Walcott) sanggup memberikan ancaman yang konstan untuk gawang Manuel Neuer.

Sepanjang babak pertama, Arsenal sudah menampilkan yang terbaik. Lini pertahanan yang digalang Laurent Koscielny yang baru sembuh dari cedera mampu menahan berbagai gempuran serangan Bayern. Bahkan hingga babak pertama usai, tak ada satu gol pun yang bersarang ke gawang Arsenal.

Namun semua berubah ketika Laurent Koscielny keluar pada menit ke-54, bersamaan dengan hadiah penalti yang diterima oleh Bayern dan dikonversi dengan baik oleh Robert Lewandowski. Dalam keadaan 1-1, pertahanan Arsenal mulai goyah dan mulai meninggalkan banyak ruang.

Jika pada leg pertama Koscielny keluar karena cedera, dalam pertandingan ini Koscielny keluar lapangan karena kartu merah. Tak adanya pemain pengganti di posisi yang ditinggalkan oleh Koscielny membuat sisi yang ditinggalkan Koscielny menjadi sisi yang menjadi fokus tekanan para pemain Bayern. Gol yang dicetak oleh Robben pun berawal dari sisi tersebut.

Lagi-lagi situasi leg pertama terulang kembali di leg kedua ini. Dengan keluarnya Laurent Koscielny, yang cukup berpengaruh dalam pertandingan ini (dua kali intersep dan tiga kali clearances) membuat pertahanan Arsenal menyisakan ruang yang mampu dieksploitasi oleh para winger Bayern yang memiliki kecepatan cukup tinggi.

Selain faktor Koscielny yang menerima kartu merah, faktor garis pertahanan tinggi ini pula yang membuat Bayern dengan leluasa menembus pertahanan Arsenal. Dengan satu umpan dari Xabi Alonso maupun Thiago Alcantara, Bayern sudah bisa menembus lini pertahanan Arsenal. Ditambah Bayern memainkan Robben dan Ribery sebagai winger, makin kalang kabutlah pertahanan Arsenal malam itu.

Berbeda dengan Arsenal, Bayern tergolong lebih sabar dalam bertahan. Mats Hummels maupun Javi Martinez memang sesekali kerap maju ke wilayah pertahanan The Gunners dalam situasi set-piece, tapi mereka juga tak lupa untuk mengatur garis pertahanan agar tidak sedemikian tinggi. Ditopang oleh David Alaba maupun Rafinha yang rajin membantu serangan dan pertahanan, lini pertahanan Bayern pun menjadi lebih stabil.

***

Situasi ini sebenarnya hampir mirip dengan apa yang terjadi ketika leg pertama silam. Arsene Wenger sebagai manajer seharusnya memahami bahwa situasi yang sama mungkin akan kembali terulang pada leg kedua ini dan menyiapkan taktik cadangan sehingga ia bisa menghadapi situasi yang tidak memungkinkan seperti itu.

Namun, alih-alih menyiapkan taktik cadangan, Wenger justru kembali memperlihatkan ketidaksiapan dirinya menghadapi situasi seperti ini. Kartu merah Koscielny adalah awal mula dari kegagapan Wenger dalam merespon situasi yang menjadi merugikan bagi Arsenal.

Memasukkan Francis Coqeulin dan Mesut Oezil untuk merespon situasi kekurangan satu pemain menjadi sebuah hal yang sia-sia mengingat Wenger tidak memberikan sebuah arahan apa yang harus dilakukan oleh kedua pemain tersebut di lapangan. Semua mengandalkan intuisi sang pemain yang akhirnya berakibat fatal.

Hasilnya, tanpa tedeng aling-aling, Bayern pun kembali menggelontorkan lima gol ke gawang Arsenal, dan hasil ini membuat Arsenal, lagi-lagi hanya mampu melaju sampai ke babak 16 besar Liga Champions.

Komentar